Tenggarong, (ANTARA Kaltim) - Haji Aji Muhammad Salehuddin II, Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ke-20 lahir pada 24 Oktober 1924, dari pasangan Sultan Aji Muhammad Parikesit (Sultan Kutai ke-19) dan Aji Ratu Bariah gelar Ratu Prabu Ningrat.
Masa kecil HAM Salehuddin dihabiskan di Kota Raja Tenggarong kemudian pada 1938 meneruskan pendidikan setingkat SMP di Jakarta dan Bandung.
Pada 17 Agustus 1947, AM Salehuddin mempersunting Aji Aida Amidjoyo dan buah dari perkawinan tesebut dikaruniai 10 anak, 30 cucu dan 15 cicit.
Baru tiga bulan menikah, AM Salehuddin harus meninggalkan tanah air untuk melanjutkan sekolah setingkat SMA di Belanda.
Selanjutnya, pada 1949 masih di negeri kincir angin, AM Salehuddin muda masuk perguruan tinggi Fakultas Endology Universitas Leiden.
Jadi tak heran hingga kini Sultan HAM Salehuddin II masih dapat
menggunakan bahasa negara dengan ibu kota Amsterdam tersebut.
Sekitartiga tahun berlalu, yakni pada 1951 dia dipanggil san Ayah (AM Parikesit) untuk pulang ke tanah kelahiran sehingga kemudian ia melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Satu setengah tahun menempuh pendidikan di Ibu kota, Ia kembali ke Tenggarong dan menjadi Pegawai Negeri kantor daerah di Samarinda.
Kemudian, pada 1955 AM Salehuddin pindah di Tenggarong mengabdi di Dinas Pendapatan Daerah hingga pensiun.
Dengan diserahkannya kekuasaan pemerintahan oleh Sultan AM Parikesit kepada pemerintah Republik Indonesia pada 21 Januari 1960, maka kekuasaan pemerintahan kesultanan berakhir.
Pada 1991 atas hasil musyawarah keluarga besar adat Kutai, menokohkan AM Salehuddin sebagai pemangku adat dengan predikat atau gelar Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ke-20 hingga kini. (Sumber:Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012
Masa kecil HAM Salehuddin dihabiskan di Kota Raja Tenggarong kemudian pada 1938 meneruskan pendidikan setingkat SMP di Jakarta dan Bandung.
Pada 17 Agustus 1947, AM Salehuddin mempersunting Aji Aida Amidjoyo dan buah dari perkawinan tesebut dikaruniai 10 anak, 30 cucu dan 15 cicit.
Baru tiga bulan menikah, AM Salehuddin harus meninggalkan tanah air untuk melanjutkan sekolah setingkat SMA di Belanda.
Selanjutnya, pada 1949 masih di negeri kincir angin, AM Salehuddin muda masuk perguruan tinggi Fakultas Endology Universitas Leiden.
Jadi tak heran hingga kini Sultan HAM Salehuddin II masih dapat
menggunakan bahasa negara dengan ibu kota Amsterdam tersebut.
Sekitartiga tahun berlalu, yakni pada 1951 dia dipanggil san Ayah (AM Parikesit) untuk pulang ke tanah kelahiran sehingga kemudian ia melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Satu setengah tahun menempuh pendidikan di Ibu kota, Ia kembali ke Tenggarong dan menjadi Pegawai Negeri kantor daerah di Samarinda.
Kemudian, pada 1955 AM Salehuddin pindah di Tenggarong mengabdi di Dinas Pendapatan Daerah hingga pensiun.
Dengan diserahkannya kekuasaan pemerintahan oleh Sultan AM Parikesit kepada pemerintah Republik Indonesia pada 21 Januari 1960, maka kekuasaan pemerintahan kesultanan berakhir.
Pada 1991 atas hasil musyawarah keluarga besar adat Kutai, menokohkan AM Salehuddin sebagai pemangku adat dengan predikat atau gelar Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ke-20 hingga kini. (Sumber:Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012