Samarinda, 13/6 (Antara) - Sebanyak 84 unit rumah warga di bantaran Sungai Karang Mumus Samarinda, Kalimantan Timur, akan direlokasi yang merupakan bagian kecil dari total rumah sebanyak 2.536 unit berdasarkan data Pemkot Samarinda.
"Relokasi segera dilakukan. Juni ini sudah mulai tahapannya. Saat ini relokasi belum bisa dilakukan terhadap semua rumah yang ada, tetapi dilakukan secara bertahap. Semoga 2021 semua bisa tuntas," ujar Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang di Samarinda, Senin.
Hal itu dikatakan Jaang ditemui setelah melakukan pertemuan dengan sejumlah wartawan di ruang kerja Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak. Hadir pula dalam pertemuan itu antara lain Gubernur Kaltim, Kepala Babppeda Kaltim, Sekkot Samarinda, dan sejumlah pejabat di lingkungan Pemkot Samarinda.
Ke 84 unit rumah tersebut akan direlokasi ke kawasan Handil Kopi, Kecamatan Sambutan. Di kawasan itu tersedia 84 rumah bertipe 36 yang sudah siap pakai. Rumah tersebut dibangun menggunakan APBD Kota Samarinda senilai Rp5,439 miliar.
Kawasan yang menjadi target relokasi adalah permukiman di bantaran SKM mulai Jembatan Kehewanan hingga Jembatan Lambung Mangkurat, yakni RT 9, Kelurahan Sungai Pinang Luar, Kecamatan Sungai Pinang.
Untuk mengatasi persoalan SKM dalam jangka panjang, sebelumnya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan akan menyalurkan tiga program perumahan dari relokasi SKM tersebut.
Program itu adalah pembangunan Rumah Susun Sewa (Rusunawa), pembangunan Rumah Khusus, dan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) atau bedah rumah untuk masyarakat di bantaran SKM.
Menurut Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR Syarif Burhanuddin, kepadatan penduduk di Kota Samarinda jumlahnya memang cukup tinggi dan kebanyakan masyarakatnya tinggal di bantaran SKM.
Untuk itu pihaknya akan membantu Pemkot Samarinda menyediakan perumahan layak huni bagi masyarakat yang terkena dampak relokasi dari bantaran SKM.
Terpisah, Wakil Wali Kota Samarinda Nusyirwan Ismail mengatakan penanganan untuk SKM harus diselesaikan tahap demi tahap karena persoalannya memang kompleks, mulai dari pendangkalan, kebiasaan membuang sampah di sungai, hingga jamban yang masih berjejer di sungai.
"Sampai saat ini penanganan di SKM terus berlanjut. Tidak bisa semuanya dituntaskan sekaligus karena terlalu banyak. Sambil melanjutkan program yang kecil-kecil, program lainnya adalah melakukan normalisasi SKM sampai program besarnya yang diharapkan tuntas di 2021," ujar Nusyirwan. *
84 Rumah di SKM akan Relokasi
Senin, 13 Juni 2016 19:04 WIB