Wakil Presiden RI K.H Ma’ruf Amin didampingi Menteri Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia meninjau lokasi pembangunan pabrik baru PT Pupuk Kalimantan Timur di Fakfak, Papua Barat, Jumat (14/7).
“Kehadiran keduanya ini tentu merupakan bukti restu serta komitmen nyata pemerintah untuk mendukung dimulainya Proyek Strategis Negara (PSN) Pabrik Fakfak, Papua Barat," ujar Direktur Utama Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi melalui siaran pers yang diterima Antaranews Kaltim di Samarinda, Sabtu.
Ia menyampaikan, dengan adanya dukungan dari kementerian, pemerintah daerah, dan masyarakat terkait, bersama-sama kita dapat mengembangkan Proyek Strategis Nasional ini.
Dikemukakannya, dari proyek tersebut pihaknya mengharapkan adanya pemberdayaan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar, serta terjadinya pemerataan pembangunan khususnya di wilayah Indonesia Timur.
Terkait dengan pengembangan proyek yang saat ini sedang berlangsung, pihaknya juga meminta dukungan dari semua pihak. Jika semuanya berjalan dengan lancar, maka pembangunan pabrik ini akan mengantarkan industri pupuk nasional menjadi yang terbesar di Asia Pasifik.
"Ini juga yang menjadi cita-cita Pupuk Kaltim sebagai penyokong ketahanan pangan nasional sekaligus mengharumkan nama Indonesia di kancah global,” ucap Rahmad.
Bentuk komitmen untuk memprioritaskan sinergi dengan berbagai pihak terkait juga tertuang dalam Gelar Tikar Adat (Wewowo), yakni kegiatan duduk bersama untuk mencapai kesepakatan yang dilakukan.
"Acara ini digelar sebagai bentuk penghormatan terhadap hak-hak masyarakat hukum adat dalam memperoleh berbagai masukan dan dukungan penuh terhadap pembangunan kawasan industri pupuk nantinya," katanya.
Ia menjelaskan, dengan nilai investasi lebih dari USD 1 miliar, Pupuk Kaltim memastikan proyek pembangunan kawasan industri pupuk di Fakfak Papua Barat ini nantinya akan memiliki kapasitas produksi pupuk urea sebesar 1,15 juta ton per tahun dan 825 ribu ton per tahun untuk amonia.
"Ini merupakan salah satu pengembangan di fase kedua pertumbuhan Pupuk Kaltim, yang ditarget mampu terealisasi dalam lima tahun ke depan," sambung Rahmad.
Lebih lanjut, itu merupakan momentum yang sangat tepat mengingat pada 2030 kebutuhan urea diperkirakan akan mencapai enam sampai tujuh juta ton dan dengan beroperasinya pabrik baru ini nanti, Pupuk Kaltim siap mendukung ketahanan pangan bagi Indonesia dengan penyediaan 4,5 hingga 5 juta ton atau pemenuhan sekitar 70 hingga 80 persen kebutuhan nasional.
"Tak hanya itu, kehadiran pabrik baru Pupuk Kaltim ini nantinya diproyeksikan akan memberi kontribusi positif pada pendapatan negara," imbuhnya.
Rahmad menerangkan bahwa potensi pendapatan negara dari pajak penghasilan perorangan senilai diperkirakan akan mencapai Rp20 Miliar per tahun dan potensi kontribusi pertumbuhan ekonomi domestik melalui porsi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di proyek ini mencapai nilai Rp10 Triliun.
"Potensi pendapatan daerah pun diprediksikan akan menyumbang senilai Rp15 Miliar per tahun," tandasnya.
Ini yang pihaknya sebut dengan multiplier effect, karena semangat kami di PKT tentu tidak semata-mata hanya untuk profit belaka, tapi juga bagaimana segala inovasi dan aktivitas kami bisa memberikan keberkahan bagi masyarakat. Selama durasi pembangunan proyek, kami memperkirakan penyerapan tenaga kerja 10.000 orang saat masa puncak konstruksi dan sebanyak 400 orang saat operasional.
"Proyek ini pun diharapkan bisa mendorong tumbuhnya bisnis pendukung kawasan. Sebagaimana praktik-praktik pemberdayaan masyarakat yang telah sukses dilakukan di Bontang, kami berharap bisa melakukan hal serupa di Fakfak,” kata Rahmad.
Sementara itu, Menteri Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia berbicara tentang dampak positif pembangunan pabrik Pupuk Kaltim dengan masyarakat, mengenai bagaimana proses apa yang menjadi aspirasi, supaya bisa melakukan pekerjaan awal di akhir 2023.
"Saya pikir ini adalah perhatian khusus dari Bapak Wakil Presiden khususnya yang diberikan mandat penuh oleh Bapak Presiden untuk mengurus percepatan pembangunan," kata Bahlil.
Ia menyatakan bahwa proyek yang banyak yang diturunkan dari pusat dalam rangka percepatan melakukan pertumbuhan ekonomi, salah satu diantaranya adalah kabupaten Fakfak.
"Masa depan Indonesia itu adalah Papua, dengan Pertanian modern ke depan yang akan dikembangkan di wilayah Timur yaitu di Papua, dan pabrik pupuk yang dibangun di Papua, itu tidak hanya memenuhi stok dalam negeri, melainkan juga untuk ekspor,” ujar Bahlil.
Pupuk Kaltim bersiap memulai babak baru dalam mewujudkan usaha serta komitmennya untuk mendukung ketahanan pangan nasional dengan rencana pembangunan Proyek Strategis Negara (PSN) berupa pabrik baru pupuk di kawasan industri Fakfak, Papua Barat.
Proyek yang merupakan salah satu rencana strategis PKT untuk terus menyesuaikan performa produksi dengan kebutuhan pasar yang semakin meningkat ini akan segera memasuki masa awal pembangunan.
Saat ini, proses pembangunan pabrik Pupuk Kaltim memang masih dalam tahap yang sangat awal. Meski begitu, perusahaan tersebut sudah mengamankan beberapa infrastruktur terkait dimulainya proyek ini.
Salah satunya untuk pasokan gas yang sudah dipastikan akan didapat dari Genting Oil Kasuri Pte.Ltd (GOKPL). Sumber gas yang dipasok untuk proyek pembangunan ini akan diambil dari sumber gas yang telah disepakati yakni Lapangan Asap, Merah dan Kido (AMK) di Kasuri, Papua Barat.