Perum Bulog berencana membangun "modern rice milling plant" (RMP) atau penggilingan padi/gabah modern yang membuat BUMN pangan tersebut bisa memproduksi beras premium sendiri dengan harga terjangkau.


Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menjelaskan dengan terbangunnya RMP, Bulog bisa menyerap seluruh hasil panen gabah petani di wilayah tersebut untuk kemudian ditampung dan dikeringkan oleh dryer dan disimpan di silo.

Selama ini, Bulog membeli gabah melalui pihak ketiga untuk kemudian disimpan di gudang biasa yang selama ini dinilai membuat beras mudah rusak dan perawatannya pun mahal. Selain itu, bentuk dan kualitas beras yang dihasilkan juga berbeda karena berasal dari berbagai produsen.

"Mesin yang kita bangun ini bukan mesin yang bisa keluarkan beras medium. Teknologinya bagus sehingga nanti kita begitu produksi, hanya keluarkan beras premium. Bulog ke depan tidak lagi jual beras medium, tapi premium dengan harga medium," kata Budi Waseso atau akrab disapa Buwas dalam konferensi pers secara virtual, Rabu.

Buwas menjelaskan bahwa dengan RMP berteknologi modern ini, Bulog bisa menjamin kadar air dalam gabah yang sangat rendah, sesuai dengan ketentuan sehingga beras bisa tahan lama.

Selain itu, Bulog juga mampu memutus rantai pasok gabah karena dapat langsung menyerap gabah dari petani dan meminimalisasi potensi tengkulak. Petani seringkali mendapat harga jual beras yang sangat rendah, bahkan di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

"Jadi, tidak akan ada lagi beras lama, beras berkutu. Kita ingin sajikan ke masyarakat Indonesia beras berkualitas dengan harga murah," kata Buwas.

Ada pun RMP modern ini rencananya akan dibangun di 13 wilayah, yakni Bojonegoro, Magetan, Jember, Banyuwangi, Sumbawa, Sragen, Kendal, Subang, Bandar Lampung, Karawang, Cirebon, Luwu Utara dan Grobogan.

Modern Rice Milling Plant (MRMP) di masing-masing lokasi terdiri dari dryer (pengering) dengan kapasitas 120 ton per hari; milling (penggilingan) 6 ton per jam dan penyimpanan silo 3 unit dengan kapasitas 2.000 ton.

Pewarta: Mentari Dwi Gayati

Editor : Abdul Hakim Muhiddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2021