Samarinda, (ANTARA News Kaltim) Warga penderita ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) yang berobat ke Puskesmas Pembantu Desa Jembayan, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara mengalami peningkatan sejak dua tahun terakhir.
Perawat Puskesmas Pembantu Desa Jembayan, Sari, mengatakan, dari empat orang yang datang berobat, satu diantaranya merupakan penderita ISPA.
"Setiap hari, empat hingga lima warga yang datang berobat di Puskesmas Pembantu Desa Jembayan ini satu hingga dua orang diantaranya menderita ISPA," ungkap Sari, kepada wartawan, Kamis.
Penderita ISPA tersebut kata Sari umumnya masih berusia anak-anak.
"Umumnya masih anak-anak namun ada juga yang sudah dewasa. Namun itu hanya warga yang berobat kesini dan kami tahu yang berobat di Puskesmas Loa Kulu atau di Rumah Sakit Tenggarong, Ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara," kata Sari.
Penderita ISPA tersebut kata perawat lainnya, Andri, mengalami peningkatan sejak dua tahun terakhir.
"Peningkatan penderita ISPA memang terjadi sejak dua tahun terakhir. Namun kami tidak bisa memastikan apakah hal itu disebabkan oleh debu batu bara atau lainnya tetapi memang terdapat dua perusahaan batu bara yang beroperasi di Desa Jembayan sejak dua tahun terakhir dan satu perusahaan lagi yang jaraknya sangat dekat dengan pemukikan warga yang akan segera beroperasi," ungkap Andri.
Peningkatan penderita ISPA yang berobat di Puskesmas Pembantu Desa Jembayan itu juga mempengaruhi stok obat-obatan.
"Sebelumnya, Dinas Kesehatan Kutai Kartanegara mendistribusikan obat khusus untuk penyakit ISPA 200 butir dan itu cukup untuk sebulan dengan pemberian 10 butir bagi setiap penderita," katanya.
"Tetapi saat ini stok itu tidak cukup lagi sehingga pemberian obat kepada tiap penderita kami kurangi yakni hanya enam butir agar mencukupi," ungkap Andri yang mengatakan, jarak Puskesmas Pembantu dengan 'stok pile' perusahaan tambang kurang dari 300 meter.
Sementara salah seorang warga Desa Jembayan, Mulyadi mengaku, selain mengganggu aktivitas belajar mengajar di sekolah yang ada di daerah itu, dampak debu tambang batu bara juga diduga menyebabkan banyaknya warga yang menderita ISPA.
"Coba adan lihat di rumah kami, debu berwarna pekat menempel hampir di setiap ruangan. Bahkan, di Puskesmas Pembantu saja, setiap hari harus dibersihkan sebab hanya beberapa saat saja sudah terlihat menempel. Jadi, bagaimana warga bisa sehat jika setiap hari menghirup debu batu bara yang beracun," kata Mulyadi.
Selama ini kata dia, belum ada perhatian serius dari perusahaan terkait dampak tercemarnya udara di Desa Jembayan tersebut.
"Kami sudah menyampaikan masalah ini ke pihak perusahaan namun sampai saat ini belum ada langkah kongkrit dari mereka untuk mengatasi limbah debu yang menyarang pemukiman masyarakat. Kondisi ini diperparah dengan terganggunya aktivitas belajar mengajar di SMPN 2 Loa Kulu, sehingga kami meminta perusahaan segera bertanggung jawab," ungkap Mulyadi.
warga juga menuntut lanjut Mulyadi pihak perusahaan menyiapkan fasilitas kesehatan kepada masyarakat yang terkena dampak debu tersebut.
"Minimal mendirikan klinik kesehatan bagi warga dan menyiapkan obat-obatan, khususnya obat penyakit yang disebabkan debu tersebut," kata Mulyadi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012
Perawat Puskesmas Pembantu Desa Jembayan, Sari, mengatakan, dari empat orang yang datang berobat, satu diantaranya merupakan penderita ISPA.
"Setiap hari, empat hingga lima warga yang datang berobat di Puskesmas Pembantu Desa Jembayan ini satu hingga dua orang diantaranya menderita ISPA," ungkap Sari, kepada wartawan, Kamis.
Penderita ISPA tersebut kata Sari umumnya masih berusia anak-anak.
"Umumnya masih anak-anak namun ada juga yang sudah dewasa. Namun itu hanya warga yang berobat kesini dan kami tahu yang berobat di Puskesmas Loa Kulu atau di Rumah Sakit Tenggarong, Ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara," kata Sari.
Penderita ISPA tersebut kata perawat lainnya, Andri, mengalami peningkatan sejak dua tahun terakhir.
"Peningkatan penderita ISPA memang terjadi sejak dua tahun terakhir. Namun kami tidak bisa memastikan apakah hal itu disebabkan oleh debu batu bara atau lainnya tetapi memang terdapat dua perusahaan batu bara yang beroperasi di Desa Jembayan sejak dua tahun terakhir dan satu perusahaan lagi yang jaraknya sangat dekat dengan pemukikan warga yang akan segera beroperasi," ungkap Andri.
Peningkatan penderita ISPA yang berobat di Puskesmas Pembantu Desa Jembayan itu juga mempengaruhi stok obat-obatan.
"Sebelumnya, Dinas Kesehatan Kutai Kartanegara mendistribusikan obat khusus untuk penyakit ISPA 200 butir dan itu cukup untuk sebulan dengan pemberian 10 butir bagi setiap penderita," katanya.
"Tetapi saat ini stok itu tidak cukup lagi sehingga pemberian obat kepada tiap penderita kami kurangi yakni hanya enam butir agar mencukupi," ungkap Andri yang mengatakan, jarak Puskesmas Pembantu dengan 'stok pile' perusahaan tambang kurang dari 300 meter.
Sementara salah seorang warga Desa Jembayan, Mulyadi mengaku, selain mengganggu aktivitas belajar mengajar di sekolah yang ada di daerah itu, dampak debu tambang batu bara juga diduga menyebabkan banyaknya warga yang menderita ISPA.
"Coba adan lihat di rumah kami, debu berwarna pekat menempel hampir di setiap ruangan. Bahkan, di Puskesmas Pembantu saja, setiap hari harus dibersihkan sebab hanya beberapa saat saja sudah terlihat menempel. Jadi, bagaimana warga bisa sehat jika setiap hari menghirup debu batu bara yang beracun," kata Mulyadi.
Selama ini kata dia, belum ada perhatian serius dari perusahaan terkait dampak tercemarnya udara di Desa Jembayan tersebut.
"Kami sudah menyampaikan masalah ini ke pihak perusahaan namun sampai saat ini belum ada langkah kongkrit dari mereka untuk mengatasi limbah debu yang menyarang pemukiman masyarakat. Kondisi ini diperparah dengan terganggunya aktivitas belajar mengajar di SMPN 2 Loa Kulu, sehingga kami meminta perusahaan segera bertanggung jawab," ungkap Mulyadi.
warga juga menuntut lanjut Mulyadi pihak perusahaan menyiapkan fasilitas kesehatan kepada masyarakat yang terkena dampak debu tersebut.
"Minimal mendirikan klinik kesehatan bagi warga dan menyiapkan obat-obatan, khususnya obat penyakit yang disebabkan debu tersebut," kata Mulyadi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012