Jenazah tokoh otomotif dan pendiri Indonesian Offroad Federation (IOF) Kalimantan Timur, Windy Politon, 65 tahun, dimakamkan di Pekuburan Kristen Km 15, Karang Joang, Balikpapan Utara, Rabu.
Puluhan offroader dari Balikpapan dan Samarinda turut mengantarkan Om Windy, demikian mendiang biasa disapa, ke peristirahatan terakhirnya di lereng bukit yang menghadap arah matahari tenggelam.
Mereka berbaur dengan para tokoh Wakor Maesa, kerukunan keluarga asal atau keturunan Sulawesi Utara, para pemuda Brigade Manguni, dan jemaat GPIB Bukit Benuas.
Perlahan peti jenazah diturunkan. Pendeta Vivi Laritmas Sampelan memimpin kidung pujian dan doa Bapa Kami. Karangan bunga ditaburkan ke dalam liang lahat, dan kemudian di atas pusara.
Ratusan lagi pelayat mengucapkan belasungkawa secara virtual melalui akun facebook pribadi masing-masing dan di grup percakapan para anggota IOF Kaltim.
“Kami sangat berduka dan kehilangan. Beliau adalah sosok guru dan orangtua, terutama di bidang otomotif, dan lebih khusus lagi, offroad,” kata Ketua Pengurus Cabang IOF Balikpapan Gatot Koco.
IOF adalah organisasi bagi mereka yang gemar menempuh jalan tanah tak beraspal dengan segala macam rintangannya. IOF mengurus mulai dari hal-hal yang tampak remeh seperti bagaimana melaksanakan touring atau konvoi sejumlah kendaraan hingga detail berapa milimeter tebal pipa baja yang dijadikan penguat badan mobil.
Bersama dr Syaiful Anwar dari Samarinda, Windy Politon mendirikan IOF Kaltim di Balikpapan di tahun 2005. dr Syaiful menjadi ketua dan Windy sekretaris Komisariat Daerah (Komda) IOF Kaltim. Untuk sementara rumah Windy di bilangan Sepinggan menjadi sekretariat.
Sebuah event balap di trek ekstrem pun digelar sebagai tanda peresmian organisasi. Usai lomba, di sebuah lapangan sempit yang dikelilingi trek lumpur di lahan kosong di Jalan Ruhui Rahayu, pengurus pertama IOF Komda Kaltim dilantik langsung Ketua Umum IOF Pusat Mayor Jenderal TNI Marinir Djoko Pramono.
Satu juara di event itu adalah Sunu Wardono, mekanik eksperimental yang suka menjadi lawan debat Om Windy dalam banyak hal, tapi selalu akur makan soto Banjar bersama Hendri Kurniawan alias Awa, pembalap yang membalap dengan segala jenis kendaraan.
"Kita di Kaltim ini unik juga," kata mendiang suatu waktu. Sampai tahun 2005 itu, kegiatan offroad sudah bukan hal aneh lagi di Kalimantan Timur maupun Kalimantan Selatan sebagai dampak dari bisnis pertambangan, baik migas maupun batu bara dan mineral.
Namun demikian, lanjutnya, hanya Kaltim yang tergerak mendirikan komisariat IOF, yang sudah ada sejak 1999.
"Karena ya di Kaltim ada Pak Windy," kata Helmi, offroader Murakata
Adventure, klub offroad dari Barabai, Kalimantan Selatan.
Sebab di Kalsel belum ada IOF, Helmi kadang meminta rekomendasi dari IOF Kaltim, dengan Windy sebagai sekretaris, untuk memenuhi syarat ikut laga offroad di berbagai tempat.
Dalam sejarahnya kemudian, meski ketua berganti-ganti, Windy tetap berada di seputar kesekretariatan.
Pengalamannya yang luas di dunia otomotif, bahkan bisa dirunut jauh hingga saat ia masih aktif di Ikatan Motor Indonesia (IMI) di tahun 90an, membuat Windy menjadi rujukan tentang berbagai aturan dan memahami kejadian di trek balap maupun di lintasan touring.
“Beliau menjadi simpul, menjadi penghubung jurnalis dengan narasumber, dan sebaliknya. Juga menyediakan banyak informasi dan cerita,” tutur Wikan Hendarman, jurnalis dan fotografer senior Balikpapan, yang bersama mendiang meliput antara lain event nasional Diplomat Challenge tahun 2005.
Windy juga piawai menggelar event otomotif dan tak segan belajar dari yang dianggapnya lebih tahu.
Windy adalah satu sahabat Syamsir Alam yang kemudian mendirikan IOX, touring offroad ekstrem yang terkenal dengan keganasan treknya. Pak Syamsir yang lama bekerja di bisnis migas punya workshop bernama Crazy Syam di Balikpapan Permai, tempat ia berbincang-bincang dengan Windy bila tengah mampir di Balikpapan.
Selain kompetisi offroad, hampir semua jenis event otomotif lain pernah digelar Windy. Bahkan saat di Kupang, NTT, dengan bendera IMI ia menggelar road race atau balapan motor di trek aspal. Windy juga tempat diskusi H. Arin Tafnida yang jadi penggagas event trail besar setiap ulang tahun Kota Balikpapan, Balikpapan Trail Adventure.
Windy Politon meninggal dunia setelah terkena serangan jantung pada Selasa (17/11) pagi. Mendiang yang ingin menyantap sarapan nasi kuning yang disediakan isterinya mendadak jatuh dan tidak sadarkan diri.
Ia segera dilarikan ke RS Siloam di Jalan MT Haryono. Namun berdasar cerita dari keluarga dan teman-temannya, mendiang sudah tak ada dalam perjalanan menuju rumah sakit.
“Babe sudah pernah selamat dari serangan jantung, sekitar 5 tahun lalu,” tutur Anthony Agustrian dari klub offroad East Borneo Offroad Squad. Tony memang memanggil Windy dengan sebutan ‘babe’.
Lepas tengah hari, jenazah Windy Politon disemayamkan di Aula GPIB Bukit Benuas di Jalan Duatan Baru Sakai Nomor 83. Keluarga dan sahabat mendiang dari berbagai kalangan pun berdatangan untuk melayat.
“Kami benar-benar kaget. Tadi malam masih bercanda dengan saya via whatsapp. Kami bicarakan hal kehadiran di Kongres IOF di Mataram, Lombok, pekan depan,” kata Gatot.
“Saya melihat karya kakak saya. Dia sudah menjalani hidupnya dengan baik, punya teman-teman yang banyak dan juga baik. Hidupnya benar-benar bermanfaat bagi banyak orang. Dia sudah tenang sekarang. Kami bangga,” kata Gerry Politon, adik mendiang yang tergesa terbang dari Banjarbaru, Kalimantan Selatan, begitu mendapat kabar keadaan Windy.
Mewakili keluarga, Gerry juga memintakan maaf bila mendiang memiliki salah dalam kesehariannya kepada siapa pun yang mengenalnya atau tidak mengenalnya.
“Barangkali, kami, atau sayalah yang minta maaf,” kata Sunu dengan mata memerah.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2020