Pembudidaya ikan lele di Kampung Kamal, Kelurahan Senipah, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, mulai memproduksi abon ikan lele karena menurunnya pemintaan ikan segar di pasaran pada masa pandemi COVID-19.

"Awal mulanya hasil budi daya ikan lele kami jual ke Balikpapan. Namun, saat pandemi COVID-19 tengkulak yang membeli hasil budi daya mereka tidak lagi datang," kata Samian, anggota Kelompok Pembudidaya Ikan Lele Kampung Kamal, Jumat (30/10).

Kondisi tersebut membuat ikan lele yang dipelihara makin besar, sedangkan ukuran ideal ikan lele untuk dikonsumsi sebanyak 7- 8 ekor dengan total beratnya mencapai 1 kilogram.

Karena ukurannya terlalu besar, kata Samian, berat 1 kg, hanya 2-4 ekor sehingga ikan lele tidak laku di pasaran.

Kondisi tersebut, membuat Samian dan anggota kelompok lainnya berinisiatif membuat produk makanan dari ikan lele berupa abon dengan menggandeng Kelompok Wanita Tani (KWT) Kampung Kamal.

Setengah dari hasil panen ikan lele masyarakat Kampung Kamal, kemudian diproduksi menjadi abon.

Total panen Samian dan kelompoknya mencapai 6 kuintal. Setengahnya berukuran besar, dan itu yang dijadikan bahan untuk membuat abon.

"Produksi abon ikan lele pas ramai-ramainya pada saat awal pandemi COVID-19,” kata Samian.

Dengan bahan baku lele seberat 2,5 kg, menghasilkan 8 ons abon, kemudian dikemas per 1 ons, lalu dijual seharga Rp15 ribu.

Lele yang dijual ke tengkulak, kata dia, harganya Rp18 ribu/kg.

Samian memulai budi daya lele sejak 2019, bahkan telah panen sebanyak tiga kali. Dari 5.000 bibit, menurut dia, bisa menghasilkan 6 kuintal ikan lele.


Menurut dia, makin banyak warga yang familier dengan budi daya ikan lele. Namun, untuk menyiapkan bibit ikan lele, masih sulit, terutama untuk usia 0 sampai 3 bulan.

"Para petani di sini autodidak," kata Samian.

Samian juga mengatakan bahwa program Budi Daya Ikan Lele di Kampung Kamal merupakan bantuan dari  Pertamina Hulu Mahakam atau PHM.
 

Pewarta: Arumanto

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2020