Tanjung Redeb  (ANTARA News Kaltim) - Motif ukiran warga Kampung Merasa, Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, telah ditawar warga Malaysia yang datang ke wilayah tersebut, dan kemudian ingin dipatenkan menjadi milik Malaysia.

Wahyu, fasilisator Kelompok Usaha Pemuda Pemudi Produktif (KUP3) Merasa, Kecamatan Kelay, di Tanjung Redeb, Berau, Senin, mengatakan, sudah ada tawaran dari salah satu pengusaha Malaysia terhadap ukiran anak-anak Kampung Merasa dan itu cukup menggiurkan.

Ukiran khas dayak yang dituangkan dalam kertas buku tulis biasa oleh KUP3 memuat ratusan ukiran yang bernilai seni tinggi, ukiran itu bahkan ditawar 300 dolar per lukisan.

"Kita punya 5 buah buku yang isinya ukiran karya KUP3," ungkap Wahyu lagi.

Indikasi pencaplokan seni melalui tawaran 300 dolar perlukisan dengan pernyataan ukiran tersebut dipatenkan menjadi kesenian asli Malaysia yang harus disetujui KUP3. Tidak menutup kemungkinan dengan berbagai upaya karya seni tersebut bisa saja lepas dan menjadi perdebatan kembali jika sampai 5 buah buku tersebut berpindah tangan.

Namun Wahyu menegaskan KUP3 telah menolak tawaran tersebut. "Rata-rata anggota KUP3 memang belatar belakang pendidikan yang minim, namun kita juga masih punya jiwa nasionalis makanya tawaran itu ditolak, jika hanya memikirkan materi kenapa tidak," kata Wahyu.

Melihat motif ukiran yang diperlihatkan, Wahyu menyebutkan ukiran tersebut dibuat anggota KUP3 berdasarkan imajinasi tanpa melihat gambar atau bentuk dari media lain yang memiliki ciri khas unik dan orsinil.

Bahkan, katanya, peniru gambar yang biasa mencontek ukiran dengan sekali lihat disebutkan angkat tangan untuk meniru ukiran tersebut.

KUP3 dan tokoh kampung Merasa berharap ada perhatian pemerintah dalam mencegah adanya upaya-upaya warga negara lain untuk mencuri seni budaya dari Berau. Termasuk dengan memberikan perhatian kepada karya seni KUP3.

Jika perluk, katanya, dengan mempatenkan motif ukiran Kampung Merasa yang sudah diupayakan warga Merasa Kecamatan Kelay Kabupaten Berau. (*)

Pewarta: Helda Mildiana

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012