Balikpapan (ANTARA News Kaltim) - Pengurus Primer Koperasi Produsen Tahu Tempe (Primkopti) meminta Pemkot Balikpapan memfasilitasi kelancaran pasokan BBM jenis solar untuk keperluan industri kecil pembuatan tahu tempe.
"Kami mohon dibantu Pemkot, sebab kemampuan kami membeli solar non subsidi ke Pertamina terbatas, tapi juga kesulitan beli solar bersubsidi karena pembeliannya dibatasi," kata Wakil Sekretaris Primkopti Lisa Yuliani.
Untuk sementara menjelang pengumuman kenaikan harga BBM 1 April lalu, Pemkot Balikpapan bersama Pertamina Unit Pemasaran VI membatasi penjualan solar bersubsidi, yaitu hanya dijual mulai pukul 21.00 atau pukul 23.00 di pompa-pompa bensin tertentu.
"Karena sudah keduluan truk-truk besar antre, kami sering tidak dapat bagian," sambung Yuliani. Produsen tahu tempe memerlukan solar untuk menjalankan generator pembangkit listrik untuk menjalankan mesin-mesin produksi mereka.
Malah, cerita Yuliani, para produsen tahu tempe mencari solar eceran dengan sembunyi-sembunyi. Solar sembunyi-sembunyi ini harganya Rp75 ribu per 5 liter, alias Rp15.000 per liter. Padahal dulunya hanya Rp35 ribu per 5 liter.
Sebab itu Yuliani sangat berharap Pemkot dan Pertamina membantu mereka dengan memberi jatah khusus solar bersubsidi untuk industri kecil menengah.
"Kalaupun kami harus beli solar industri, mohon juga bagaimana pasokannya bisa lebih pasti," katanya.
Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Sri Sutantinah berjanji untuk mencarikan jalan keluar bagi IKM ini. "Soalnya tahu dan tempe itu lauk yang penting juga bagi kita semua," senyum Bu Tantin, panggilan akrabnya.
Selain kesulitan mendapatkan solar, para pengusaha dan produsen tahu tempe, dipaparkan Yuliani, juga menghadapi kenaikan harga kedelai, bahan baku utama pembuatan tahu tempe, dan kenaikan harga plastik dan daun untuk kemasan tahu-tempe tersebut.
Kedelai yang sebelumnya berharga Rp6.200 per kg, kini menjadi Rp7.100 karena pasokan impor yang berkurang. Negara pengekspor seperti Argentina dan Vietnam mengalami kekeringan sehingga produksinya menurun.
Primkopti Balikpapan beranggotakan 106 pengrajin tahu tempe. Dari jumlah itu, 46 produsen berada di Kawasan Industri Kecil Somber. Sisanya masih menyebar di pemukiman di berbagai sudut Balikpapan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012
"Kami mohon dibantu Pemkot, sebab kemampuan kami membeli solar non subsidi ke Pertamina terbatas, tapi juga kesulitan beli solar bersubsidi karena pembeliannya dibatasi," kata Wakil Sekretaris Primkopti Lisa Yuliani.
Untuk sementara menjelang pengumuman kenaikan harga BBM 1 April lalu, Pemkot Balikpapan bersama Pertamina Unit Pemasaran VI membatasi penjualan solar bersubsidi, yaitu hanya dijual mulai pukul 21.00 atau pukul 23.00 di pompa-pompa bensin tertentu.
"Karena sudah keduluan truk-truk besar antre, kami sering tidak dapat bagian," sambung Yuliani. Produsen tahu tempe memerlukan solar untuk menjalankan generator pembangkit listrik untuk menjalankan mesin-mesin produksi mereka.
Malah, cerita Yuliani, para produsen tahu tempe mencari solar eceran dengan sembunyi-sembunyi. Solar sembunyi-sembunyi ini harganya Rp75 ribu per 5 liter, alias Rp15.000 per liter. Padahal dulunya hanya Rp35 ribu per 5 liter.
Sebab itu Yuliani sangat berharap Pemkot dan Pertamina membantu mereka dengan memberi jatah khusus solar bersubsidi untuk industri kecil menengah.
"Kalaupun kami harus beli solar industri, mohon juga bagaimana pasokannya bisa lebih pasti," katanya.
Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Sri Sutantinah berjanji untuk mencarikan jalan keluar bagi IKM ini. "Soalnya tahu dan tempe itu lauk yang penting juga bagi kita semua," senyum Bu Tantin, panggilan akrabnya.
Selain kesulitan mendapatkan solar, para pengusaha dan produsen tahu tempe, dipaparkan Yuliani, juga menghadapi kenaikan harga kedelai, bahan baku utama pembuatan tahu tempe, dan kenaikan harga plastik dan daun untuk kemasan tahu-tempe tersebut.
Kedelai yang sebelumnya berharga Rp6.200 per kg, kini menjadi Rp7.100 karena pasokan impor yang berkurang. Negara pengekspor seperti Argentina dan Vietnam mengalami kekeringan sehingga produksinya menurun.
Primkopti Balikpapan beranggotakan 106 pengrajin tahu tempe. Dari jumlah itu, 46 produsen berada di Kawasan Industri Kecil Somber. Sisanya masih menyebar di pemukiman di berbagai sudut Balikpapan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012