Balikpapan (ANTARA News Kaltim) - Para perajin tahu dan tempe di Balikpapan mempertimbangkan untuk segera menaikkan harga jual tahu dan tempe produksi mereka.
"Karena biaya produksi juga naik," kata Lisa Yuliani, Wakil Sekretaris Primer Koperasi Produsen Tahu Tempe (Primkopti) Kota Balikpapan, Sabtu.
Menurut Yuliani, besaran harga kenaikannya masih harus disepakati para perajin dan koperasi yang akan dibahas pada akhir pekan ini.
Ia mengatakan, kenaikan biaya produksi itu antara lain didorong oleh kenaikan harga kedelai, bahan baku utama pembuatan tahu dan tempe.
Kedelai yang sepenuhnya barang impor itu kini tengah melonjak harganya, dari Rp6.200 per kg menjadi Rp7.100 per kg. Harga melonjak karena pasokan dari negara eksportir seperti Vietnam dan Argentina berkurang akibat kekeringan.
Yuliani menyebutkan saat ini Primkopti memiliki stok kedelai lebih kurang 80 ton kedelai, atau tiga kontainer lebih. Stok itu cukup untuk produksi ke-106 perajin tahu-tempe Balikpapan sampai dua setengah minggu ke depan.
"Koperasi tidak berani menyimpan lebih banyak karena mutu kedelai akan turun setelah disimpan maksimal 2 bulan," kata Yuliani.
Oleh sebab itu, para perajin hanya mengimpor kedelai kualitas nomor satu dari Argentina atau Vietnam tersebut. Dalam penyimpanan, kedelai impor itu pun akan turun kualitasnya.
"Kedelai dari Sulawesi yang pernah kami coba datangkan, hanya pada tahap pertama bagus kualitasnya. Setelah itu mutu barang sangat jelek sehingga perajin menolak membeli, bahkan yang sudah membeli juga mengembalikan kepada kami. Koperasi sampai rugi Rp50 juta ketika itu," kata Yuliani.
Selain naiknya harga bahan baku utama, kesulitan mendapatkan pasokan solar juga jadi faktor pendorong. Lantaran kekurangan stok itu, sementara kebutuhan tetap bahkan cenderung naik, harga solar menjulang.
"Dari biasnya beli lima liter Rp35 ribu sekarang jadi Rp75 ribu," ungkap Yuliani.
Karen itu, ia meminta agar Pemkot dan Pertamina bisa mengalokasikan solar bagi Industri Kecil dan Menengah seperti industri tahu tempe.
"Sebab kalau harga solar naik, ya kita pasti ikut sesuaikan dengan harga produk," katanya.
Saat ini harga tempe eceran dengan berat 300 gram dijual Rp1.600-1.800, harga tahu Rp3.500 satu bungkus isi 10 potong.
Tahu potong untuk partai atau per ember berisi 200 potong harga tertinggi sampai Rp55 ribu. Sedangkan tempe dalam jumlah partai (10 potong ke atas) dijual seharga Rp1.600-18.000, sementara eceran Rp2.000-Rp2.500 per potong. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012
"Karena biaya produksi juga naik," kata Lisa Yuliani, Wakil Sekretaris Primer Koperasi Produsen Tahu Tempe (Primkopti) Kota Balikpapan, Sabtu.
Menurut Yuliani, besaran harga kenaikannya masih harus disepakati para perajin dan koperasi yang akan dibahas pada akhir pekan ini.
Ia mengatakan, kenaikan biaya produksi itu antara lain didorong oleh kenaikan harga kedelai, bahan baku utama pembuatan tahu dan tempe.
Kedelai yang sepenuhnya barang impor itu kini tengah melonjak harganya, dari Rp6.200 per kg menjadi Rp7.100 per kg. Harga melonjak karena pasokan dari negara eksportir seperti Vietnam dan Argentina berkurang akibat kekeringan.
Yuliani menyebutkan saat ini Primkopti memiliki stok kedelai lebih kurang 80 ton kedelai, atau tiga kontainer lebih. Stok itu cukup untuk produksi ke-106 perajin tahu-tempe Balikpapan sampai dua setengah minggu ke depan.
"Koperasi tidak berani menyimpan lebih banyak karena mutu kedelai akan turun setelah disimpan maksimal 2 bulan," kata Yuliani.
Oleh sebab itu, para perajin hanya mengimpor kedelai kualitas nomor satu dari Argentina atau Vietnam tersebut. Dalam penyimpanan, kedelai impor itu pun akan turun kualitasnya.
"Kedelai dari Sulawesi yang pernah kami coba datangkan, hanya pada tahap pertama bagus kualitasnya. Setelah itu mutu barang sangat jelek sehingga perajin menolak membeli, bahkan yang sudah membeli juga mengembalikan kepada kami. Koperasi sampai rugi Rp50 juta ketika itu," kata Yuliani.
Selain naiknya harga bahan baku utama, kesulitan mendapatkan pasokan solar juga jadi faktor pendorong. Lantaran kekurangan stok itu, sementara kebutuhan tetap bahkan cenderung naik, harga solar menjulang.
"Dari biasnya beli lima liter Rp35 ribu sekarang jadi Rp75 ribu," ungkap Yuliani.
Karen itu, ia meminta agar Pemkot dan Pertamina bisa mengalokasikan solar bagi Industri Kecil dan Menengah seperti industri tahu tempe.
"Sebab kalau harga solar naik, ya kita pasti ikut sesuaikan dengan harga produk," katanya.
Saat ini harga tempe eceran dengan berat 300 gram dijual Rp1.600-1.800, harga tahu Rp3.500 satu bungkus isi 10 potong.
Tahu potong untuk partai atau per ember berisi 200 potong harga tertinggi sampai Rp55 ribu. Sedangkan tempe dalam jumlah partai (10 potong ke atas) dijual seharga Rp1.600-18.000, sementara eceran Rp2.000-Rp2.500 per potong. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012