Semua pengusaha kuliner kecil dan mikro di Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), Kalimantan Timur, hingga kini kesulitan mencari daging sapi karena belum adanya peternak yang serius, ditambah belum adanya rumah pemotongan hewan sehingga mereka harus mendatangkan daging sapi dari daerah lain.
 

"Sampai sekarang saya masih mendatangkan daging sapi, tulangan, dan tetelan dari Samarinda atau Tenggarong, karena di sini memang tidak ada orang yang jual daging sapi," ujar Sofyan, pemilik Warung Makan Surabaya di Kampung Datah Bilang Ilir, Kecamatan Long Hubung, saat ditemui, Senin.

Aneka makanan yang dijual di warung ini antara lain sop tulang, rawon, bakso, soto, nasi goreng, dan lainnya. Bukan hanya Sofyan, semua pemilik rumah makan yang olahan masakannya berbahan dasar daging seperti rawon, bakso dan sejenisnya, harus memesan bahannya dari luar daerah.

Bahkan untuk penjual bakso gerobak dorong di Ujoh Bilang, Ibukota Mahulu, malah harus memesan bakso jadi dari Kutai Barat. Kemudian penjual baksonya tinggal membuat bumbu untuk kuah berikut menyiapkan mie bakso.

Sofyan menuturkan, bahan dasar yang dipesan dari Samarinda harganya fluktuatif, namun jika dirata-ratakan, maka daging sapi murni seharga Rp120 ribu per kg, Tulangan Rp80 ribu per kg, dan tetelan Rp100 ribu per kg.

Sedangkan untuk harga yang dipesan dari Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, adalah daging sapi murni rata-rata Rp130 ribu per kg, tulangan Rp90 ribu per kg, dan tetelan seharga Rp110 ribu per kg.

Untuk tulangan, lanjut Sofyan, sebenarnya ia lebih memilih pesan dari Tenggarong karena tulangannya masih banyak mengandung daging. Sementara tulangan sapi yang dipesan dari Samarinda, penjualnya "terlalu kreatif" sehingga tulangannya benar-benar bersih hingga tidak ada daging sedikitpun.

Ia juga mengatakan, bahan makanan tersebut ia pesan per dua minggu yang masing-masing jenis seberat 20 kg. Daging, tulangan, dan tetelan itu dimasukkan dalam kotak pendingin kemudian dititipkan ke kapal dengan waktu perjalanan tiga hari dari Samarinda ke Mahulu.

"Awal-awalnya dulu ketika baru buka warung makan tahun 2013, saya memesan bahan makanan ini harus langsung bayar, tapi karena sudah langganan, kini tinggal pesan lewat telepon, tunggu tagihan, terus tinggal transfer uang saja. Penjual mau antar pesanan ke kapal karena bukan hanya saya yang perlu daging dan tulangan, tapi banyak juga warung makan yang lain di Mahulu ini yang juga pesan," katanya.

Ditanya mengapa harus pesan bahan makanan dari Samarinda dan Tenggarong, sementara di daerah terdekat yakni Kabupaten Kutai Barat juga harganya tidak terlalu jauh, Sofyan menuturkan bahwa stok di Kutai Barat sering kehabisan sehingga tidak bisa dijadikan langganan, padahal rumah makan harus memiliki kepastian stok. 

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2019