Tenggarong (ANTARA News Kaltim) - Seorang penyelam tradisional saat ikut mencari korban ambruknya Jembatan Kutai Kartanegara, mengalami dekompresi atau keadaan medis ketika akumulasi nitrogen yang terlarut setelah menyelam membentuk gelembung udara menyumbat aliran darah serta sistem syaraf.

Kejadian tersebut terjadi Senin pagi saat enam penyelam tradisional ikut membantu dalam upaya evakuasi bangkai mobil dan mencari jasad korban akibat ambruknya Jembatan Kartanegara di Kota Tenggarong, Kutai Kartanegara (Kukar), Kaltim, pada 26 November 2011.

Upaya penyelamatan tersebut terpaksa dihentikan karena saat salah seorang penyelam tradisional bernama Ramli mengalami suatu keadaan yang paling harus dihindari oleh setiap penyelam.

Dekompresi itu terjadi ketika penyelam untuk sudah menyelusuri dasar Sungai Mahakam yakni sekitar lokasi beberapa kendaraan yang diduga terjebak.

Penyelam tradisional dari pedalaman Kaltim yang sempat tidak sadarkan diri kemudian dievakuasi ke perahu karet milik tim SAR, sekitar 10.30 Wita.

"Ramli menyelam di dalam sungai sekitar 30 menit kemudian diselamatkan oleh teman-temannya dengan menarik selang udara untuk bernafas," ungkap salah seorang tim medis di Posko Jembatan Ambruk, dr. Nizam, Senin.

Ramli segera mendapat perawatan di Posko Medis Jembatan Kukar selanjutnya dilarikan ke Rumah Sakit Perikesit Tenggarong.

"Karena operator `chamber` untuk memberikan pertolongan terhadap korban yang mengalami dekompresi tidak ada sehingga penyelam tardisional tersebut dirujuk ke Rumah Sakit Pertamina Balikpapan," ungkap salah seorang anggota tim SAR, Abram S Kolimon.

Terlihat bahwa pencarian korban ambruknya Jembatan Kartanegara pada Senin siang (12/12) dihentikan.

Begitupula, "crane barge" yang disiapkan mengangkat tiga unit kendaraan pada Senin siang sudah tidak terlihat lagi.

"Pencarian hari ini dihentikan akibat insiden tersebut. Kami juga masih menunggu hasil rapat dengan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanehara terkait kelanjutkan upaya pencarian pada Selasa," ujar Abram S Kolimon mengungkapkan.  (*)

Pewarta: Amirullah

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2011