Penurunan harga (deflasi) yang terjadi di Provinsi Kalimantan Timur hingga minus 0,01 persen pada Februari 2018, dipicu oleh penurunan harga pada kelompok bahan makanan seperti daging ayam ras, telur ayam, ikan diawetkan, buah-buahan, dan berbagai jenis bumbu.


"Capaian periode ini lebih rendah ketimbang inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 0,56 persen. Berdasarkan kelompoknya, deflasi Kaltim terutama disumbangkan oleh kelompok bahan makanan," ujar Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Kaltim Muhammad Nur di Samarinda, Jumat.

Rincian capain kelompok bahan makanan pada Februari 2019 adalah padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya yang berinflasi 0,01 persen, daging dan hasilnya minus 3,18 persen, ikan segar minus 0,45 persen, ikan diawetkan minus 1,23 persen, telur, susu dan hasilnya minus 0.81 persen.

Kemudian subkelompok sayur mayur harganya mengalami deflasi atau minus 0,50 persen, kacang-kacangan berdeflasi 0,03 persen, buah-buahan minus 1,24 persen, bumbu-bumbuan minus 1,65 persen, lemak dan minyak berdeflasi 0,77 persen.

Menurutnya, deflasi Kaltim tercatat lebih dalam ketimbang deflasi nasional yang minus 0,08 persen. Sedangkan dilihat berdasarkan kota pembentuknya, maka Kota Samarinda tercatat mengalami deflasi 0,18 persen dan Kota Balikpapan berinflasi 0,20 persen.

Deflasi Kaltim bersumber dari turunnya harga daging dan telur ayam ras, karena panen raya jagung yang menjadi pakan utama ayam ras, menjadi faktor utama dalam menekan pergerakan harga daging ayam dan produk turunannya, termasuk bawang merah juga turut memberikan andil deflasi Kaltim.

"Namun demikian, tarif angkutan udara menjadi penahan deflasi Kaltim lebih dalam. Kebijakan penurunan harga tiket pesawat oleh salah satu grup korporasi penerbangan di pertengahan Februari 2019 belum mampu menormalkan harga tiket pesawat kembali ke harga sebelumnya," tutur Nur.

Dia juga mengatakan, pada Maret 2019 Kaltim diperkirakan mengalami inflasi rendah karena peningkatan konsumsi menjelang Pemilu diperkirakan sedikit mendorong inflasi Kaltim. Namun demikian, kelompok bahan makanan diperkirakan masih melanjutkan tren deflasi.

Kantor BI Provinsi Kaltim dan segenap pihak terkait yang tergabung dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), katanya, senantiasa memantau perkembangan pergerakan inflasi secara khusus dan perekonomian secara umum baik domestik maupun eksternal.

"Sejumlah kegiatan telah dilakukan guna mengantispasi kenaikan harga yang berkelanjutan, seperti operasi pasar, inspeksi mendadak ke pasar tradisional maupun modern, dan memantau ketersediaan stok di pasar induk serta distributor utama," ujar Nur.

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Abdul Hakim Muhiddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2019