Samarinda (Antaranews Kaltim) - Harga barang dan jasa di Provinsi Kalimantan yang pada Oktober 2018 mengalami penurunan (deflasi) 0,16 persen (mtm), dipengaruhi oleh kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang minus 2,05 persen.

"Pegaruh deflasi lainnya adalah kelompok bahan makanan yang  minus 0,02 persen. Kondisi Kaltim berbeda ketimbang nasional yang tecatat mengalami inflasi 0,28 persen (mtm),"ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur, Muhammad Nur di Samarinda, Kamis.

Deflasi pada Oktober seperti angkutan udara turun 16,14 persen, hal ini terjadi sebagai dampak dari peningkatan tarif batas bawah maskapai penerbangan yang terjadi pada Agustus lalu, telah berangsur hilang sehingga deflasi kelompok transpor cukup dalam.

Adapun komoditas lain yang tercatat mengalami deflasi pada sebagian besar komoditas bahan makanan seperti bawang merah, telur ayam ras, dan cabai rawit.

Masing-masing komoditas ini tercatat mengalami penurunan cukup dalam hingga minus 8,92 persen, minus 3,44 persen, dan minus 6,44 persen.

Penurunan harga komoditas bawang merah disebabkan oleh pasokan yang melimpah karena banyaknya petani yang tidak mengikuti pola tanam.

Namun demikian, lanjutnya, beberapa komoditas tercatat masih mengalami inflasi yang beberapa diantaranya adalah rokok kretek filter, bensin, dan daging ayam ras.

Jika diamati berdasarkan kota pembentuknya, maka Samarinda mengalami inflasi (kenaikan harga) sebesar 0,24 persen yang disebabkan oleh komoditas rokok filter. Di sisi lain, Kota Balikpapan mengalami deflasi 0,68 persen akibat dari deflasi angkutan udara.

Ia juga mengatakan bahwa Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur dan segenap pemangku kepentingan terkait yang tergabung dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), senantiasa memantau perkembangan pergerakan inflasi secara khusus dan perekonomian secara umum baik domestik maupun eksternal.

Sejumlah kegiatan telah dilakukan guna mengantispasi kenaikan harga yang berkelanjutan, seperti operasi pasar maupun inspeksi mendadak ke pasar tradisional maupun modern, bahkan memantau ketersediaan stok di pasar induk dan distributor utama.

"Hal ini dimaksudkan untuk memantau pergerakan harga secara langsung dan memastikan ketersediaan stok di masyarakat. Bank Indonesia secara konsisten akan terus melakukan asesmen terkait perkembangan perekonomian dan inflasi Kaltim terkini, guna menuju sasaran inflasi akhir tahun sebesar 3,5+1 persen (yoy),"ucap Nur. (*)

 

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018