Samarinda (Antaranews Kaltim) - Kantor Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur bersama pihak terkait yang tergabung dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) terus memantau perkembangan harga barang guna menekan inflasi agar tidak terlalu tinggi.

"Pemantauan secara rutin terhadap perkembangan pergerakan inflasi terus dilakukan secara khusus dan perkembangan perekonomian secara umum, baik tingkat domestik maupun eksternal," ujar Kepala BI Kpw Provinsi Kaltim Muhammad Nur di Samarinda, Selasa.

Sejumlah kegiatan telah dilakukan guna mengantispasi kenaikan harga yang berkelanjutan, seperti operasi pasar maupun inspeksi mendadak ke pasar tradisional maupun modern, termasuk memantau ketersediaan stok di pasar induk dan distributor utama.

Hal ini dilakukan untuk memantau pergerakan harga secara langsung dan memastikan ketersediaan stok di masyarakat, katanya.

Menurut ia, BI secara konsisten terus melakukan asesmen terkait perkembangan perekonomian dan inflasi Kaltim terkini, guna menuju sasaran inflasi akhir tahun sebesar 3,5+1 persen (yoy).

Kondisi terkini, katanya, inflasi Kaltim pada Agustus 2018 tercatat 0,15 persen, menurun dari 0,92 persen ketimbang bulan sebelumnya. Capaian inflasi Kaltim periode ini lebih tinggi dibandingkan deflasi nasional yang minus 0,05 persen.

Inflasi Kaltim masih disebabkan oleh kelompok transportasi dan komunikasi yang mengalami peningkatan 1,07 persen, sehingga memberikan andil sebesar 0,19 persen.

Inflasi tahunan Kaltim pada Agustus 2018 tercatat 3,87 persen. Sementara itu, inflasi tahun kalender sebesar 3,19 persen, sehingga tingkat inflasi tahunan Kaltim pada Agustus lebih tinggi ketimbang Juli 2018 yang sebesar 3,42 persen.

Berdasarkan komoditasnya, inflasi Kaltim Agustus 2018 disebabkan angkutan udara yang naik 4,13 persen, sehingga komoditas ini memberi andil sebesar 0,11 persen terhadap keseluruhan inflasi Kaltim.

"Kebutuhan penggunaan angkutan udara Kaltim yang masih tinggi hingga Agustus 2018 masih menjadi penyebab utama andil signifikan komoditas ini," tutur Nur.

Komoditas lain yang juga mencatatkan inflasi adalah sepeda motor, yakni mengalami inflasi sebesar 2,93 persen dan memberi andil sebesar 0,04 persen, akibat peningkatan harga oleh salah satu produsen motor utama.

Berdasarkan kota pembentuknya yang ditetapkan sebagai Indeks Harga Konsumen (IHK), maka Kota Samarinda mengalami inflasi sebesar 0,28 persen yang disebabkan oleh inflasi sepeda motor dan minyak.

"Sedangkan untuk Kota Balikpapan mengalami deflasi 0,02 persen akibat penurunan harga ikan layang, tomat sayur, dan sejumlah bahan makanan lainnya," ucap Nur. (*)


 

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018