Samarinda (Antaranews Kaltim) - Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur menyatakan bahwa kenaikan harga barang/jasa kebutuhan masyarakat setempat selama Ramadhan dan Idul Fitri masih terkendali karena hanya berinflasi 0,82 persen.
"Tingkat inflasi Kaltim pada Juni 2018 relatif terkendali berkat koordinasi yang kuat antara pemerintah daerah, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), dan Bank Indonesia,"?kata Kepala BI KPw Provinsi Kaltim Muhammad Nur di Samarinda, Senin.
Ia mengatakan pihaknya akan terus melakukan berbagai upaya untuk menjaga pergerakan inflasi agar berada di rentang target 3,5 persen plus-minus 1 persen hingga akhir 2018.
Salah satu hal yang terus dilakukan adalah dengan rapat koordinasi TPID di seluruh wilayah Kaltim, yakni melibatkan semua TPID mulai tingkat provinsi hingga kabupaten/kota.
Ia menjelaskan bahwa pada Juni inflasi Kaltim tercatat 0,82 persen, meningkat dari Mei yang sebesar 0,30 persen. Secara tahunan, inflasi Kaltim pada Juni 2018 sebesar 2,60 persen (yoy), lebih rendah 2,77 persen ketimbang bulan sebelumnya, tapi inflasi bulanan Kaltim lebih tinggi ketimbang nasional yang tercatat 0,59 persen.
Inflasi Kaltim disebabkan oleh tingginya konsumsi pada Hari Raya Idul Fitri dan cuti bersama. Hal ini tampak dari inflasi bulanan bahan makanan yang mencapai 2,32 persen, lebih tinggi 1,09 persen ketimbang bulan sebelumnya.
Dalam laju inflasi ini, kelompok bahan makanan memberikan andil 0,47 persen, kemudian kelompok transportasi dan komunikasi mencatatkan inflasi relatif tinggi.
"Pada Juni 2018, terjadi arus mudik dan arus balik sehingga frekuensi pemanfaatan moda transportasi darat, laut, dan udara meningkat sehingga inflasi bulanannya tercatat 1,29 persen (yoy),"tutur Nur.
Meskipun inflasi yang disebabkan oleh transportasi tinggi, namun secara tahunan inflasi transportasi menunjukkan penurunan 0,63 persen. Sementara kelompok pengeluaran lain yang juga meningkat adalah makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang sebesar 0,42 persen, serta kelompok kesehatan 0,66 persen.
Dilihat berdasarkan kota pembentuk inflasi, katanya, inflasi di Balikpapan tercatat 1,30 persen, kemudian Samarinda 0,46 persen. Inflasi di kedua kota ini lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya. Komoditas penyumbang inflasi di Samarinda adalah daging ayam ras, ikan layang/benggol, dan telur ayam ras yang masing-masing sebesar 6,26 persen, 7,98 persen, dan 4,28 persen.
"Sementara di Balikpapan, inflasi disumbang oleh angkutan udara, ikan layang, dan daging ayam ras. Komoditas ini masing-masing mengalami peningkatan harga 15,08 persen, 15,38 persen, dan 5,69 persen (mtm)," ucap Nur. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018
"Tingkat inflasi Kaltim pada Juni 2018 relatif terkendali berkat koordinasi yang kuat antara pemerintah daerah, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), dan Bank Indonesia,"?kata Kepala BI KPw Provinsi Kaltim Muhammad Nur di Samarinda, Senin.
Ia mengatakan pihaknya akan terus melakukan berbagai upaya untuk menjaga pergerakan inflasi agar berada di rentang target 3,5 persen plus-minus 1 persen hingga akhir 2018.
Salah satu hal yang terus dilakukan adalah dengan rapat koordinasi TPID di seluruh wilayah Kaltim, yakni melibatkan semua TPID mulai tingkat provinsi hingga kabupaten/kota.
Ia menjelaskan bahwa pada Juni inflasi Kaltim tercatat 0,82 persen, meningkat dari Mei yang sebesar 0,30 persen. Secara tahunan, inflasi Kaltim pada Juni 2018 sebesar 2,60 persen (yoy), lebih rendah 2,77 persen ketimbang bulan sebelumnya, tapi inflasi bulanan Kaltim lebih tinggi ketimbang nasional yang tercatat 0,59 persen.
Inflasi Kaltim disebabkan oleh tingginya konsumsi pada Hari Raya Idul Fitri dan cuti bersama. Hal ini tampak dari inflasi bulanan bahan makanan yang mencapai 2,32 persen, lebih tinggi 1,09 persen ketimbang bulan sebelumnya.
Dalam laju inflasi ini, kelompok bahan makanan memberikan andil 0,47 persen, kemudian kelompok transportasi dan komunikasi mencatatkan inflasi relatif tinggi.
"Pada Juni 2018, terjadi arus mudik dan arus balik sehingga frekuensi pemanfaatan moda transportasi darat, laut, dan udara meningkat sehingga inflasi bulanannya tercatat 1,29 persen (yoy),"tutur Nur.
Meskipun inflasi yang disebabkan oleh transportasi tinggi, namun secara tahunan inflasi transportasi menunjukkan penurunan 0,63 persen. Sementara kelompok pengeluaran lain yang juga meningkat adalah makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang sebesar 0,42 persen, serta kelompok kesehatan 0,66 persen.
Dilihat berdasarkan kota pembentuk inflasi, katanya, inflasi di Balikpapan tercatat 1,30 persen, kemudian Samarinda 0,46 persen. Inflasi di kedua kota ini lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya. Komoditas penyumbang inflasi di Samarinda adalah daging ayam ras, ikan layang/benggol, dan telur ayam ras yang masing-masing sebesar 6,26 persen, 7,98 persen, dan 4,28 persen.
"Sementara di Balikpapan, inflasi disumbang oleh angkutan udara, ikan layang, dan daging ayam ras. Komoditas ini masing-masing mengalami peningkatan harga 15,08 persen, 15,38 persen, dan 5,69 persen (mtm)," ucap Nur. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018