Samarinda (Antaranews Kaltim) - Pihak Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda, Kalimantan Timur, menyatakan tidak memiliki anggaran untuk biaya perawatan dua unit polder penampung air, sehingga jika hujan deras rumah sakit ini banjir.

"Terdapat dua polder di sebelah belakang rumah sakit ini yang sejak puluhan tahun lalu belum dilakukan perawatan, makanya ketika curah hujan tinggi, sebagian airnya melimpas ke kawasan rumah sakit dan banjir," ujar Direktur RSUD AWS Samarinda dr Rachim Dinata, Sp.B di Samarinda, Senin.

Ia menuturkan bahwa polder tersebut mendesak direvitalisasi untuk menghentikan ruang-ruang pelayanan yang dimasuki air saat hujan deras, karena dua polder itu belum pernah dirawat secara rutin yang berakibat pada berfungsinya tidak bisa optimal.

Ia menjelaskan bahwa jumlah air yang bisa ditampung oleh dua polder ini sebenarnya cukup banyak yang bisa mencapai ribuan meter kubik, namun karena lama tidak dirawat sehingga menjadi dangkal dan fisiknya juga sudah banyak yang mengalami kerusakan.

"Sudah lama terpikirkan oleh kami untuk melakukan revitalisasi polder, namun karena ketiadaan anggaran, maka hingga kini belum terlaksana. Jika menggunakan dana sendiri dari rumah sakit, tentu kami tidak sanggup karena biayanya terlalu tinggi," tuturnya.

Rachim mengaku bahwa beberapa tahun lalu manajemen sudah pernah bertanya kepada konsultan perencana mengenai biaya yang diperlukan untuk merevitalisasi dua polder tersebut, namun setelah dihitung oleh ahlinya, ternyata biaya merevitalisasinya sekitar Rp10 miliar, atau Rp5 miliar per polder sehingga pihaknya tidak mungkin mengeluarkan anggaran sebesar itu.

Ia juga mengatakan, untuk menghentikan rumah sakit dari banjir saat hujan dengan curah hujan tinggi, maka saluran air dalam lingkungan rumah sakit juga perlu direvitalisasi agar berfungsi maksimal dan elevasinya diatur agar air cepat mengalir ke polder dengan lancar.

Sedangkan untuk membiayai kedua kegiatan tersebut, ia berharap adanya sumber dana dari APBD Kaltim, karena rumah sakit ini memang statusnya adalah milik Pemprov Kaltim.

"Beberapa tahun lalu sudah pernah diusulkan dari APBD, namun belum berhasil. Kami berharap dalam waktu dekat ada dialokasikan anggaran untuk merevitalisasi dua unit polder ini agar rumah sakitnya tidak banjir lagi ketika hujan lebat," katanya.

Rachim juga mengatakan bahwa kendala lain yang turut menyumbang banjir masuk rumah sakit, karena saluran pembuangan air yang terhubung ke Sungai Karang Mumus, yakni dari drainase menuju Jalan PMI dan Jalan Dr Soetomo yang tidak lancar mengalir. (*)

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018