Samarinda (Antaranews Kaltim) - Komunitas Gerakan Memungut Sehelai Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) Samarinda, Kaltim, berhasil membibitkan 15 spesies pohon langka khas tanaman air untuk ditanam di sepanjang daerah aliran sungai tersebut agar menjadi hutan lindung.

"Dulu aaerah aliran sungai (DAS) di SKM dipenuhi aneka tumbuhan khas air sehingga banyak satwa yang hidup di kawasannya, baik orangutan, bekantan, monyet, berbagai jenis burung, hingga aneka reptil. Namun, kemudian bencana ekologi terjadi akibat lahannya dialihfungsikan," ujar Ketua GMSS-SKM, Misman di Samarinda, Senin.

Ia menuturkan bahwa kawasan yang harusnya dilindungi karena selain tempat berkembangnya aneka flora dan fauna, juga merupakan DAS sekaligus ruang sempadan yang ditumbuhi berbagai jenis tanaman di riparian sungai, sehingga kala itu Samarinda kaya akan flora dan fauna.

Akan tetapi, seiring bertambahnya jumlah penduduk dan adanya pembiaran pemerintah terkait perlindungan areal yang semestinya dilindungi, maka aneka fauna menjadi raib akibat diburu dan tanamannya ditebang untuk permukiman maupun untuk fungsi lain.

"Aneka jenis tumbuhan dan buah hutan merupakan tempat tinggal sekaligus menjadi sumber utama makanan bagi orangutan, bekantan, dan satwa lainnya. Namun, ketika tempat tinggal mereka dihancurkan dan sumber makanan juga musnah, maka para satwa ini kemudian menjauh mencari lokasi yang aman," tuturnya.

Terkait dengan itu, GMSS-SKM berupaya mengembalikan aneka satwa yang pernah ada, salah satu caranya adalah dengan membibitkan dan menanam pohon khas sungai dan pohon buah hutan yang menjadi makanan satwa.

"Seandainya dalam jangka 10-15 tahun ke depan masih belum mampu mengembalikan semua satwa yang pernah hidup di ruang SKM, paling tidak Samarinda sudah mempunyai hutan lindung dan area pemfilter air, termasuk aneka pohon yang saat ini langka, ke depan bisa menjadi banyak," papar Misman.

Adapun 15 pohon khas air spesies langka yang berhasil dibibitkan dan sebagian telah ditanam di riparian SKM adalah kademba, singkuang, putat, rengas, bungur, rambai padi, pulau, ipil, bengalon, bamban, rumbia, kabuau, kariwaya, bayur, dan katong (cynometra ramiflora).

Selain itu, lanjut Misman, GMSS-SKM juga membibitkan dan menanam tanaman khas air (lahan basah) yang bukan pohon khas SKM, yakni beringin.

Menurut ia, beringin masih layak di tanaman di DAS SKM, karena selain akarnya yang kuat sebagai penjaga dinding tepi sungai, juga mampu bertahan dalam genangan air.

"Aneka pohon khas SKM yang kami bibitkan dan banyak yang ditanam ini terus dirawat bersama masyarakat yang peduli. Kami harap upaya dari per jengkal lahan ini, ke depan bisa menjadi hutan lindung dan pemfilter air sungai agar kelak air SKM menjadi bening," ucap Misman. (*)

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018