Samarinda (ANTARA News Kaltim) - Bekas galian tambang batubara dinilai dapat dimanfaatkan dan berpotensi untuk pengembangan budidaya perikanan, khususnya untuk jenis ikan mas dan nila.
Tim peneliti Balitbangda Provinsi Kaltim, Asfie Madie, di Samarinda, Senin mengatakan, budidaya ikan yang dilakukan di bekas galian tambang menghasilkan kualitas ikan yang lebih bagus dibandingkan dengan budidaya di tempat lain, seperti metode budidaya tradisional dengan sistem keramba atau tambak.
"Kami telah melakukan penilitian ternyata hasil budidaya di bekas galian tambang, menghasilkan ikan yang rendah kandungan logamnya sehingga hasil ikan tersebut dinilai lebih sehat untuk dikonsumsi," katanya.
Dikatakan Asfie Madie pihaknya, melakukan penelitian budidaya ikan tersebut di bekas areal pertambangan milik PT Mahakam Sumber Jaya di Kutai Kartanegara, dan Berau Cool, Berau.
"Awalnya kami mengambil sampel air di bekas lokasi tambang itu, dan setelah diteliti di laborium ternyata kandungan logam beratnya sangat kecil, sehingga. kami berpikir lokasi ini prospektif untuk budidaya perikanan," katanya.
Selama empat bulan melakukan budidaya ikan jenis nila dan mas di dua lokasi areal tambang tersebut, panen ikan yang dihasilkan cukup bagus, dan setelah mellui penelitian di laboratorium ternyata ikan hasil panenan memiliki kandungan logam yang sangat kecil.
"Ini mengartikan hasil ikan yang dihasilkan di kolam bekas tambang, lebih memenuhi persyaratan kesehatan karena memiliki kandungan logam yang cukup kecil, dan lebih layak untuk dikonsumsi," katanya.
Pihaknya mengaku bangga karena hasil penelitian Balitbangda Kaltim, dapat menjadi salah satu solusi, persoalan tambang paska produksi yang telah banyak mewariskan persoalan baik alam maupun ekologis.
"Saya ingin membuka wacana baru bahwa bekas galian tambang yang ditinggalkan perusahaan, masih bisa dimanfaatkan untuk peningkatan ekonomi rakyat setempat, dibandingkan membiarkan begitu saja dan menimbulkan pendangan yang kurang sedap, apalagi sampai menimbulkan bencana," katanya.
Di sisi lain, kata dia, solusi ini bisa menjadi alternatif bisnis baru bagi masyarakat, di tengah sulitnya mencari lahan pekerjaan, akibat sudah menipisnya kandungan alam baik kayu maupun tambang di wilayah Kalimantan Timur.
"Tinggal bagaimana mekanismenya, apakah tetap pemerintah atau swasta sebagai motivatornya, yang pasti budidaya ini punya prospek dan menghasilkan keuntungan," katanya.
(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2011
Tim peneliti Balitbangda Provinsi Kaltim, Asfie Madie, di Samarinda, Senin mengatakan, budidaya ikan yang dilakukan di bekas galian tambang menghasilkan kualitas ikan yang lebih bagus dibandingkan dengan budidaya di tempat lain, seperti metode budidaya tradisional dengan sistem keramba atau tambak.
"Kami telah melakukan penilitian ternyata hasil budidaya di bekas galian tambang, menghasilkan ikan yang rendah kandungan logamnya sehingga hasil ikan tersebut dinilai lebih sehat untuk dikonsumsi," katanya.
Dikatakan Asfie Madie pihaknya, melakukan penelitian budidaya ikan tersebut di bekas areal pertambangan milik PT Mahakam Sumber Jaya di Kutai Kartanegara, dan Berau Cool, Berau.
"Awalnya kami mengambil sampel air di bekas lokasi tambang itu, dan setelah diteliti di laborium ternyata kandungan logam beratnya sangat kecil, sehingga. kami berpikir lokasi ini prospektif untuk budidaya perikanan," katanya.
Selama empat bulan melakukan budidaya ikan jenis nila dan mas di dua lokasi areal tambang tersebut, panen ikan yang dihasilkan cukup bagus, dan setelah mellui penelitian di laboratorium ternyata ikan hasil panenan memiliki kandungan logam yang sangat kecil.
"Ini mengartikan hasil ikan yang dihasilkan di kolam bekas tambang, lebih memenuhi persyaratan kesehatan karena memiliki kandungan logam yang cukup kecil, dan lebih layak untuk dikonsumsi," katanya.
Pihaknya mengaku bangga karena hasil penelitian Balitbangda Kaltim, dapat menjadi salah satu solusi, persoalan tambang paska produksi yang telah banyak mewariskan persoalan baik alam maupun ekologis.
"Saya ingin membuka wacana baru bahwa bekas galian tambang yang ditinggalkan perusahaan, masih bisa dimanfaatkan untuk peningkatan ekonomi rakyat setempat, dibandingkan membiarkan begitu saja dan menimbulkan pendangan yang kurang sedap, apalagi sampai menimbulkan bencana," katanya.
Di sisi lain, kata dia, solusi ini bisa menjadi alternatif bisnis baru bagi masyarakat, di tengah sulitnya mencari lahan pekerjaan, akibat sudah menipisnya kandungan alam baik kayu maupun tambang di wilayah Kalimantan Timur.
"Tinggal bagaimana mekanismenya, apakah tetap pemerintah atau swasta sebagai motivatornya, yang pasti budidaya ini punya prospek dan menghasilkan keuntungan," katanya.
(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2011