Balikpapan (ANTARA News Kaltim)- Ribuan nelayan di Jenebora, Maridan, wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara terancam kehilangan pendapatan, yakni tingginya sedimentasi di Teluk Balikpapan (Kaltim) akan mengancam kehidupan biota laut.
"Sebab laju sedimentasi atau pengendapan lumpur di Teluk Balikpapan kini mencapai dua meter per tahun," kata Stanislav Lhota, peneliti primata dan hutan mangrove Teluk Balikpapan di Kawasan Wisata dan Pendidikan Lingkungan Hidup (KWLH) Balikpapan di Km 23 Jalan Soekarno-Hatta, Jumat.
Endapan lumpur tersebut menutupi terumbu karang dan kemudian merusaknya, sementara terumbu karang adalah tempat hidup dan berkembang biak ikan, yang kemudian jadi sumber kesejahteraan nelayan.
Endapan lumpur juga merusak rumput laut. Padahal kawasan Teluk Waru dan Teluk Balikpapan adalah kawasan budidaya rumput laut yang sangat ekonomis.
Laju sedimentasi atau pengendapan lumpur di Teluk Balikpapan juga membuat Pelabuhan Peti Kemas Kariangau tak bisa dipakai. Sedimentasi juga membuat kapal fery penyeberangan Penajam-Balikpapan selalu diintai kandas.
Menurut Stan, panggilan peneliti dari Southern Bohemia University, Republik Ceko, tersebut, kini kedalaman Teluk Balikpapan di bagian yang terdalam tinggal 22 meter. Sampai tahun 2005, kedalaman tersebut masih mencapai 39 meter.
Pengamatannya pada hutan mangrove alami yang sebelumnya tumbuh lestari di Teluk Balikpapan membuat Stanislav Lhota juga harus mengamati hidrologi atau tata aliran air di Teluk Balikpapan, termasuk zat-zat yang terlarut atau ada di dalamnya.
Stan memaparkan bahwa air di Teluk Balikpapan ternyata tidak punya arus yang cukup kuat untuk mengangkut bahan-bahan pembuat sedimen, yaitu butir-butir tanah dan lumpur serta pasir ke laut lepas atau ke Selat Makassar.
"Sebab di hulu Teluk tidak ada sungai besar yang bisa mendorong zat-zat pembentuk sedimen terhanyut hingga laut lepas," sambung Stan.
Apalagi kini di hulu ada aktivitas perusahaan pengolah minyak sawit mentah (CPO, crude palm oil), yaitu PT. Mekar Bumi Andalas dan PT Dermaga Kencana Indonesia.
Menurut Jufriansyah, Koordinator Konsorsium Instansi dan LSM Peduli Lingkungan Hidup Balikpapan-Samarinda, aktivitas pembukaan lahan, kemudian cut and fill untuk reklamasi guna mendapatkan daratan yang datar oleh kedua perusahaan tersebut, dan juga beberapa perusahaan lain yang juga melakukan hal serupa untuk kepentingan berbeda, adalah penyebab berlipat laju sedimentasi.
Aktifitas PT Dermaga Kencana, misalnya, disebut Stan, telah membuat terumbu karang Batu Kapal rusak parah sejak tahun 2009.
Ia juga memperlihatkan foto-foto terumbu karang Batu Kapal sebelum ada aktivitas perusahaan dan foto terbaru tertanggal 1 Oktober 2011 dengan terumbu karang yang sudah mati.
"Di sisi lain dokumen Amdal mereka lengkap, mereka juga punya sedimen trap untuk mengatasi sedimentasi?tapi memang kawasan ini sesungguhnya tidak cocok untuk industri tanpa membuat kerusakan," kata Stan.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2011
"Sebab laju sedimentasi atau pengendapan lumpur di Teluk Balikpapan kini mencapai dua meter per tahun," kata Stanislav Lhota, peneliti primata dan hutan mangrove Teluk Balikpapan di Kawasan Wisata dan Pendidikan Lingkungan Hidup (KWLH) Balikpapan di Km 23 Jalan Soekarno-Hatta, Jumat.
Endapan lumpur tersebut menutupi terumbu karang dan kemudian merusaknya, sementara terumbu karang adalah tempat hidup dan berkembang biak ikan, yang kemudian jadi sumber kesejahteraan nelayan.
Endapan lumpur juga merusak rumput laut. Padahal kawasan Teluk Waru dan Teluk Balikpapan adalah kawasan budidaya rumput laut yang sangat ekonomis.
Laju sedimentasi atau pengendapan lumpur di Teluk Balikpapan juga membuat Pelabuhan Peti Kemas Kariangau tak bisa dipakai. Sedimentasi juga membuat kapal fery penyeberangan Penajam-Balikpapan selalu diintai kandas.
Menurut Stan, panggilan peneliti dari Southern Bohemia University, Republik Ceko, tersebut, kini kedalaman Teluk Balikpapan di bagian yang terdalam tinggal 22 meter. Sampai tahun 2005, kedalaman tersebut masih mencapai 39 meter.
Pengamatannya pada hutan mangrove alami yang sebelumnya tumbuh lestari di Teluk Balikpapan membuat Stanislav Lhota juga harus mengamati hidrologi atau tata aliran air di Teluk Balikpapan, termasuk zat-zat yang terlarut atau ada di dalamnya.
Stan memaparkan bahwa air di Teluk Balikpapan ternyata tidak punya arus yang cukup kuat untuk mengangkut bahan-bahan pembuat sedimen, yaitu butir-butir tanah dan lumpur serta pasir ke laut lepas atau ke Selat Makassar.
"Sebab di hulu Teluk tidak ada sungai besar yang bisa mendorong zat-zat pembentuk sedimen terhanyut hingga laut lepas," sambung Stan.
Apalagi kini di hulu ada aktivitas perusahaan pengolah minyak sawit mentah (CPO, crude palm oil), yaitu PT. Mekar Bumi Andalas dan PT Dermaga Kencana Indonesia.
Menurut Jufriansyah, Koordinator Konsorsium Instansi dan LSM Peduli Lingkungan Hidup Balikpapan-Samarinda, aktivitas pembukaan lahan, kemudian cut and fill untuk reklamasi guna mendapatkan daratan yang datar oleh kedua perusahaan tersebut, dan juga beberapa perusahaan lain yang juga melakukan hal serupa untuk kepentingan berbeda, adalah penyebab berlipat laju sedimentasi.
Aktifitas PT Dermaga Kencana, misalnya, disebut Stan, telah membuat terumbu karang Batu Kapal rusak parah sejak tahun 2009.
Ia juga memperlihatkan foto-foto terumbu karang Batu Kapal sebelum ada aktivitas perusahaan dan foto terbaru tertanggal 1 Oktober 2011 dengan terumbu karang yang sudah mati.
"Di sisi lain dokumen Amdal mereka lengkap, mereka juga punya sedimen trap untuk mengatasi sedimentasi?tapi memang kawasan ini sesungguhnya tidak cocok untuk industri tanpa membuat kerusakan," kata Stan.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2011