Samarinda (ANTARA News Kaltim) - Ruangan Unit Pencurian Kendaraan Bermotor (Curanmor) Satuan Reskrim Polresta Samarinda, yang diduga tempat pengaiayaan Ramadhan alias Madan (16) siswa kelas II SMA yang tewas setelah ditangkap polisi, diberi garis polisi.

Dari pantauan hingga Kamis petang, sejumlah perwira Polda Kaltim, diantaranya Kepala Bidang Pengamanan dan Profesi (Kabid Propam), Ajun Komisaris Besar Armed Wijaya dan Wakil Direktur Reserse Kriminal Polda Kaltim, Ajun Komisaris Besar Dono Indarto masih terlihat berada di Kantor Polresta Samarinda.

Beberapa saksi, termasuk rekan Madan, juga terlihat masih menjalani pemeriksaan di ruang Bagian Operasional Polresta Samarinda.   

"Hingga saat ini, tim Propam Polda Kaltim masih terus melakaukan pemeriksaan terhadap beberapa Personil Satuan Reskrim POlresta Samarinda yang bertugas pada malam penangkapan Madan," ungkap Kepala Sub Bagian Humas Polresta Samarinda, Ajun Komisaris Andi Razak, Kamis.

Pada Rabu (19/10), tim Propam Polda Kaltim kata Andi Razak telah menggelar rekonstruksi di ruang Unit Curanmor Satuan Reskrim Polresta Samarinda.

"Setelah rekonstruksi dilakukan ruangan tersebut langsung diberi garis polisi," kata Andi Razak.

Sebelumnya, Kabid Propam Polda Kaltim mengatakan, tim telah menemukan adanya indikasi penganiayaan terhadap anak polisi tersebut berdasarkan luka pada bagian wajah korban.

"Indikasi terjadinya penganiayaan terhadap Madan oleh anggota Reskrim Polresta Samarinda memang ada. Namun kami masih terus melakukan pendalaman untuk menyelidiki siapa yang melakukan penganiayaan tersebut. Tetapi, untuk mengetahui penyebab pasti meninggalnya Madan, kami masih menunggu hasil otopsi," ungkap Armed Wijaya.

Kabid Propam bersama Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum serta Direktur Intel Polda Kaltim, datang ke Samarinda untuk ikut melakukan penyelidikan terkait tewasnya anak polisi tersebut.

"Kami datang ke Samarinda untuk ikut melakukan penyelidikan terkait kasus ini atas perintah langsung Kapolda Kaltim. Sampai saat ini (Rabu Malam) sudah delapan personil Satuan Reskrim Polresta Samarinda yang diperiksa."

Pemeriksaan intensif akan terus dilakukan untuk mengungkap siapa yang melakukan penganiayaan tersebut, katanya.

Kabid Propam Polda Kaltim itu berjanji akan melakukan penyelidikan secara transparan.

"Kami tidak akan menutup-nutupi dan penyelidikan ini akan dilakukan secara transparan," kata Armed Wijaya.

Jika terbukti melakukan penganiayaan lanjut Armed Wijaya, sanksi pemecatan mengancam oknum anggota Polresta Samarinda tersebut.

"Jika terubkti melakukan penganiayaan, mereka dapat diajukan ke Sidang Komisi Kode Etik kemudian diajukan pada peradilan umum. Jika terbukti bersalah dapat dilakukan pemecetan dari anggota Polri. Namun, semua itu masih perlu pembuktian dan tim Propam saat ini masih terus bekerja," kata Armed Wijaya.   

Anak dari polisi yang bertugas di Kantor Polsek Kawasan Pelabuhan Samarinda itu baru diketahui sudah sudah tidak bernyawa lagi oleh pihak keluarganya pada Minggu pagi ((16/10) sekitar pukul 09. 00 WITA, tanpa diketahui penyebab kematiannya.

"Kami baru tahu kalau Ramadhan atau yang biasa disapa Madan meninggal pada Minggu pagi sekitar pukul 09. 00 WITA. Saat itu, bapak korban yang bertugas di Polsek Kawasan Pelabuhan Samarinda ditelpon oleh sorang polisi dari Polresta Samarinda dan menanyakan apakah Madan pernah mengidap penyakit. Polisi itu kemudian langsung mengatakan kalau anak tersebut sudah berada di kamar mayat Rumah Sakit Dirgahayu," kata kerabat korban, La Bia.

Awalnya tak satupun kerabat maupun teman korban mengaku mengetahui penyebab kematian dan alasan penangkapan siswa kelas dua SMU tersebut.

Pada bahagian hidung, mata, dan telingat korban terlihat ada luka memar sementara bajunya terdapat bercak darah.

"Kami tidak tahu mengapa dia meninggal, padahal pada Minggu dinihari sekitar pukul 02. 30 WITA, dia masih sempat berbicara dengan bapaknya melalui telepon genggam dan kondisinya saat itu masih segar," ujarnya.

"Bapaknya yang saat itu tengah menjalankan tugas pengawalan di Sungai Mahakam meminta Madan pulang ke rumah namun pada Minggu pagi kami mendengar kabar kalau dia telah meninggal," kata La Bia.   (*)

Pewarta:

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2011