Samarinda (Antaranews Kaltim) -  Jumlah warga miskin di Provinsi Kalimantan Timur mengalami penurunan sekitar 1.500 orang atau 0,11 persen, dari 6,19 persen turun menjadi 6,08 persen yang menggambarkan pemerintah berhasil mengurangi angka kemiskinan.

"Berdasarkan survei yang kami lakukan, jumlah penduduk miskin di Kaltim pada Maret 2017 sebanyak 220.170 orang, tetapi pada September 2017 turun menjadi 218.670 orang, berarti terjadi pengurangan 0,11 persen," ujar Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kaltim Muhammad Habibullah di Samarinda, Selasa.

Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami kenaikan, sedangkan di daerah perdesaan mengalami penurunan baik secara absolut maupun secara persentase.

Selama periode Maret-September 2017, lanjutnya, penduduk miskin di perkotaan naik sebanyak 8.340 orang atau naik 0,28 persen, sedangkan di perdesaan mengalami penurunan 9.840 orang atau turun sebanyak 0,76 persen.

Persentase penduduk miskin di perdesaan pada Maret dan September 2017 masing-masing sebesar 10,50 persen dan 9,74 persen, sementara di daerah perkotaan sebesar 3,99 persen dan 4,27 persen.

Habibullah juga mengatakan bahwa banyak dan sedikitnya jumlah warga miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan (GK) karena pengertian penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki pengeluaran rata-rata per kapita per bulan di bawah GK.

Selama Maret-September 2017, lanjutnya, GK di Kaltim mengalami kenaikan 2,51 persen, dari Rp548.094 per kapita per bulan pada Maret menjadi Rp561.868 per kapita per bulan pada September.

GK terdiri atas dua komponen, yakni GK makanan dan GK nonmakanan. Peranan komoditas makanan jauh lebih besar daripada nonmakanan seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.

"Pada September 2017, peranan komoditas makanan memberikan andil sangat besar terhadap GK Kaltim yang mencapai 70,84 persen, sedangkan sisanya yang hanya 29,16 persen sumbangan GK nonmakanan," tuturnya.

GK makanan baik di perkotaan maupun perdesaan antara lain beras, rokok kretek filter, daging sapi, telur ayam, mi instan, gula pasir, ikan bandeng, dan bawang merah.

"Sedangkan GK nonmakanan antara lain disumbang oleh perumahan, bensin, listrik, pendidikan, perlengkapan mandi, pakaian jadi, dan pajak kendaraan bermotor," ucapnya. (*)

Pewarta: M.Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018