Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Aktivis lingkungan Pandu Dharma Wicaksono (PDW) yang menjadi tersangka kasus pelecehan seksual atau pencabulan, diduga pernah menjadi korban perbuatan serupa yang dilakukan seseorang terhadapnya.

"Kami menduganya demikian," kata Hamsuri, aktivis Jaringan Advokasi Lingkungan (JAL) ketika ditemui Antara di Balikpapan, Kalimantan Timur, Kamis, menanggapi kasus kasus yang menimpa mantan Presiden Green Generation Indonesia Balikpapan itu.

Menurut Hamsuri, ada seseorang bernama H yang dikaitkan dengan PDW dan masa lalunya. PDW diduga pernah mengalami pelecehan tersebut saat masih duduk di bangku SMP.

Saat masih kelas delapan atau kelas 2 SMP, PDW memulai keaktifannya sebagai aktivis lingkungan. Ia menjadi juara lomba presentasi yang digelar untuk memeriahkan Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada 5 Juni 2009.

"Dengan kata lain, bung PDW ini juga korban," kata Hamsuri.

Namun, karena PDW merupakan pribadi yang periang, cerdas, dan kemudian sarat prestasi, kasus yang dialaminya itu juga tidak pernah terangkat ke permukaan.

PDW yang sedianya segera menamatkan pendidikan sarjana S1 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, juga sudah mendapatkan beasiswa penuh untuk melanjutkan program S2 di kampus ternama di Eropa.

Di sisi lain, para aktivis juga menyadari bahwa apa yang disangkakan kepada PDW harus dihadapi dan dipertanggungjawabkan oleh yang bersangkutan.

"Dia orang dewasa. Dia juga cerdas. Kalau tahu dirinya bermasalah, dia tentu tahu bagaimana caranya mendapatkan pertolongan," tegas Iin Indrapraja, aktivis di Forum Penyelamat Teluk Balikpapan, ketika ditemui terpisah.

Walaupun, lanjut Hamsuri, di zaman media sosial ini, PDW telah mendapatkan hukuman berat dari masyarakat, berupa cemoohan, kemarahan, terkejut, hingga kasihan.

"Apapun itu, walau langit akan runtuh, hukum mesti harus ditegakkan. Penegakan hukum juga harus bisa memberikan rasa keadilan bagi semua, terutama bagi korban-korban. PDW sendiri menyesali dan berusaha untuk sembuh. Keadilan yang memulihkan," kata Hamsuri.

PDW ditangkap di Yogyakarta pada 16 November 2017 dan segera dibawa ke Balikpapan sebab disangka melakukan pencabulan sesama jenis antara tahun 2013-2016, dengan korban-korbannya berusia antara 12-16 tahun yang tersebar di Balikpapan, Samarinda, Palu, dan Tarakan. (*)       

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017