Samarinda (ANTARA News - Kaltim) - Kejuaraan BanKaltim Indonesia Open (BIO) Grandprix Gold 2011, 27 September-2 Oktober di Samarinda, Kalimantan Timur, masih sepi pengunjung, meski pertandingan itu bertaraf Internasional dan menghadirkan pemain kelas dunia.

Kurangnya antusias masyarakat untuk menyaksikan kejuaraan yang sudah dua kali digelar di Samarinda itu nampak dari kursi penonton yang begitu lengang, pada hari kedua, Rabu.

Di kursi penonton yang berkapasitas sekitar 3.000 orang itu terlihat kurang dari separuhnya yang terisi.

Menurut Jenny, petugas tiketing, pada hari pertama pelaksanaan kejuaraan untuk kelas ekonomi, tiket yang terjual sebanyak 142 lembar, untuk tiket kelas 27 lembar dan kelas VIP sebanyak 3 lembar tiket yang terjual.

"Memang kemarin sangat sepi, namun untuk hari ini sudah ada peningkatan khususnya di kelas ekonomi yang sudah terjual hampir 250 lembar," papar Jenny.

Menurut Eko Satya Husada, panitia bidang promosi, sepinya animo masyarakat sebenarnya bukan hal yang baru dalam penyelenggaraan kejuaraan di Samarinda.

Karena pada kegiatan yang sama tahun sebelumnya, khususnya hari pertama dan kedua juga mengalami sepinya pengunjung, dan akan berangsur terjadi kenaikan jumlah penonton di hari-hari berikutnya.

"Kelihatannya masyarakat memang memilih pertandingan yang berkualitas untuk ditonton, sehingga mereka melupakan partai pembuka yang biasanya jarang mempertandingkan pertandingan antara pemain papan atas," jelas Eko Satya Husada.

Eko meyakinkan bahwa peluang untuk kenaikan animo masyarakat menyaksikan pertandingan BIO bakal terjadi untuk pertandingan berikutnya, karena dikatakan Eko tiket VIP di partai final sudah terjual habis pada babak penyisihan ini.

"Ya kami cukup mengharapkan media juga membantu promosi kepada masyarakat, sehingga event ini bisa berjalan sukses hingga akhir pertandingan," tegas Eko.

Sepinya pengunjung juga dirasakan oleh Triatno, pemilik stan pameran di areal Stadion Palaran Kaltim, sebagai lokasi pertandingan yang mengaku BIO kali ini sepi dari biasanya.

"Kalau setiap hari begini terus, bisa rugi saya, karena tidak mencapai target," kata Triatno yang mengaku menyewa stan dengan harga Rp1,5 juta per petaknya.(*)

   
   



   

Pewarta:

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2011