Samarinda (ANTARA Kaltim) - Pendapatan asli daerah Pemerintah Kota Samarinda, Kalimantan Timur, dari sektor pajak khususnya tempat hiburan terus meningkat dari tahun ke tahun, kendati iklim perekonomian daerah justru terus menurun.

Kepala Badan Pendapatan Daerah Kota Samarinda Hermanus Barus pada acara Rembuk Kota di Samarinda, Senin, mengatakan, realisasi pajak hiburan pada 2015 sekitar Rp 15 miliar dan meningkat menjadi lebih kurang Rp18 miliar pada 2016.

"Untuk tahun 2017 ini, hingga bulan Oktober sudah masuk pendapatan dari pajak hiburan sekitar Rp18 miliar. Jadi, kami bisa pastikan hingga akhir tahun realisasinya lebih besar dari 2016," kata Hermanus pada rembuk bertajuk Tumbangnya Bisnis Hiburan di Tengah Lesunya Ekonomi Kaltim.

Ia menyatakan sepakat dengan realita bahwa dalam kurun waktu dua tahun terakhir setelah lesunya bisnis pertambangan batu bara di Kaltim, sejumlah tempat hiburan di Samarinda telah menghentikan aktivitasnya alias tutup.

Namun demikian, dari sisi pendapatan daerah, penutupan itu justru tidak memberikan dampak negatif untuk retribusi pajak tempat hiburan.

"Memang tempat hiburan banyak variabelnya, bukan hanya pub, masih ada karaoke keluarga dan panti pijat masuk di dalamnya," tambahnya.

Pada kesempatan sama, Wakil Ketua DPRD Kota Samarinda Siswadi mengemukakan, pelaku bisnis tempat hiburan kebanyakan mempunyai sejumlah usaha lain dan tidak terpaku pada satu lokasi.

"Bisa jadi ada tempat hiburan yang ditutupnya, tapi masih punya usaha di tempat lain yang tetap eksis. Tentunya dari sisi pertimbangan bisnis mereka," katanya.

Oleh karena itu, lanjutnya, ketika ada sejumlah tempat hiburan yang tutup, tidak serta merta bisa diasumsikan karena imbas perekonomian Kaltim yang sedang lesu.

"Kalau lagi lesu, kenapa Pemkot Samarinda terus memberikan izin berdirinya karaoke keluarga baru, bahkan di lokasi yang berdekatan dengan lingkungan sekolah dan kampus," jelas Siswadi.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Samarinda Nusyirwan Ismail menambahkan bahwa pada era serba modern saat ini, pelaku usaha memang membutuhkan berbagai taktik dan strategi serta inovasi untuk merebut pangsa pasar.

"Mungkin tutupnya sejumlah tempat hiburan itu karena pangsanya sudah mulai menurun ataupun karena hal lain, semisal karena sudah banyak hiburan lain yang lebih mengasyikkan. Ada wisata kuliner dan tempat hiburan lain yang mulai menjamur," katanya. (*)

Pewarta: Arumanto

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017