Samarinda (ANTARA Kaltim) - Sebuah organisasi nirlaba Indonesia yang berdedikasi terhadap konservasi orang utan dan habitatnya "The Borneo Orangutan Survival Foundation" atau Yayasan BOS membebaskan satu orang utan ke kawasan Pulau Pra-Pelepasliaran di Samboja Lestari, Kutai Kartanegara.
Chief Executive Officer Yayasan BOS Jamartin Sihite, dihubungi dari Samarinda, Rabu menyatakan, orang utan jantan yang diberi nama Romeo itu sudah hidup di kandang selama 24 tahun.
"Setelah 24 tahun mendekam di kompleks kami yang ruang geraknya terbatas, hari ini kami berikan kebebasan kepada satu orang utan yang telah lama hidup di Samboja Lestari, untuk hidup di alam terbuka," kata Jamartin Sihite.
Ia menyatakan, terdapat tujuh pulau dengan empat pulau tambahan di kawasan pra-pelepasliaran di Samboja Lestari dengan kapasitas total tujuh pulau tersebut sekitar 30 orang utan.
Setiap orang utan yang telah lulus sekolah hutan lanjut Jamartin Sihite, akan ditempatkan di salah satu pulau pra-pelepsliaran itu sebelum dilepasliarkan di hutan.
"Di pulau tersebut, mereka hidup di udara terbuka sementara teknisi memantau kemajuan dan adaptasi mereka. Pulau-pulau itu juga dipergunakan untuk wilayah transisi bagi orang utan yang telah lama berada di kompleks kandang untuk mengetahui potensi mereka sebelum dilepasliarkan ke hutan," terang Jamartin Sihite.
Romeo kata ia, adalah salah satu orang utan yang tertua di Samboja Lestari.
Pada 1993 tambah ia, Romeo yang baru berusia enam tahun dipulangkan dari Taiwan dan sejak itu direhabilitasi di Samboja.
"Program pelepaslairan kami sempat terhenti selama 10 tahun akibat tidak tersedianya hutan untuk menampung orang utan dari pusat rehabilitasi kami," tuturnya.
"Ini menyebabkan menumpuknya ratusan orang utan yang senasib dengan Romeo, menanti kebebasan. Kami sudah berhasil mengatasi tantangan ini, namun hutan di Kalimantan Timur yang kami kelola saat ini, yakni Hutan Kehje Sewen, masih belum dapat menampung 100 orang utan lain yang kami rencanakan untuk dilepasliarkan," terang Jamartin Sihite.
Sementara itu, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur Sunandar Trigunajasa mengapresiasi langkah yang dilakukan Yayasan BOS terhadap pemindahan orang utan dari fasilitas yang tertutup ke fasilitas yang lebih terbuka.
"Pemindahan orang utan dari fasilitas yang tertutup ke fasilitas yang lebih terbuka oleh Yayasan BOS menunjukkan tindakan nyata. Kita bisa melihat bahwa orang utan memang ditakdirkan hidup bebas di alam, namun mengingat status konservasi mereka yang saat ini dianggap `critically endangered` atau sangat terancam punah, kita semua, termasuk saya dan jajaran Balai KSDA Kalimantan Timur harus meningkatkan upaya pelestarian orang utan dan habitatnya," katanya.
"Hari ini, kami pindahkan satu jantan dan sebelumnya, dua betina. Semoga di kesempatan berikut kita bisa pindahkan beberapa orang utan sekaligus ke wilayah pra-pelepasliaran yang lebih besar dan dari pulau pra-pelepasliaran ke hutan. Semakin cepat kita bergerak, semakin besar harapan orangutan untuk lestari di habitatnya. Kita wajib bekerja bersama mewujudkan hal ini," ujar Sunandar.
Pemindahan Romeo dan dua betina ke pulau pra-pelepasliaran orang utan di Samboja Lestari tersebut terlaksana atas kerja sama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur serta BOS Swiss, BOS Jerman, BOS Australia dan The Great Projects.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017
Chief Executive Officer Yayasan BOS Jamartin Sihite, dihubungi dari Samarinda, Rabu menyatakan, orang utan jantan yang diberi nama Romeo itu sudah hidup di kandang selama 24 tahun.
"Setelah 24 tahun mendekam di kompleks kami yang ruang geraknya terbatas, hari ini kami berikan kebebasan kepada satu orang utan yang telah lama hidup di Samboja Lestari, untuk hidup di alam terbuka," kata Jamartin Sihite.
Ia menyatakan, terdapat tujuh pulau dengan empat pulau tambahan di kawasan pra-pelepasliaran di Samboja Lestari dengan kapasitas total tujuh pulau tersebut sekitar 30 orang utan.
Setiap orang utan yang telah lulus sekolah hutan lanjut Jamartin Sihite, akan ditempatkan di salah satu pulau pra-pelepsliaran itu sebelum dilepasliarkan di hutan.
"Di pulau tersebut, mereka hidup di udara terbuka sementara teknisi memantau kemajuan dan adaptasi mereka. Pulau-pulau itu juga dipergunakan untuk wilayah transisi bagi orang utan yang telah lama berada di kompleks kandang untuk mengetahui potensi mereka sebelum dilepasliarkan ke hutan," terang Jamartin Sihite.
Romeo kata ia, adalah salah satu orang utan yang tertua di Samboja Lestari.
Pada 1993 tambah ia, Romeo yang baru berusia enam tahun dipulangkan dari Taiwan dan sejak itu direhabilitasi di Samboja.
"Program pelepaslairan kami sempat terhenti selama 10 tahun akibat tidak tersedianya hutan untuk menampung orang utan dari pusat rehabilitasi kami," tuturnya.
"Ini menyebabkan menumpuknya ratusan orang utan yang senasib dengan Romeo, menanti kebebasan. Kami sudah berhasil mengatasi tantangan ini, namun hutan di Kalimantan Timur yang kami kelola saat ini, yakni Hutan Kehje Sewen, masih belum dapat menampung 100 orang utan lain yang kami rencanakan untuk dilepasliarkan," terang Jamartin Sihite.
Sementara itu, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur Sunandar Trigunajasa mengapresiasi langkah yang dilakukan Yayasan BOS terhadap pemindahan orang utan dari fasilitas yang tertutup ke fasilitas yang lebih terbuka.
"Pemindahan orang utan dari fasilitas yang tertutup ke fasilitas yang lebih terbuka oleh Yayasan BOS menunjukkan tindakan nyata. Kita bisa melihat bahwa orang utan memang ditakdirkan hidup bebas di alam, namun mengingat status konservasi mereka yang saat ini dianggap `critically endangered` atau sangat terancam punah, kita semua, termasuk saya dan jajaran Balai KSDA Kalimantan Timur harus meningkatkan upaya pelestarian orang utan dan habitatnya," katanya.
"Hari ini, kami pindahkan satu jantan dan sebelumnya, dua betina. Semoga di kesempatan berikut kita bisa pindahkan beberapa orang utan sekaligus ke wilayah pra-pelepasliaran yang lebih besar dan dari pulau pra-pelepasliaran ke hutan. Semakin cepat kita bergerak, semakin besar harapan orangutan untuk lestari di habitatnya. Kita wajib bekerja bersama mewujudkan hal ini," ujar Sunandar.
Pemindahan Romeo dan dua betina ke pulau pra-pelepasliaran orang utan di Samboja Lestari tersebut terlaksana atas kerja sama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur serta BOS Swiss, BOS Jerman, BOS Australia dan The Great Projects.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017