Samarinda (ANTARA Kaltim) - Sungai Karang Mumus di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, bisa disulap menjadi kebun binatang alami karena masih terdapat aneka satwa yang bertahan seperti monyet, bekantan, bebeapa jenis burung, biawak, dan satwa lainnya.
"Waktu saya menyusuri SKM (Sungai Karang Mumus) mulai Jembatan Kehewanan sampai ke hulu atau hingga Bendung Benanga pada Kamis (25/5), saya kaget karena ternyata ada beberapa jenis satwa yang terlihat," ujar anggota DPRD Provinsi Kaltim Siti Qomariah di Samarinda, Sabtu.
Menurut ia, masih banyaknya satwa itu menggambarkan bahwa kawasan hulu SKM besarta daerah aliran sungainya paling tidak menjadi arena bermain sekaligus mencari makan bagi mereka, sehingga hal ini menjadi modal besar untuk mengembalikan hunian bagi satwa.
Ia mengemukakan, pohon yang tumbuh di hulu SKM yang jumlahnya masih bisa dihitung dengan jari sudah mampu menarik perhatian monyet dan bekantan datang.
"Apalagi jika alam tersebut dilestarikan, tentu makin banyak satwa yang mendekat karena dulunya lokasi itu merupakan rumah bagi aneka satwa tersebut," ujarnya.
Bahkan, burung khas Kalimantan seperti enggang juga diyakini bisa kembali jika alamnya kembali dilestarikan seperti sediakala.
Untuk itu, ia minta pemerintah setempat bisa melakukan kerja sama dengan berbagai pihak dalam menghijaukan kembali DAS Karang Mumus yang terus dirambah oleh masyarakat, agar sisa yang ada tidak habis dan ke depan justru bisa diperluas.
"Kawanan monyet dan kawanan bekantan di hulu SKM yang terlihat kemarin, sesungguhnya merupakan modal besar bagi kita untuk menjadikan daerah ini sebagai kebun binatang alami. Caranya gampang, kembalikan saja alam SKM seperti dulu, pasti banyak satwa menganggap itu adalah rumah mereka," ujarnya.
Siti Qomariah juga kagum ketika menyusuri hulu SKM dengan perahu melewati deretan pohon yang panjangnya hanya sekitar 200 meter, yakni di bawah Keinan Kanopi, karena suasana alami benar-benar terasa seperti berada di tengah hutan yang jauh dari pusat kota.
Ia berharap kepada pihak terkait bisa menambah kanopi di hulu SKM tersebut, karena keberadaannya bisa memancing minat berbagai jenis satwa bertahan, juga mampu menarik minat kunjungan wisatawan.
"Wisata alam dengan satwa alami itu mahal, bahkan sangat mahal karena pengunjung biasanya harus menjelajahi jauh ke hutan. Sedangkan ini kawasannya berada di tengah kota dan mudah dijangkau baik lewat darat maupun sungai, maka Pemkot Samarinda tinggal memolesnya," tutur Qomay, panggolan akrabnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017
"Waktu saya menyusuri SKM (Sungai Karang Mumus) mulai Jembatan Kehewanan sampai ke hulu atau hingga Bendung Benanga pada Kamis (25/5), saya kaget karena ternyata ada beberapa jenis satwa yang terlihat," ujar anggota DPRD Provinsi Kaltim Siti Qomariah di Samarinda, Sabtu.
Menurut ia, masih banyaknya satwa itu menggambarkan bahwa kawasan hulu SKM besarta daerah aliran sungainya paling tidak menjadi arena bermain sekaligus mencari makan bagi mereka, sehingga hal ini menjadi modal besar untuk mengembalikan hunian bagi satwa.
Ia mengemukakan, pohon yang tumbuh di hulu SKM yang jumlahnya masih bisa dihitung dengan jari sudah mampu menarik perhatian monyet dan bekantan datang.
"Apalagi jika alam tersebut dilestarikan, tentu makin banyak satwa yang mendekat karena dulunya lokasi itu merupakan rumah bagi aneka satwa tersebut," ujarnya.
Bahkan, burung khas Kalimantan seperti enggang juga diyakini bisa kembali jika alamnya kembali dilestarikan seperti sediakala.
Untuk itu, ia minta pemerintah setempat bisa melakukan kerja sama dengan berbagai pihak dalam menghijaukan kembali DAS Karang Mumus yang terus dirambah oleh masyarakat, agar sisa yang ada tidak habis dan ke depan justru bisa diperluas.
"Kawanan monyet dan kawanan bekantan di hulu SKM yang terlihat kemarin, sesungguhnya merupakan modal besar bagi kita untuk menjadikan daerah ini sebagai kebun binatang alami. Caranya gampang, kembalikan saja alam SKM seperti dulu, pasti banyak satwa menganggap itu adalah rumah mereka," ujarnya.
Siti Qomariah juga kagum ketika menyusuri hulu SKM dengan perahu melewati deretan pohon yang panjangnya hanya sekitar 200 meter, yakni di bawah Keinan Kanopi, karena suasana alami benar-benar terasa seperti berada di tengah hutan yang jauh dari pusat kota.
Ia berharap kepada pihak terkait bisa menambah kanopi di hulu SKM tersebut, karena keberadaannya bisa memancing minat berbagai jenis satwa bertahan, juga mampu menarik minat kunjungan wisatawan.
"Wisata alam dengan satwa alami itu mahal, bahkan sangat mahal karena pengunjung biasanya harus menjelajahi jauh ke hutan. Sedangkan ini kawasannya berada di tengah kota dan mudah dijangkau baik lewat darat maupun sungai, maka Pemkot Samarinda tinggal memolesnya," tutur Qomay, panggolan akrabnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017