Sejak zaman penjajahan Belanda yang dilanjutkan penjajahan Jepang, sesungguhnya Sungai Mahakam sudah dimanfaatkan untuk angkutan orang dan barang, bahkan pada zaman keemasan kayu, ada jutaan meter kubik kayu gelondongan diloloskan melalui sungai ini.

Ketika era kayu ludes karena persediaan di pedalaman Kalimantan Timur terus menipis, ditambah larangan pemerintah terhadap perusakan hutan, aktivitas perkayuan tidak seramai tahun 1970 hingga 1990-an dengan puncak kejayaan kayu era 1980-an.

Kisaran tahun 1990 penarikan kayu menggunakan kapal melalui Mahakam terus berkurang dan kini tidak terlihat lagi dari Kota Samarinda, walau di bagian hulu terkadang masih ada.

Apakah Mahakam sepi setelah tidak ada lagi kayu yang dihanyutkan? Tidak, sejak tahun 1990-an hingga kini aktivitas ponton pengangkut batu bara masih berjalan.

Kegiatan ekonomi lain, seperti tambang dan angkutan barang pun masih berlanjut. Sedangkan untuk aktivitas kepariwisataan berupa kapal wisata atau kapal yang khusus memberikan pelayanan bagi yang ingin menikmati panorama alam Mahakam dan tepinya, baru mulai digali sejak Oktober 2016.

Adalah Afif Nur Sholeh, pemilik kapal wisata untuk menjelajahi sebagian Sungai Mahakam. Kapal ini sebenarnya sudah bertahun-tahun lalu hilir-mudik di Mahakam yang memiliki panjang 920 km itu, namun hilir-mudik kapalnya bukan untuk angkutan turis, tetapi kepentingan transportasi.

Sejak jalur transportasi sungai yang menghubungkan Samarinda-Tenggarong-Kutai Barat-Mahakam Ulu menjadi sepi, Afif harus memutar otaknya untuk tetap mengoptimalkan kapal kayunya, sehingga munculah ide menyulap kapal barang dan orang itu menjadi kapal wisata.

"Dulu angkutan lewat Mahakam sampai ujung Kabupaten Mahakam Ulu tidak pernah sepi, namun setelah akses transportasi darat sampai Kecamatan Tering, Kutai Barat, jalannya sudah bagus, banyak yang memilih jalur darat karena lebih cepat, makanya angkutan kapal menjadi sepi," ujarnya mengenang.

Setelah itu, ia kemudian mencoba mencari usaha alternatif dengan tetap memberdayakan kapal yang masih bagus. Apalagi kapal tersebut dibeli dengan harga mahal dan kondisinya masih layak, sehingga sayang jika harus didiamkan.

Sampai akhirnya ia yakin bahwa usaha wisata kapal menikmati sungai plus pemandangan di sekelilingnya bakal menuai rezeki. Ia pun sedikit merombak kapal barang dan orang itu menjadi kapal wisata dengan nama Mahakam River Cruise.

Perombakan yang dilakukan sesungguhnya tidak banyak, ia hanya menambah meja dan kursi di lantai 1, menambah penata suara sebagai alat pengeras suara baik untuk kepentingan rapat, penjelasan dari pemandu, maupun untuk penyanyi karena tak jarang dalam perjalanan wisata ada pula elektone tunggal sebagai hiburan.

Kapal ini terdiri atas dua lantai, untuk lantai 1 sebelumnya digunakan tempat barang dari Samarinda yang akan dijual lagi di bagian hulu, sementara lantai 2 yang sebelumnya terdiri atas jejeran ranjang sebagai tempat tidur penumpang, harus diubah lagi sebagaimana layaknya kenyamanan wisatawan.

Kapal kayu berukuran 25 kali 4 meter ini lebih banyak melayani wisatawan penikmat bagian hilir Mahakam di sekitar Samarinda dengan lama perjalanan sekitar 2 jam pergi pulang.

"Bisa juga untuk rute Samarinda Tenggarong jika ada pesanan khusus, namun permintaan ini jarang karena waktu tempuhnya tentu lebih lama. Demi kenyamanan wisatawan, kami membatasi penumpang maksimal 100 orang," kata Afif.

Sementara itu, Dewi, salah seorang wisatawan penikmat Mahakam yang mengajak anaknya turut dalam rombongan salah satu TK di Samarinda, menuturkan kesan luar biasa setelah diajak keliling selama sekitar dua jam.

Ia mengaku tidak sayang mengeluarkan Rp35 ribu untuk dirinya dan Rp15 ribu untuk anaknya yang masih TK, karena anaknya sangat menikmati pemandangan di sepanjang perjalanan yang menyusuri sungai tersebut.

"Puluhan tahun saya tinggal di Samarinda, baru tahu kalau ternyata di Mahakam ada kapal wisata. Luar biasa asyiknya, anak saya juga girang. Awalnya sih takut karena gak bisa berenang, tapi kan ada pelampung, jadi yakin aja aman," ujar Dewi.

    Apresiasi
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kaltim Syafruddin Pernyata memberikan apresiasi terhadap pihak swasta yang sudah membangun ekowisata melalui kapal wisata menjelajahi Sungai Mahakam, walau masih sebatas jelajah di Kota Samarinda.

"Memang kapal wisata Mahakam yang beroperasi sekarang masih sebatas di Samarinda dengan melintas di bawah tiga jembatan. Tapi saya yakin ini merupakan embrio yang ke depannya akan berkembang untuk jalur lain," ujarnya.

Jalur lain yang dimaksud Syafruddin, di antaranya Samarinda-Tenggarong atau jalu-jalur lain yang masih ada hubungannya dengan ekowisata Mahakam karena sungai ini memiliki ciri khas dan tidak ada bandingannya dengan sungai lain.

Bagi warga Samarinda, Sungai Mahakam mungkin tidak terlalu menarik karena setiap hari sudah dilihat, tetapi bagi warga luar kota, apalagi luar pulau, tentu Mahakam memiliki keindahan tersendiri karena jenis sungai yang lebar dan panjang itu tidak ada duanya, bahkan di negara manapun.

"Saya contohkan begini, becak bagi warga Yogyakarta merupakan hal biasa, namun bagi warga Samarinda ketika mengunjungi Yogya, pasti melihat becak sesuatu yang beda sehingga ada keinginan untuk naik. Begitu pula dengan kereta api dan apapun yang tidak biasa di daerah asal pengunjung," ujarnya.

Untuk itu, ia akan terus mendukung pihak swasta mana pun yang ingin berinvestasi membangkitkan wisata Mahakam, apalagi saat ini belum ada wisata interkoneksi satu paket antara Mahakam dengan sejumlah wisata darat di Tenggarong, seperti Pulau Kumala, Museum Tenggarong, Planetarium, maupun Ladaya.

"Keberadaan Dinas Pariwisata adalah untuk meningkatkan kunjungan wisata. Jadi apa saja kegiatan yang dilakukan pihak lain demi menarik wisatawan lokal, nusantara, maupun mancanegara, mari sama-sama kita dukung dan kita kembangkan," ujarnya.

Indonesia memang memiliki banyak sungai, tapi alamnya pasti beda. Di Jawa boleh punya Berantas, boleh punya Bengawan Solo, di Kalsel boleh punya Barito, tapi di Kaltim punya Mahakam yang sungainya sangat unik sehingga tak ada yang bisa menyamai.

Untuk itu, pihaknya akan terus mengembangkan objek wisata tersebut meski sekarang telah ada dua unit kapal wisata Mahakam yang laris peminat dari berbagai kalangan.

Mahakam memiliki banyak anak sungai, seperti Sungai Kerbau, Karang Mumus, Karang Asam Besar, Telen, Berinding, Bakung, hingga Sungai Belayan yang tentu menyimpan pesona alami tak ada duanya.

Untuk menikmati pesona Mahakam, bagi yang tidak memiliki waktu panjang hingga dua hari untuk menjelajahi mulai Samarinda sampai Kabupaten Mahakam Ulu, dijamin menjalajahi puluhan kilometer di areal Kota Samarinda saja sudah mampu merasakan sensasinya.

Cara itu adalah dengan naik kapal wisata jelajah Mahakam yang membutuhkan waktu tempuh sekitar 2 jam, yakni mulai dari Pelabuhan Pasar Pagi menuju Jembatan Mahkota 2 berputar di bawah jembatan itu untuk menuju Jembatan Mahakam, kemudian berputar lagi untuk kembali naik di Pelabuhan Pasar Pagi.

"Sekarang kapal wisata Jelajah Mahakam ada dua unit yang khusus melayani wistawan yang ingin menikmati Samarinda dari Mahakam, yakni dengan rute Pasar Pagi-Jembatan Mahakam 2-Jembatan Mahakam-Pasar Pagi. Menurut pengamatan saya, dua kapal ini masih kurang, jadi kalau ada pengusaha yang melihat peluang ini, silahkan," ujarnya.

Peluang itu, pernah ia tawarkan kepada sesorang yang berpotensi mengembangkan bisnis jelajah sungai, namun yang bersangkutan menolak dengan alasan sudah ada dua unit, sehingga jika ada tambahan lagi dikhawatirkan jumlah penumpangnya berkurang.

Menurut Syafruddin yang memiliki jiwa kewirausahaan karena sejak muda hingga kini menjalankan berbagai usaha tersebut, jika menu utama dan fasilitas sudah ada maka pasar bisa diciptakan. Caranya dengan mengembangkan kreativitas diri dan mengoptimalkan tenaga pemasaran.

"Banyak cara yang bisa dilakukan, misalnya bekerja sama dengan berbagai komunitas, lembaga, swasta, termasuk harus intensif melakukan dialog dengan manajamen perhotelan karena selain penduduk lokal, orang yang berpotensi menikmati keunikan suatu daerah adalah tamu luar yang menginap di hotel," katanya.

Di hotel, katanya, jika yang menginap atau ada pelatihan tertentu dari lembaga, perusahaan, maupun pemerintah, maka pihak hotel bisa mengarahkan tamunya mengikuti tur jelajah Mahakam, asalkan pengelola wisata melakukan komunikasi dengan manajemen hotel, karena model seperti ini bisa dihitung paket.

Cara ini tentu tidak tidak harus dengan mengurangi biaya hotel, tetapi harga kamar yang dinaikkan sesuai dengan kebutuhan terkait jelajah Mahakam maupun suvenir yang akan dibagikan kepada tamu.

Teknik ini tentu tidak ada yang dirugikan karena tamu senang mendapat pelayanan tambahan, kemudian manajemen hotel juga mendapat tambahan pendapatan dari biaya antar sampai lokasi wisata.

    Destinasi Unggulan

Sungai Mahakam yang melintasi tiga kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur ini, dinilai memiliki keunikan dan keindahan tersendiri untuk dijelajahi maupun dinikmati bukan hanya dari darat, tetapi juga dari airnya sehingga objek wisata ini laik dijadikan destinasi unggulan.

 "Ada banyak cara untuk bisa menikmati keindahan Sungai Mahakam, seperti dengan mengikuti tur atau jelajah Mahakam menggunakan kapal wisata," ujar Putri Pariwisata Provinsi Kaltim 2014 Jessica Hermila.

Melalui perjalanan wisata Mahakam, wisatawan bisa langsung berinteraksi dengan air sungai, menikmati perbedaan pemandangan alam dan gaya modern, baik di sisi kanan maupun kiri Mahakam.

 "Ketika saya dan teman-teman naik kapal wisata Pesut Mahakam, sepanjang perjalanan jelajah terlihat beberapa objek wisata unggulan di Kota Samarinda, seperti Kampung Tenun, rumah tua, dan Masjid Shiratal Mustaqiem yang merupakan masjid tertua di Samarida," katanya.

Sebagai generasi penerus sekaligus sebagai Putri Pariwisata, ia mengaku memiliki tanggung jawab untuk mempromosikan sejumlah objek pariwisata di Kaltim, termasuk Sungai Mahakam yang memang laik menjadi destinasi wisata.

Dengan gencarnya promosi yang dilakukan, baik oleh Dinas Pariwisata, pihak terkait, beberapa Putri Pariwisata, maupun promosi perorangan dari mulut ke mulut yang merupakan jenis promosi paling kuat, maka objek wisata Kaltim berikut kebudayaannya makin dikenal secara luas bukan hanya nasional, tapi dikenal hingga tingkat dunia.

 Ia juga menyatakan Samarinda juga indah dipandang dari Menara 99 Asmaul Khusna di Masjid Islamic Center. Dari menara ini, wisatawan dapat memanjakan mata dengan menikmati lebih separuh hamparan luas Kota Samarinda, mengingat dari atas menara setinggi 99 meter ini bisa memandang ke segala arah sampai titik terjauh.

"Posisi Menara Asmaul Khusna yang dekat dengan Sungai Mahakam, membuat pengunjung kagum dengan lebar dan panjangnya aliran sungai dan liuknya bak ular raksasa. Mahakam juga keren dinikmati dari atas," ucap Jessica.

Objek wisata di Samarinda memang banyak, namun yang khas masih minim, sehingga semua pihak terkait harus terus bekerja sama menjadikan Sungai Mahakam menjadi destinasi wisata unggulan yang berpotensi besar dikembangkan. Tentunya, berbagai fasilitas pendukung juga harus terus dilengkapi. (*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017