Samarinda (ANTARA Kaltim) - Biaya operasional pada Pelabuhan Peti Kemas Palaran Samarinda, Kalimantan Timur, mengalami penurunan di kisaran 6-10 persen pasca terjadinya operasi tangkap tangan (OTT) oleh Saber Pungli Mabes Polri pada 17 Maret lalu.
"Dulu biaya jasa bongkar muat terlalu tinggi. Setelah dilakukan OTT, kemudian jasa bongkar muat itu menjadi standar sehingga sejak itu biaya operasional pada pelabuhan ini turun pada kisaran 6-10 persen," ujar Direktur PT Pelabuhan Samudera Palaran (PSP) Atno Prabowo di Samarinda, Selasa.
Hal itu dikatakan Atno saat rombongan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Oke Nurwan mengunjungi pelabuhan tersebut. Kunjungan kerja itu didampingi Wakil Wali Kota Samarinda Nusyirwan Ismail dan sejumlah pejabat di Pemprov Kaltim.
Namun Atno tidak mengerti harga bahan pokok di masyarakat atau di pasar masih tetap tinggi, meski biaya operasional dari Palaran sudah menurun, karena penetapan harga itu di luar kewenangannya.
Ia juga menjelaskan operasional bongkar muat barang di Pelabuhan Palaran dilakukan 24 jam, namun kendala yang dialami pihaknya adalah ketika melakukan bongkar muat pada malam hari yang tidak bisa langsung diangkut ke gudang milik distributor di kawasan pergudangan di Jalan Ir. Sutami.
"Meski kami melakukan pembongkaran berbagai komoditas selama 24 jam, namun tetap tidak efisien karena barang yang kami bongkar pada malam hari harus ditumpuk dulu karena baru bisa diantar dengan truk pada pagi hari, yakni ketika pergudangan buka. Seandainya pergudangan bisa buka 24 jam juga, maka kami langsung bisa antar barang ke gudang," ujarnya.
Sementara Nusyirwan Ismail, ketika ditanya wartawan mengenai belum adanya gudang di Samarinda yang buka hingga malam, ia mengatakan akan membicarakan hal ini dengan semua pemilik gudang, sehingga distribusi barang dari pelabuhan ke pergudangan juga bisa dilakukan 24 jam.
"Kalau untuk tenaga kerja, orang-orang dari Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) Samudera Sejahtera (Komura), juga bisa diperkerjakan untuk aktivitas malam di pergudangan. Tapi itu nanti kita bicarakan dulu dengan manajemen pergudangan," ujar Nusyirwan.
Sementara Oke Nurwan, ketika ditanya mengenai hal itu, ia mengaku masalah tersebut merupakan wewenang pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan, namun pihaknya mendorong agar tiap aktivitas harus mengutamakan keselamatan dan efisensi.
"Kunjungan saya ke sini karena Pelabuhan Peti Kemas Palaran merupakan pelabuhan utama di Samarinda sebagai bongkar muat bahan-bahan pokok seperti gula, beras, dan lain-lain, jadi saya harus yakin kesiapan pelabuhan ini menjelang Ramadhan, termasuk mengetahui kapasitas bongkar muat per hari," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017
"Dulu biaya jasa bongkar muat terlalu tinggi. Setelah dilakukan OTT, kemudian jasa bongkar muat itu menjadi standar sehingga sejak itu biaya operasional pada pelabuhan ini turun pada kisaran 6-10 persen," ujar Direktur PT Pelabuhan Samudera Palaran (PSP) Atno Prabowo di Samarinda, Selasa.
Hal itu dikatakan Atno saat rombongan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Oke Nurwan mengunjungi pelabuhan tersebut. Kunjungan kerja itu didampingi Wakil Wali Kota Samarinda Nusyirwan Ismail dan sejumlah pejabat di Pemprov Kaltim.
Namun Atno tidak mengerti harga bahan pokok di masyarakat atau di pasar masih tetap tinggi, meski biaya operasional dari Palaran sudah menurun, karena penetapan harga itu di luar kewenangannya.
Ia juga menjelaskan operasional bongkar muat barang di Pelabuhan Palaran dilakukan 24 jam, namun kendala yang dialami pihaknya adalah ketika melakukan bongkar muat pada malam hari yang tidak bisa langsung diangkut ke gudang milik distributor di kawasan pergudangan di Jalan Ir. Sutami.
"Meski kami melakukan pembongkaran berbagai komoditas selama 24 jam, namun tetap tidak efisien karena barang yang kami bongkar pada malam hari harus ditumpuk dulu karena baru bisa diantar dengan truk pada pagi hari, yakni ketika pergudangan buka. Seandainya pergudangan bisa buka 24 jam juga, maka kami langsung bisa antar barang ke gudang," ujarnya.
Sementara Nusyirwan Ismail, ketika ditanya wartawan mengenai belum adanya gudang di Samarinda yang buka hingga malam, ia mengatakan akan membicarakan hal ini dengan semua pemilik gudang, sehingga distribusi barang dari pelabuhan ke pergudangan juga bisa dilakukan 24 jam.
"Kalau untuk tenaga kerja, orang-orang dari Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) Samudera Sejahtera (Komura), juga bisa diperkerjakan untuk aktivitas malam di pergudangan. Tapi itu nanti kita bicarakan dulu dengan manajemen pergudangan," ujar Nusyirwan.
Sementara Oke Nurwan, ketika ditanya mengenai hal itu, ia mengaku masalah tersebut merupakan wewenang pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan, namun pihaknya mendorong agar tiap aktivitas harus mengutamakan keselamatan dan efisensi.
"Kunjungan saya ke sini karena Pelabuhan Peti Kemas Palaran merupakan pelabuhan utama di Samarinda sebagai bongkar muat bahan-bahan pokok seperti gula, beras, dan lain-lain, jadi saya harus yakin kesiapan pelabuhan ini menjelang Ramadhan, termasuk mengetahui kapasitas bongkar muat per hari," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017