Samarinda (ANTARA Kaltim) - Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur terus mengembangkan pertanian organik baik berupa padi, cabai, bahkan hingga peternakan sapi yang terintegrasi dengan pertanian yang memanfaatkan kotoran sapi.
Kepala BI Perwakilan Kaltim Muhammad Nur di Samarinda, Kamis, mengatakan pengembangan padi organik dan tanaman pangan lainnya dilakukan agar ke depan Kaltim tidak tergantung pasokan dari daerah lain, sehingga pada akhirnya dapat menekan laju inflasi.
Hal itu dikatakan Nur ketika ditemui usai pembukaan Galeri Aemtobe dan Rezadya Batik, sekaligus peluncuran motif baru pakaian khas Sarung Samarinda oleh BI Kaltim di Hotel Senyiur Samarinda.
Ia melanjutkan pengembangan pertanian organik masuk dalam klaster ekonomi yang dikembangkan BI Kaltim dan hingga kini telah dikembangkan sebanyak delapan klaster.
Kedelapan klaster itu meliputi klaster rumput laut di Desa Tanjung Harapan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kaltara, kemudian klaster sarung tenun Samarinda di Samarinda Seberang, Kota Samarinda.
Berikutnya klaster cabai organik di tiga kelurahan di Samarinda yakni Sungai Siring, Mugirejo, dan Lempake. Klaster penggemukan sapi di Lubuk Sawah, Mugirejo, Samarinda.
Klaster padi organik di Desa Sidomulyo, Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, klaster bawang merah di Desa Amborawang Laut, Samboja, Kutai Kartanegara.
Selanjutnya klaster padi organik di Desa Tanjung Palas Tengah, Kecamatan Tanjung Palas, Kabupaten Bulungan, klaster kerajian rotan di Desa Ujoh Bilang, Kecamatan Ujoh Bilang, Kabupaten Mahakam Ulu.
Kategori klaster tersebut antara lain ada kluster untuk peningkatan ekspor rumput laut, klaster pertanian yang fungsinya sebagai ketahanan pangan, dan ada klaster yang berfungsi sebagai komoditas unggulan seperti sarung tenun dan kerajinan rotan.
Ia menambahkan pengembangan pertanian organik telah dilakukan sejak lama dan terus mendapat pembinaan hingga kini, seperti di Kecamatan Anggana yang mulai digagas sejak Mei 2015, namun hingga kini petani setempat masih terus mendapat pendampingan agar kapasitas mereka semakin kuat.
"Begitu pula untuk peternakan terintegrasi di Mugirejo, Samarinda, yang awalnya kami bantu pembangunan kandang sekaligus pendampingan. Pada 2015 jumlah sapi kelompok ternak di Mugirejo hanya 48 ekor, namun kini telah berkembang menjadi 150 ekor. Ini juga bentuk dukungan BI dalam menuju swasembada pangan," ujar M Nur. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017
Kepala BI Perwakilan Kaltim Muhammad Nur di Samarinda, Kamis, mengatakan pengembangan padi organik dan tanaman pangan lainnya dilakukan agar ke depan Kaltim tidak tergantung pasokan dari daerah lain, sehingga pada akhirnya dapat menekan laju inflasi.
Hal itu dikatakan Nur ketika ditemui usai pembukaan Galeri Aemtobe dan Rezadya Batik, sekaligus peluncuran motif baru pakaian khas Sarung Samarinda oleh BI Kaltim di Hotel Senyiur Samarinda.
Ia melanjutkan pengembangan pertanian organik masuk dalam klaster ekonomi yang dikembangkan BI Kaltim dan hingga kini telah dikembangkan sebanyak delapan klaster.
Kedelapan klaster itu meliputi klaster rumput laut di Desa Tanjung Harapan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kaltara, kemudian klaster sarung tenun Samarinda di Samarinda Seberang, Kota Samarinda.
Berikutnya klaster cabai organik di tiga kelurahan di Samarinda yakni Sungai Siring, Mugirejo, dan Lempake. Klaster penggemukan sapi di Lubuk Sawah, Mugirejo, Samarinda.
Klaster padi organik di Desa Sidomulyo, Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, klaster bawang merah di Desa Amborawang Laut, Samboja, Kutai Kartanegara.
Selanjutnya klaster padi organik di Desa Tanjung Palas Tengah, Kecamatan Tanjung Palas, Kabupaten Bulungan, klaster kerajian rotan di Desa Ujoh Bilang, Kecamatan Ujoh Bilang, Kabupaten Mahakam Ulu.
Kategori klaster tersebut antara lain ada kluster untuk peningkatan ekspor rumput laut, klaster pertanian yang fungsinya sebagai ketahanan pangan, dan ada klaster yang berfungsi sebagai komoditas unggulan seperti sarung tenun dan kerajinan rotan.
Ia menambahkan pengembangan pertanian organik telah dilakukan sejak lama dan terus mendapat pembinaan hingga kini, seperti di Kecamatan Anggana yang mulai digagas sejak Mei 2015, namun hingga kini petani setempat masih terus mendapat pendampingan agar kapasitas mereka semakin kuat.
"Begitu pula untuk peternakan terintegrasi di Mugirejo, Samarinda, yang awalnya kami bantu pembangunan kandang sekaligus pendampingan. Pada 2015 jumlah sapi kelompok ternak di Mugirejo hanya 48 ekor, namun kini telah berkembang menjadi 150 ekor. Ini juga bentuk dukungan BI dalam menuju swasembada pangan," ujar M Nur. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017