Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Beberapa jam sebelum diresmikan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Dirjen Migas ESDM) I Gusti Nyoman Wiratmaja, gas ternyata sudah mengalir ke rumah-rumah pelanggan di Balikpapan.

"Tadi pagi kami sudah pakai buat rebus air dan masak," kata warga Kelurahan Karang Jati, Balikpapan Tengah, Kamis, Ceria Ida Mahmudah.

Ia mengaku, mulai Kamis (2/2) rumah Ida menjadi bagian dari 3.849 rumah di berbagai kelurahan di Balikpapan yang menjadi pelanggan Pertagas dan mendapatkan gas melalui sambungan pipa hingga ke kompor di dapurnya.

Gas itu dipompakan dari kilang Pertamina Refinery Unit (RU) V di Jalan Yos Sudarso ke seluruh pelanggan di penjuru kota.

Di rumah Ida di Jalan Panorama Nomor 37 RT 27 itu juga Dirjen Migas IGN Wiratmaja Puja mampir. Dirjen Wiratmaja menyempatkan diri mendemonstrasikan keterampilannya memasak telur mata sapi.

"Saya anak kos juga dulu," katanya sambil mengecilkan api kompor dan memainkan sutil atau sendok penggorengan. Para hadirin tertawa dan bertepuk tangan.

Menyertai rombongan Dirjen Migas ESDM adalah Komisi VII DPR RI, rombongan Pertamina, Pertagas dan para perwakilan perusahaan pemegang kontrak kerja sama bagi hasil migas dan warga.

Menurut Dirjen Migas, pembangunan dan pengoperasian jaringan gas kota (city gas) ini adalah penugasan pemerintah kepada PT Pertamina (Persero). Dananya diambilkan dari APBN 2016 sebesar Rp49,7 miliar untuk membangun infrastruktur berupa jaringan pipa, mulai dari kilang Pertamina hingga ke rumah-rumah warga.

Jaringan gas di Balikpapan mendapatkan pasokan dari sumur-sumur yang dikelola Chevron Indonesia Company. Gas itu berasal antara lain dari Lapangan Sepinggan, ladang gas di perairan Selat Makassar, di ambang Teluk Balikpapan.

Untuk jumlah pelanggan saat ini yang 3.849 SR tersebut, PT Pertagas Niaga selaku pengelola dan operator jaringan suplai gas ini menggunakan sebanyak 0,5 juta metrik standar kaki kubik gas pasokan dari Chevron.

Dengan tingkat konsumsi itu pasokan dari Chevron ini diperkirakan bisa bertahan sampai Oktober 2018 bila tidak ditemukan sumber-sumber baru di sekitar Balikpapan.

"Dari cadangan terbukti, kami berproduksi antara 45-46 juta standar kaki kubik per hari," kata Vice President Operation and Maintenance Chevron Indonesia Kalimantan, Ruby Mulyawan.

Menurut Mulyawan, Chevron masih memiliki sejumlah sumber yang masih memerlukan pengembangan lebih jauh untuk membuktikan potensi kandungan gasnnya.

"Kami juga berencana membuat jaringan pipa yang terintegrasi sehingga bisa saling mendukung hal pasokan, antara lain gas itu," tambah Dirjen Migas Wiratmaja.

Di Selat Makassar, mulai dari Blok Sebuku di selatan hingga perairan Ambalat di dekat batas negara di utara memang bertebaran ladang-ladang minyak dan gas. Jaringan pipa sudah ada dari selatan hingga dan menuju ke Bontang, 200 km utara Balikpapan.

"Kalau sudah terintegrasi begitu, pasokan kita cukup hingga sekurangnya 30 tahun ke depan," kata Dirjen Migas.

Selain di Balikpapan, dengan anggaran dari APBN 2017, di Kalimantan Timur, pemerintah juga membangun jaringan gas di Bontang, dan di ibukota Kalimantan Timur, Samarinda.

Di Sumatera Selatan akan dibangun jaringan di Kabupaten Muara Enim dan Penukal Abab Lematang Ilir dan di Jawa Timur di Kabupaten Mojokerto.

Pemerintah menganggarkan Rp1,14 triliun untuk membangun jaringan gas baru di beberapa kabupaten/kota dengan Sambungan Rumah (SR) antara 53-59 ribu, sebut Wiratmaja.

Presiden Direktur PT Pertagas Niaga Linda Sunarti, anak perusahaan Pertamina yang mengerjakan tugas ini menambahkan, Pertagas juga menggunakan sumber dana non APBD untuk mengembangkan jaringan gas di Kota Jambi, Jambi dan Perabumulih di Sumatera Selatan.

"Sehingga seluruhnya kami menargetkan sudah mengoperasikan 130.000 sambungan rumah (SR) di 2017 ini," jelasnya. (*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017