Samarinda (ANTARA Kaltim) - Bank Indonesia memprediksi kondisi perekonomian Provinsi Kalimantan Timur pada 2017 akan mengalami perbaikan ketimbang tahun sebelumnya yang masih terkontraksi akibat menurunnya perekonomian global.

"Berdasarkan hasil telaah kami, perekonomian Kaltim pads 2017 diprediksi tumbuh positif, namun besarannya masih kecil dan di bawah 1 persen. Masih nol koma sekian persen lah," ujar Kepala BI Kantor Perwakilan Kaltim Muhammad Nur dihubungi di Samarinda, Sabtu.

Prediksi meningkatnya ekonomi Kaltim 2017 itu, jelas Nur, karena adanya pertumbuhan dan membaiknya harga komoditas kelapa sawit, batu bara, belanja pemerintah daerah yang meningkat, dan investasi yang akan masuk.

"Apabila ada proses pembangunan, berarti ada investasi yang masuk. Ini berarti akan banyak pekerja yang terserap sehingga kemiskinan berkurang, pekerja bisa membeli bahan pangan, petaninya juga bisa tumbuh ekonominya karena hasil produksi pertanian mereka terbeli," tambahnya.

Namun demikian, Kaltim masih belum bisa seperti daerah lain yang ekonominya bisa tumbuh sampai 5 persen, mengingat ketergantungan dari sektor migas dan pertambangan di Kaltim yang masih tinggi, termasuk infrastrukturnya yang belum memadai.

"Hampir di setiap pertemuan, BI selalu memberi masukan kepada Pemprov Kaltim agar memerhatikan ketersediaan infrastruktur untuk memacu pertumbuhan ekonomi, seperti kelistrikan, jalan dan pelabuhan, tujuannya adalah agar bisa mendukung masuknya investasi ke Kaltim," katanya.

Pelemahan perekonomian Kaltim terasa mulai 2015 yang dapat dilihat dari catatan dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan, karena sebelum tahun 2015 angkanya terus meningkat.

Misalnya pada 2010, PDRB Kaltim senilai Rp383,2 triliun, naik menjadi Rp407,34 triliun pada 2011, naik lagi menjadi Rp428,78 triliun tahun 2012, kemudian pada 2013 tercatat Rp438,53 triliun, dan kembali naik menjadi Rp445,41 triliun pada 2014.

Namun, pada 2015 mulai turun menjadi Rp439,71 triliun karena menurunnya harga migas dan batu bara, mengingat Kaltim masih mengandalkan komoditas ini untuk ekspor ke sejumlah negara.

"Selanjutnya pada 2016 yang masih tercatat per semester, maka untuk semester I PDRB Kaltim senilai Rp107,85 triliun, semester II tercatat Rp108,1 triliun, dan pada semester III sebesarvRp109 triliun," kata Muhammad Nur. (*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2017