Samarinda (ANTARA Kaltim) - Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur mengingatkan pihak terkait di daerah kemungkinan akan adanya lonjakan inflasi (kenaikan harga) di akhir tahun, karena pada November tingkat inflasinya sudah naik.

"Kita perlu mewaspadai beberapa risiko lonjakan harga menjelang akhir tahun, seperti fenomena La Nina dan puncak musim hujan yang bersamaan dengan perayaan Hari Natal dan tahun baru," ujar Kepala BI Kantor Perwakilan (Kpw) Provinsi Kaltim Muhamad Nur di Samarinda, Kamis.

Untuk menekan laju inflasi, lanjutnya, koordinasi kebijakan pemerintah daerah melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) bersama BI Kaltim, akan ditingkatkan dalam mengendalikan laju inflasi.

Fokus dalam koordinasi tim adalah dalam kaitan menjamin pasokan dan distribusi, khususnya berbagai bahan kebutuhan pokok, peningkatan kualitas infrastruktur, dan sarana logistik untuk menjaga ekspektasi inflasi.

Ia melanjutkan, sejalan dengan perkiraan BI, indeks harga konsumen (IHK) pada November 2016 tercatat berinflasi 0,21 persen (mtm), meningkat ketimbang bulan sebelumnya yang berdeflasi (turun) 0,09 persen.

Tingkat inflasi Kaltim pada November juga masih di bawah inflasi nasional yang sebesar 0,47 persen.

Adanya perkembangan tersebut, maka inflasi Kaltim periode Januari-November dan inflasi IHK tahunan, masing-masing mencapai 2,33 persen (ytd) dan 3,42 persen (yoy), meningkat ketimbang bulan sebelumnya yang sebesar 2,12 persen dan 3,11 persen (yoy).

Berdasarkan kota pembentuknya, Kota Samarinda mengalami inflasi 0,28 persen (mtm) atau 3,27 persen (yoy). Inflasi di Samarinda disebabkan oleh kelompok administered price seperti tarif air minum, angkutan udara, dan kelompok bahan makanan seperti daging ayam ras, cabai rawit, dan sawi hijau.

Sedangkan Balikpapan mengalami inflasi 0,12 persen (mtm) atau 3,61 persen (yoy). Komoditas bahan makanan menjadi penyebab inflasi di Balikpapan, seperti cabai rawit, tongkol, daging ayam ras, cabai merah dan bawang merah.

Dilihat dari sumber pembentuknya, kelompok administered price (harga-harga yang ditetapkan pemerintah) mengalami inflasi sebesar 0,39 persen (mtm) atau 5,89 persen (yoy), disusul kelompok volatile foods sebesar 0,27 persen (mtm) atau 1,81 persen (yoy), kelompok core berinflasi 0,13 persen (mtm) atau 3,11 persen (yoy).

Dilanjutkannya, peningkatan harga cabai rawit dan cabai merah dipengaruhi tingginya curah hujan yang menyebabkan penurunan tingkat produksi pada daerah pemasok utama.

"Di sisi lain, melimpahnya pasokan kelompok ikan segar mampu menahan laju inflasi kelompok volatile foods ke harga lebih tinggi, terutama ikan layang, udang basah, dan ikan kembung. Ke depan, inflasi diperkirakan tetap terkendali dan berada di sasaran inflasi 2016, yaitu 4 persen plus minus 1 persen (yoy)," ujar M Nur. (*)       

Pewarta: M Ghofar

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016