Balikpapan (ANTARA Kaltim) -  Setelah 4 hari sejak Kamis (3/11). tim offroad Kalimantan (TOK) menyelesaikan rute ekstrim Borneo Safari di kawasan Pegunungan Crocker, Ranau, Sabah, Malaysia.

Event touring offfoad Borneo Safari ke-26 berlangsung antara tanggal 30 Oktober hingga 6 November 2016 dan menempuh jarak hampir 500 km mulai dari Kota Kinabalu, Ranau, hutan bekas konsesi Timberwell, Kota Marudu, dan kembali ke Kota Kinabalu

Tim Offroad Kalimantan masuk trek ekstrim itu pada pukul 09.00 waktu Sabah, dan tiba di persimpangan menuju Timberwell pukul 11.30 hari Minggu, 6 November.

 "Alhamdulillah, semua anggota tim, juga mobil, sehat," kata `Dato` Haji Helmi, offroader asal Barabai, Kalimantan Selatan yang menjadi koordinator rombongan.

Rute hardcore Borneo Safari Ke-26 dimulai dari Kampung Garung, Ranau, 120 km tenggara Kota Kinabalu di kaki Gunung Kinabalu (4.095 mdpl), namun di luar kawasan lindung Taman Nasional Gunung Kinabalu. Peserta merintis ulang jalan bekas penebangan kayu yang diusahakan Timberwell Sdn Bhd sepanjang 40 km.

"Jalan itu sudah ditinggalkan 10 tahun lepas, tetumbuhan sudah kembali berkuasa. Pun ada longsor. Jalan itu juga sebahagian dulu hanya dipakai buldoser," tutur Rahim, co leader Grup C dimana TOK tergabung bersama 15 offroader Sabah dan Sarawak.

Karena hujan dan dilewati ratusan mobil peserta, jalan tanah merah itu berubah menjadi bubur yang licin yang membuat jalan mobil jadi zigzag di ruas tertentu.

Baru 150 meter dari gerbang trek, rintangan sudah dimulai. Sebuah anak air yang dalam membelah jalan. Sebagian mobil yang sudah dibuat kukuh dengan menggunakan suku cadang khusus medan berat melewatinya dengan sekali sentak. Sebagian yang lain dengan sabar menggunakan winch (derek).

Tanjakan tinggi yang jadi rintangan berikutnya baru bisa dilewati Grup C menjelang malam, dan sebab sudah terlambat dari jadwal, Grup C terus jalan hingga Km 07 dari Kampung Garung.

 "Jalan tertutup tim di depan yang camping," kata leader Grup C, Shamsuddin, offroader kawakan asal Brunei Darussalam.

Untuk mengejar jadwal, hari berikutnya, Jumat dan Sabtu, Grup C beroffroad ria nyaris 48 jam nonstop ditambah setengah hari Minggu. Tim hanya istirahat sejenak untuk makan pagi, dan waktu makan berikutnya disisipkan disela melepaskan mobil dari jepitan lumpur, menaikkan ke tanjakan, atau menurunkan di turunan curam licin.

Hilina, mobil Daihatsu Hiline yang dikemudikan offroader Balikpapan Budi Kertayasa akhirnya ditarik oleh 6 mobil secara bergandengan. Karena menggunakan ban ukuran diameter 33 inci, Hilina kerap tersangkut sebab ground clearance (jarak antara gardan mobil dengan tanah) yang pendek. Sangkut di tanah liat bagi Hilina bisa berarti satu jam tertahan bagi seluruh Grup C.

"Mungkin ada sekitar 5 km terakhir, lebih kurang 30 minit, kami seret saja Hilina," kata Shamsuddin seraya tertawa. Mobil, atau dalam bahasa Malaysia disebut `kereta` pun bergerak maju bersama persis kereta api. Setiap kereta dihubungkan dengan `strap`, anyaman pita nylon khusus untuk keperluan tarik-menarik di offroad dan berbagai bidang lain.

"Sekali lagi alhamdulillah, Tuhan `batulung`, kami dimudahkan," kata Helmi dalam Bahasa Banjar logat Barabai yang kental.

TOK bersama seluruh peserta menghadiri seremoni penutupan di Sutera Harbour, hotel bintang lima di tepi pantai di Kota Kinabalu. Tim menjadwalkan kembali ke Indonesia pada Rabu 9/11 dan kembali lewat jalan mereka datang, yaitu menyusuri pantai Borneo melintasi Sabah, masuk Sarawak, melintas Brunei Darussalam, kembali masuk Sarawak, dan kembali ke Tanah Air via Entikong, Kalimantan Barat.

Borneo Safari adalah event offroad tahunan gelaran Sabah Four Wheels Drive Association sejak 1990. Dalam penyelenggaraan ke-26 tahun 2016 ini, sebanyak 347 kendaraan dengan pengemudi dan kru seluruhnya 914 orang dari 7 negara, yaitu tuan rumah Malaysia, induk negeri Sabah, Brunei Darussalam, Indonesia, Thailand, Jepang, China, dan Portugal. (*)

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016