Garis kerut di wajah Elona, istri Robin Piter, juru mudi "tugboat" atau kapal tunda Charles semakin terlihat jelas, menunjukkan kecemasan yang begitu dalam.

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap menjelang HUT Kemerdekaan RI, keceriaan senantiasa menghiasi wajah Elona bersama warga Kampung Sungai Lais, Kelurahan Pulau Atas, Kecamatan Sambutan, Kota Samarinda lainnya.

Kenangan peringatan HUT Kemerdekaan RI tahun-tahun sebelumnya terus menggoda ibu tiga anak itu.

Namun, guratan kecemasan di wajahnya tidak mampu ia sembunyikan tatkala mengingat, Robin Piter, suaminya yang saat ini tengah disandera kelompok bersenjata Filipina, Abu Sayyaf Grup.

Tangisnya pun mulai pecah tatkala ditanya, harapannya pada HUT Kemerdekaan ke-71 Republik Indonesia tahun ini.

"Saya hanya ingin suami saya pulang, bersama enam kru kapal tunda Charles yang saat ini disandera Abu Sayyaf," ujarnya lirih.

Walaupun ia tetap terlihat tegar dan berupaya menyembunyikan kesedihannya, namun raut wajah Elona tetap menyiratkan kecemasan terhadap nasib suaminya yang masih berada dalam cengkeraman kelompok bersenjata Filipina.

Apalagi, kondisi di kawasan Mindanao, Filipina kian memanas, menyusul konflik antara Moro National Liberation Front (MNLF) dengan Abu Sayyaf Grup dan penyerbuan besar-besaran militer Filipina terhadap kelompok bersenjata yang menyandera 11 warga negara Indonesia, termasuk tujuh kru kapal tunca Charles tersebut.

"Apa pun yang terjadi di sana, kami hanya ingin seluruh sandera selamat dan bisa pulang sehingga kami bisa berkumpul kembali," harap Elona.

Kecemasan Elona, tidak terlihat tergambar di wajah tiga anak-anaknya.

Bahkan, Elona sempat menyembunyikan kepada anaknya jika Robin Piter, bapak mereka tengah disandera kelompok bersenjata.

Namun, akibat gencarnya pemberitaan di media, membuat ketiga anak Elona akhirnya tahu jika bapaknya sedang disandera.

Di balik kecemasan dan kekhawatiran akan nasib tujuh kru kapal tunda Charles, Elona tetap optimistis pemerintah dapat membebaskan mereka dari belenggu kelompok Abu Sayyaf Grup.

"Kami percaya dan menyerahkan sepenuhnya upaya pembebasan sandera kepada pemerintah," kata Elona.

Ia mengaku sedikit lega, setelah pemerintah memberi penjelasan upaya yang dilakukan dalam membebaskan kru kapal tunda Charles, setelah istri dan keluarga sandera mendatangi Crisi Center di Jakarta.

"Kami lega jika seluruh kru kapal tunda Charles sudah dibebaskan dan semuanya kembali dengan selamat. Tapi setidaknya, setelah mendengar langsung penjelasan pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri, apalagi pak Wiranto (Menkopolhukam) berjanji akan segera menyelesaikan masalah tersebut sehingga membuat kami sedikit lega," tutur Elona.

Sebelum ke Jakarta, lanjut Elona, pihak keluarga kru kapal tunda Charles sempat khawatir dan pesimistis terkait upaya pemerintah dalam membebaskan sandera.

"Kami ke `Crisis Center" di Jakarta dan bertemu dengan pihak Kemenlu dan anggota Komisi I DPR RI. Kami didampingi Kapten Amrullah dari Pergerakan Pelaut Indonesia (PPI) dan mendapat penjelasan terkait upaya pemerintah dalam membebaskan seluruh sandera," jelasnya.

"Sebelum ke Jakarta, kami kurang mendapat informasi dari pemerintah sehingga kami berharap setelah pertemuan itu, ada komunikasi yang lebih intensif lagi antara keluarga, perusahaan dan pemerintah," ujar Elona.

Bukan hanya Elona, kecemasan juga menyelimuti wajah Sri Dewi, istri Muhammad Sofyan (Oliman).

Bahkan, kecemasan Sri Dewi jauh lebih mendalam sebab ia terakhir bertemu dengan suaminya pada Abril 2016.

Apalagi, Zulfakar, anaknya yang baru berusia satu tahun, buah perkawinanya dengan Muhammad Sofyan, sering sakit-sakitan sejak oliman kapal tunda Charles itu disandera.

"Sewaktu saya ke Samarinda, anak saya sempat sakit dan begitu pulang sempat sembuh tetapi sekarang kembali sakit. Jika suami saya ada, kemungkinan tidak terlalu berat tetapi dia (Muhammad Sofyan) juga saat ini sedang disandera dan saya tidak tahu pasti bagaimana kondisi dia saat ini," tuturnya.

"Jadi, saya sangat memohon kepada para penyandera agar segera membebaskan kru kapal tunda Charles karena mereka adalah tulang punggung keluarga. Kami juga meminta kepada pemerintah dan pihak terkait agar segera mengupayakan pembebasann suami saya dan sandera lainnya sebab mereka sudah disandera lebih 40 hari," ujar Sri Dewi.





Optimistis

Kasus penyanderaan tujuh kru kapal tunda Charles, juga menyisakan kepedihan yang mendalam bagi Dian Megawati Ahmad, istri Ismail.

Istri Mualim I kapal tunda Charles itu terlihat tidak setegar Elona dan Sri Dewi.

Kerap kali, Dian Megawati terlihat mencoba menyembunyikan kesedihan terkait kondisi suaminya yang tengah dalam penyekapan kelompok bersenjata di Filipina, namun derai air mata tetap saja selalu mengalir dari kedua matanya.

Apalagi, awal kasus tersebut terkuak dari telepon genggam miliknya yang dihubungi pihak penyandera pada 22 Juni 2016 silam.

Sejak saat itu, Dian Megawati diliputi rasa kecemasan yang sangat dalam, saat apalagi mendengar seluruh sandera dalam kondisi sakit.

Kekhawatiran Dian Megawati bersama Elona dan Sri Dewi tentu saja beralasan sebab mereka kembali "diteror" para penyandera yang akan membunuh kru kapal tunda Charles, jika perusahaan dan pemerintah tidak membayar uang tebusan 250 juga Peso, seperti yang mereka minta, hingga 15 Agustus 2016.

"Kami terus berdoa, agar suami saya dan seluruh kru kapal tunda Charles bisa dibebaskan," tutur Dian Megawati.

Istri Ismail tersebut tetap mencoba tegar dengan tetap bersikap optimistis, suaminya akan segera pulang.

"Saya yakin, suami saya dan seluruh sandera akan pulang. Tentu, sebagai manusia kita harus yakin dan terus berdoa," kata Dian Megawati.

Tak ingin terlauh jauh tertekan, Dian Megawati akhirnya memutuskan menyerahkan sepenuhnya kasu spenyanderaan itu kepaa tim "crisis center" di Jakarta.

"Sejak 1 Agustus 2016, saya tidak pernah lagi ditelepon pihak panyendera karena semua kami serahkan ke pemeirntah. Saya takut salah ngomong dan setelah saya berembug bersama keluaga dari kru kapal tunda Charles lainnya, akhirnya kami putuskan menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah. jadi, kami hanya menunggu informasi dari pemerintah dan tidak lagi berkomunikasi dengan penyandera," tutur Dian Megawati

Kerisauan juga tergambar di wajah Abdul Muis, bapak Ferry Arifin, nahkoda kapal tunda Charles yang juga disandera Abu Sayyaf Grup.

Setidaknya, Elona, Dian Megawati dan Sri Dewi serta keluarga Muhammad Nasir, sedikit lega karena sejak penyanderaan tersebut, mereka sempat berbicara langsung dengan empat kru kapal tunda Charles tersebut.

Berbeda dengan Abdul Muis, yang tidak pernah sama sekali berbicara langsung dengan Ferry Arifin, anaknya, sejak disandera pada 20 Juni 2016.

Namun, ia tetap optimistis anaknya masih dalam kondisi baik.

"Saya yakin, anak saya bersama dua kru kapal tunda Charles lainnya yang disandera oleh kelompok berbeda, tetapi masih faksi Abu Sayyaf Grup, dalam keadaan baik. Memang tidak pernah ada komunikasi dan kabar anak saya seperti kabar empat kru lainnya yang sempat berkomunikasi langsung, tetapi saya yakin lokasi mereka disandera tidak berjauhan," tutur Abdul Muis.

Wakil Wali Kota Samarinda Nusyirwan Ismail yang sempat mengunjungi Posko Keluarga ABK Kapal Tunda Charles Korban Penyanderaan Abu Sayyaf di Sungai Lais, persis pada batas tenggak waktu yang diberikan penyandera membayar uang tebusan yakni, Senin (15/8), meminta keluarga terus berdoa agar sandera bisa segera selamat.

"Kedatangan saya ke sini (Sungai Lais) untuk memberikan motivasi dan dukungan moril kepada keluarga kapal tunda Charles agar mereka sabar dan tabah menghadapi masalah ini," ujar Nusirwan Ismail.

Pada kunjungannya itu, sejumlah keluarga dan istri kapal tunda Charles yakni Elona, istri Robin Piter, jurumudi kapal tunda Charles, pada kunjungan Wakil Wali Kota Samarinda tersebut juga terlihat hadir Dian Megawati Ahmad, istri Ismail (Mualim I), Risna, keluarga Muhammad Sofyan (Oliman) serta Abdul Muis dan istrinya, orangtua Ferry Arifin (nahkoda) berkumpul.

"Saya yakin, pemerintah dan perusahaan terus melakukan berbagai upaya untuk membebaskan para sandera. Kita hanya bisa berdoa agar mereka dapat segera pulang dan berkumpul kembali bersama keluarga," kata Nusyirwan Ismail.

Bahkan, Nusyirwan Ismail berharap, keluarga kapal tunda Charles diberi "kadi Istimewa" pada HUT Kemerdekaan ke-71 Republik Inndonesia itu, yakni keluarga mereka yang disandera bisa segera dibebaskan.

"Mari kita berdoa dan terus optimistis, semoga HUT Kemerdekaan ke-71 Republik Indonesia ini, ada kado istimewa bagi keluarga kru kapal tunda Charles. Tentu, pemerintah terus berusaha untuk memebaskan mereka," harap Nusyirwan Ismail.

Tujuh kru kapal tunda Charles milik PT Rusianto Bersaudara disandera kelompok bersenjata Filipina Abu Sayyaf sejak 22 Juni 2016.

Saat itu, kapal tunda Charles berlayar pulang ke Samarinda setelah mengantar batu bara ke Filipina.

Namun, saat melintas di wilayah perairan Pulau Jolo, mereka dicegat oleh dua kelompok bersenjata dalam waktu berbeda.

Kelompok pertama menyandera Ferry Arifin (nahkoda) bersama Muhammad Mahbrur Dahri (KKM) dan Edi Suryono (Masinis II).

Kemudian kelompok kedua menyandera Ismail (Mualim I), Muhammad Nasir (Masinis III), Muhammad Sofyan (Oliman), serta Muhammad Robin Piter (juru mudi). (*)

Pewarta: Amirullah

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016