Samarinda (ANTARA Kaltim) - Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur Mawardi Ritonga mengatakan penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) Rp500 per liter pada 1 April, berdampak positif bagi penurunan harga komoditas Kaltim.
"Provinsi Kaltim yang biasanya mengalami inflasi (kenaikan harga), namun sejak penurunan harga BBM mulai 1 April lalu, kemudian sepanjang April 2016 Kaltim mengalami deflasi (penurunan harga) 0,34 persen," kata Mawardi di Samarinda, Senin.
Dampak penurunan harga BBM tersebut, lanjut dia, setidaknya tedapat dua kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi, yakni penurunan indeks pada kelompok transportasi dan komunikasi dengan turun 1,45 persen.
Kemudian kelompok bahan makanan mengalami penurunan 1,21 persen, seperti beras dan umbi-umbian, daging dan hasilnya, ikan segar, ikan diawetkan, telur, susu dan hasilnya, sayur, kacang-kacangan, buah, bumbu, lemak dan minyak, serta sejumlah bahan pangan lain.
Meskipun terjadi penurunan laju inflasi, lanjut dia, namun tetap diperlukan koordinasi aktif antara pihak terkait, yakni untuk memastikan ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi penyediaan pangan pokok, karena distribusi pangan yang tersedandat akan memicu terjadi kenaikan harga.
Dukungan lain yang diperlukan untuk menekan laju inflasi adalah penyediaan infrastruktur, sarana logistik yang lebih baik, bahkan perlu komunikasi efektif dengan masyarakat.
Hal lain yang juga penting adalah keterlibatan aparat hukum dalam pengawasan pra dan pascapanen, karena hal ini menyangkut pada kelancaran sampainya hasil panen di pasar atau kepada masyarakat.
Pemerintah juga perlu terus mendorong tercapainya peningkatan produksi bahan pangan di kabupaten/kota, sehingga Kaltim memiliki ketahanan pangan dan tidak seterusnya bergantung pada daerah lain.
Menyikapi kondisi Kaltim yang rentan terhadap terjadinya inflasi, maka BI Kaltim bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) akan teerus memperkuat koordinasi, sehingga kerentanan tersebut bisa ditanggulangi.
Terkait dengan deflasi pada April 2016 yang tercatat minus 0,34 persen, lanjutnya, kondisi ini turun dibandingkan bulan sebelumnya yang berinflasi 0,24 persen, sehingga sejalan dengan deflasi yang dialami secara nasional yang tercatat minus 0,45 persen.
"Secara year on year tingkat inflasi Kaltim pada April 2016 sebesar 4,58 persen. Angka ini merupakan yang terendah dibanding inflasi bulan yang sama 2 tahun terakhir, yaitu pada 2015 sebesar 6,76 persen dan 2014 sebesar 8,29 persen," kata Ritonga. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016
"Provinsi Kaltim yang biasanya mengalami inflasi (kenaikan harga), namun sejak penurunan harga BBM mulai 1 April lalu, kemudian sepanjang April 2016 Kaltim mengalami deflasi (penurunan harga) 0,34 persen," kata Mawardi di Samarinda, Senin.
Dampak penurunan harga BBM tersebut, lanjut dia, setidaknya tedapat dua kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi, yakni penurunan indeks pada kelompok transportasi dan komunikasi dengan turun 1,45 persen.
Kemudian kelompok bahan makanan mengalami penurunan 1,21 persen, seperti beras dan umbi-umbian, daging dan hasilnya, ikan segar, ikan diawetkan, telur, susu dan hasilnya, sayur, kacang-kacangan, buah, bumbu, lemak dan minyak, serta sejumlah bahan pangan lain.
Meskipun terjadi penurunan laju inflasi, lanjut dia, namun tetap diperlukan koordinasi aktif antara pihak terkait, yakni untuk memastikan ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi penyediaan pangan pokok, karena distribusi pangan yang tersedandat akan memicu terjadi kenaikan harga.
Dukungan lain yang diperlukan untuk menekan laju inflasi adalah penyediaan infrastruktur, sarana logistik yang lebih baik, bahkan perlu komunikasi efektif dengan masyarakat.
Hal lain yang juga penting adalah keterlibatan aparat hukum dalam pengawasan pra dan pascapanen, karena hal ini menyangkut pada kelancaran sampainya hasil panen di pasar atau kepada masyarakat.
Pemerintah juga perlu terus mendorong tercapainya peningkatan produksi bahan pangan di kabupaten/kota, sehingga Kaltim memiliki ketahanan pangan dan tidak seterusnya bergantung pada daerah lain.
Menyikapi kondisi Kaltim yang rentan terhadap terjadinya inflasi, maka BI Kaltim bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) akan teerus memperkuat koordinasi, sehingga kerentanan tersebut bisa ditanggulangi.
Terkait dengan deflasi pada April 2016 yang tercatat minus 0,34 persen, lanjutnya, kondisi ini turun dibandingkan bulan sebelumnya yang berinflasi 0,24 persen, sehingga sejalan dengan deflasi yang dialami secara nasional yang tercatat minus 0,45 persen.
"Secara year on year tingkat inflasi Kaltim pada April 2016 sebesar 4,58 persen. Angka ini merupakan yang terendah dibanding inflasi bulan yang sama 2 tahun terakhir, yaitu pada 2015 sebesar 6,76 persen dan 2014 sebesar 8,29 persen," kata Ritonga. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016