Samarinda (ANTARA Kaltim) - Biota Laut Berau, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang peduli terhadap penyelamatan penyu serta biota laut lainnya, menyesalkan masih adanya perburuan hingga pembunuhan penyu di Pulau Derawan.
"Kami sangat menyesalkan masih adanya perburuan dan pembunuhan terhadap penyu di Pulau Derawan," ujar Ketua Konservasi Biota Laut Berau (BLB) Berlianto Daniel ketika dihubungi Antara dari Samarinda, Rabu.
Sebelumnya pada akhir Maret 2016, petugas Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Berau menemukan delapan butir telur penyu, gumpalan darah, sebilah pisau dapur, dan sandal di wilayah Pulau Derawan.
Gumpalan darah tersebut merupakan isi perut dari penyu hijau yang diduga sebagai hasil perburuan dan pembunuhan.
Temuan tersebut kemudian dilaporkan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Berau yang segera melakukan olah tempat kejadian perkara.
Menurut Berlianto, temuan itu merupakan hal yang baru, sebab selama ini kasus pembunuhan penyu untuk dikonsumsi dagingnya terjadi pada saat pergantian tahun dan hari besar keagamaan tertentu.
"Jadi, pembunuhan penyu hanya untuk mengambil telurnya merupakan hal yang baru," katanya.
BLB mendorong pihak terkait untuk mengungkap pelaku pembunuhan penyu yang merupakan biota laut yang terancam punah tersebut.
"Kami berharap kasus itu segera diungkap dan ada upaya mencegah agar pembunuhan penyu tidak lagi terjadi. Kami juga akan terus memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait pentingnya menjaga penyu yang sudah terancam punah," tambah Berlianto.
Camat Pulau Derawan Kudarat juga menyesalkan terjadinya pembunuhan penyu tersebut.
Menurut ia, Pemerintah Kabupaten Berau bersama pihak kepolisian dan TNI serta instasi terkait masih terus melakukan penyelidikan untuk mencari pelaku pembunuhan penyu tersebut.
"Kami tentu sangat menyayangkan adanya pembunuhan penyu tersebut dan ini juga menjadi perhatian serius Wakil Bupati Berau Agus Tantomo dan telah menginstruskikan kepada seluruh pihak agar pelakunya segera ditangkap," tegas Kudarat.
Ia menjamin tidak ada warga di Pulau Derawan yang mengkonsumsi daging penyu.
Bahkan, sebelum Pulau Derawan dijadikan sebagai kawasan konservasi penyu, masyarakat di daerah itu tidak pernah melakukan perburuan apalagi membunuh penyu untuk dikonsumsi.
"Saya sendiri lahir di sana (Pulau Derawan) dan sepanjang yang saya tahu, tidak pernah ada masyarakat yang mengkonsumsi daging penyu. Kalau telurnya, dulu memang sempat dikelola oleh pemerintah dan masyarakat tetapi setelah hal tersebut dilarang, sampai saat ini tidak ada lagi masyarakat yang memburu telur penyu itu," papar Kudarat.
Sementara, Kapolres Berau Ajun Komisaris Besar Polisi Anggi Yulianto menegaskan polisi masih terus mencari informasi terkait temuan penyu diduga dibunuh tersebut.
"Kami masih terus mengumpulkan informasi terkait pelaku pembunuhan penyu tersebut," kata Anggie Yulianto. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016
"Kami sangat menyesalkan masih adanya perburuan dan pembunuhan terhadap penyu di Pulau Derawan," ujar Ketua Konservasi Biota Laut Berau (BLB) Berlianto Daniel ketika dihubungi Antara dari Samarinda, Rabu.
Sebelumnya pada akhir Maret 2016, petugas Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Berau menemukan delapan butir telur penyu, gumpalan darah, sebilah pisau dapur, dan sandal di wilayah Pulau Derawan.
Gumpalan darah tersebut merupakan isi perut dari penyu hijau yang diduga sebagai hasil perburuan dan pembunuhan.
Temuan tersebut kemudian dilaporkan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Berau yang segera melakukan olah tempat kejadian perkara.
Menurut Berlianto, temuan itu merupakan hal yang baru, sebab selama ini kasus pembunuhan penyu untuk dikonsumsi dagingnya terjadi pada saat pergantian tahun dan hari besar keagamaan tertentu.
"Jadi, pembunuhan penyu hanya untuk mengambil telurnya merupakan hal yang baru," katanya.
BLB mendorong pihak terkait untuk mengungkap pelaku pembunuhan penyu yang merupakan biota laut yang terancam punah tersebut.
"Kami berharap kasus itu segera diungkap dan ada upaya mencegah agar pembunuhan penyu tidak lagi terjadi. Kami juga akan terus memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait pentingnya menjaga penyu yang sudah terancam punah," tambah Berlianto.
Camat Pulau Derawan Kudarat juga menyesalkan terjadinya pembunuhan penyu tersebut.
Menurut ia, Pemerintah Kabupaten Berau bersama pihak kepolisian dan TNI serta instasi terkait masih terus melakukan penyelidikan untuk mencari pelaku pembunuhan penyu tersebut.
"Kami tentu sangat menyayangkan adanya pembunuhan penyu tersebut dan ini juga menjadi perhatian serius Wakil Bupati Berau Agus Tantomo dan telah menginstruskikan kepada seluruh pihak agar pelakunya segera ditangkap," tegas Kudarat.
Ia menjamin tidak ada warga di Pulau Derawan yang mengkonsumsi daging penyu.
Bahkan, sebelum Pulau Derawan dijadikan sebagai kawasan konservasi penyu, masyarakat di daerah itu tidak pernah melakukan perburuan apalagi membunuh penyu untuk dikonsumsi.
"Saya sendiri lahir di sana (Pulau Derawan) dan sepanjang yang saya tahu, tidak pernah ada masyarakat yang mengkonsumsi daging penyu. Kalau telurnya, dulu memang sempat dikelola oleh pemerintah dan masyarakat tetapi setelah hal tersebut dilarang, sampai saat ini tidak ada lagi masyarakat yang memburu telur penyu itu," papar Kudarat.
Sementara, Kapolres Berau Ajun Komisaris Besar Polisi Anggi Yulianto menegaskan polisi masih terus mencari informasi terkait temuan penyu diduga dibunuh tersebut.
"Kami masih terus mengumpulkan informasi terkait pelaku pembunuhan penyu tersebut," kata Anggie Yulianto. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016