Tenggarong (ANTARA Kaltim) - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Aji Muhammad Parikesit Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara, terus mengevaluasi Sistem Informasi Admisi Rumah Sakit (Simari), yang merupakan salah satu aplikasi andalan dalam sistem pelayanan kesehatan.
"Saat ini, program Simari menunjukkan kinerja yang baik dalam memberikan informasi ketersediaan tempat tidur bagi pasien yang akan menjalani rawat inap," ujar Direktur RSUD A M Parikesit, dr Martina Yulianti, usai melakukan evaluasi terhadap pelayanan Simari, di Tenggarong, Kamis.
Masyarakat kata Martina, saat ini sudah bisa mengetahui apakah ada tempat tidur kosong atau tidak, dengan membuka menu Layanan Simari pada situs http://www.rsamp.id/.
Ia menyatakan, manajemen RSUD AM Parikesit sangat memperhatikan kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat Kutai Kartanegara, terutama bagi masyarakat yang tidak mampu dengan menyediakan 171 tempat tidur untuk kelas 3 atau 46 persen dari jumlah total tempat tidur yang tersedia.
Jumlah tersebut kata Martina, melampaui standar Permenkes Nomor 56 Tahun 2014 yang menetapkan standar sebesar 30 persen dari total tempat tidur tersedia.
Bahkan menurutnya, kebijakan RSUD AM Parikesit tentang pelayanan kelas 3 dituangkan dalam SK Direktur Nomor 445/012/180/188.43/2016 tanggal 1 Februari 2016 yang menyatakan, pasien kelas 3 bisa ditempatkan untuk sementara waktu, di kelas di atasnya apabila ruangan penuh dengan tarif standar kelas 3.
Berdasarkan evaluasi Simari sebelumnya tambahnya, diperoleh data yang berpola bahwa, daftar tunggu untuk kelas VIP adalah tiga hari sementara kelas 1,2, serta 3 adalah satu sampai dua hari.
"Dari situasi tersebut banyak warga Kutai Kartanegara yang menginginkan privasi dengan fasilitas `single bed` atau satu tempat tidur, lebih memilih menjalani rawat inap di Samarinda," katanya.
"Dari kondisi itulah, kami memandang perlu melakukan penataan ulang ruang rawat guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan untuk menjawab berbagai permasalahan jauhnya jarak jika warga Tenggarong dan sekitarnya berobat ke kota lain," ujar Martina.
Ia mengaku, sangat menghargai kritik dan saran dari masyarakat dan pemangku kepentingan untuk dapat meningkatkan pelayanan kesehatan menjadi lebih baik.
Untuk itu menurutnya, perlu kerjasama yang kuat dan pentingnya penegakan disiplin bagi tenaga medis dan manajemen RSUD AM Parikesit.
"Kritik dan saran maupun laporan warga dapat disampaikan melalui website www.rsamp.id dan pada media sosial di facebook dan twitter RSUD AM Parikesit," tuturnya.
"Hal ini merupakan bagian dari implementasi reformasi birokrasi yang telah digalakkan di Kutai kartanegara," ujar Martina. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016
"Saat ini, program Simari menunjukkan kinerja yang baik dalam memberikan informasi ketersediaan tempat tidur bagi pasien yang akan menjalani rawat inap," ujar Direktur RSUD A M Parikesit, dr Martina Yulianti, usai melakukan evaluasi terhadap pelayanan Simari, di Tenggarong, Kamis.
Masyarakat kata Martina, saat ini sudah bisa mengetahui apakah ada tempat tidur kosong atau tidak, dengan membuka menu Layanan Simari pada situs http://www.rsamp.id/.
Ia menyatakan, manajemen RSUD AM Parikesit sangat memperhatikan kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat Kutai Kartanegara, terutama bagi masyarakat yang tidak mampu dengan menyediakan 171 tempat tidur untuk kelas 3 atau 46 persen dari jumlah total tempat tidur yang tersedia.
Jumlah tersebut kata Martina, melampaui standar Permenkes Nomor 56 Tahun 2014 yang menetapkan standar sebesar 30 persen dari total tempat tidur tersedia.
Bahkan menurutnya, kebijakan RSUD AM Parikesit tentang pelayanan kelas 3 dituangkan dalam SK Direktur Nomor 445/012/180/188.43/2016 tanggal 1 Februari 2016 yang menyatakan, pasien kelas 3 bisa ditempatkan untuk sementara waktu, di kelas di atasnya apabila ruangan penuh dengan tarif standar kelas 3.
Berdasarkan evaluasi Simari sebelumnya tambahnya, diperoleh data yang berpola bahwa, daftar tunggu untuk kelas VIP adalah tiga hari sementara kelas 1,2, serta 3 adalah satu sampai dua hari.
"Dari situasi tersebut banyak warga Kutai Kartanegara yang menginginkan privasi dengan fasilitas `single bed` atau satu tempat tidur, lebih memilih menjalani rawat inap di Samarinda," katanya.
"Dari kondisi itulah, kami memandang perlu melakukan penataan ulang ruang rawat guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan untuk menjawab berbagai permasalahan jauhnya jarak jika warga Tenggarong dan sekitarnya berobat ke kota lain," ujar Martina.
Ia mengaku, sangat menghargai kritik dan saran dari masyarakat dan pemangku kepentingan untuk dapat meningkatkan pelayanan kesehatan menjadi lebih baik.
Untuk itu menurutnya, perlu kerjasama yang kuat dan pentingnya penegakan disiplin bagi tenaga medis dan manajemen RSUD AM Parikesit.
"Kritik dan saran maupun laporan warga dapat disampaikan melalui website www.rsamp.id dan pada media sosial di facebook dan twitter RSUD AM Parikesit," tuturnya.
"Hal ini merupakan bagian dari implementasi reformasi birokrasi yang telah digalakkan di Kutai kartanegara," ujar Martina. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016