Balikpapan (ANTARA Kaltim) - Kementerian Kelautan dan Perikanan sedang mengkaji "restocking" atau penyediaan kembali ikan-ikan yang hidup di perairan tertentu atau tempatan untuk menunjang keberlanjutan industri perika nan nasional.
"Kita mulai dengan perhitungan matang saat melepas bibit ikan yang bukan asli perairan tempatan," kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto saat menghadairi Rakernis Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kaltim di Balikpapan, Selasa.
Kajian itu meliputi jenis ikan apa yang bisa disebar, berapa jumlah maksimalnya, berapa ukurannya, hingga menggunakan teknologi apa.
"Jangan sampai jenis ikan yang datang ini menginvasi ikan tempatan yang juga bernilai ekonomis," lanjut Slamet.
Bentuk invasi itu bukan hanya menyerang langsung dengan menjadi predator ikan tempatan, tetapi juga persaingan dalam mendapatkan makanan.
Di Wilayah Kalimantan Timur, misalnya, ikan-ikan lokal yang bernilai ekonomis tinggi, antara lain ikan gabus atau haruan, papuyu, belida, dan biawan, yang semuanya jenis ikan air tawar. Ikan haruan dan papuyu terutama hidup di rawa-rawa atau lahan basah.
Sejumlah peserta rapat kerja DKP Kaltim juga mengingatkan atas ancaman yang dihadapi spesies ikan-ikan lokal tersebut.
"Selain ancaman utama `overfishing` atau penangkapan yang berlebihan," kata Apriansyah, dari DKP Kabupaten Kutai Kartanegara.
Kepala DKP Provinsi Kaltim Nursigit menambahkan saat ini ikan belida sudah sangat langka, termasuk ikan gabus, papuyu, dan biawan juga sudah mulai susah dicari.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kalimantan Timur menggelar rapat kerja sehari bersama DKP kabupaten/kota untuk mengevaluasi capaian program tahun 2015, membuat program prioritas 2016, termasuk juga 2017, dan sinkronisasi program-program tersebut.
Sinkronisasi atau penyesuaian program itu terutama dengan program-program yang diturunkan Kementerian Kelautan dan Perikanan, sehingga dapat dikerjakan dan diwujudkan secara optimal di masyarakat. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016
"Kita mulai dengan perhitungan matang saat melepas bibit ikan yang bukan asli perairan tempatan," kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto saat menghadairi Rakernis Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kaltim di Balikpapan, Selasa.
Kajian itu meliputi jenis ikan apa yang bisa disebar, berapa jumlah maksimalnya, berapa ukurannya, hingga menggunakan teknologi apa.
"Jangan sampai jenis ikan yang datang ini menginvasi ikan tempatan yang juga bernilai ekonomis," lanjut Slamet.
Bentuk invasi itu bukan hanya menyerang langsung dengan menjadi predator ikan tempatan, tetapi juga persaingan dalam mendapatkan makanan.
Di Wilayah Kalimantan Timur, misalnya, ikan-ikan lokal yang bernilai ekonomis tinggi, antara lain ikan gabus atau haruan, papuyu, belida, dan biawan, yang semuanya jenis ikan air tawar. Ikan haruan dan papuyu terutama hidup di rawa-rawa atau lahan basah.
Sejumlah peserta rapat kerja DKP Kaltim juga mengingatkan atas ancaman yang dihadapi spesies ikan-ikan lokal tersebut.
"Selain ancaman utama `overfishing` atau penangkapan yang berlebihan," kata Apriansyah, dari DKP Kabupaten Kutai Kartanegara.
Kepala DKP Provinsi Kaltim Nursigit menambahkan saat ini ikan belida sudah sangat langka, termasuk ikan gabus, papuyu, dan biawan juga sudah mulai susah dicari.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kalimantan Timur menggelar rapat kerja sehari bersama DKP kabupaten/kota untuk mengevaluasi capaian program tahun 2015, membuat program prioritas 2016, termasuk juga 2017, dan sinkronisasi program-program tersebut.
Sinkronisasi atau penyesuaian program itu terutama dengan program-program yang diturunkan Kementerian Kelautan dan Perikanan, sehingga dapat dikerjakan dan diwujudkan secara optimal di masyarakat. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016