Samarinda (ANTARA Kaltim) - Pancasila sebagai falsafah negara yang menjadi ideologi Bangsa Indonesia merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, kata Sekretaris Pengurus Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Kalimantan Timur Herman A Hasan.

"Komitmen terhadap peneguhan Pancasila sebagai falsafah dan dasar negara bangsa Indonesia merupakan harga mati dan harus terus disuarakan," kata Herman saat dihubungi Antara di Samarinda, Kamis.

Penegasan itu diungkapkan Herman Hasan menyusul adanya indikasi upaya pihak tertentu yang mencoba merongrong kedaulatan bangsa Indonesia dengan mereduksi nilai Pancasila sebagai dasar negara.

"Gerakan Ansor Kaltim secara tegas meminta kepada pihak-pihak yang mencoba merongrong Pancasila untuk tidak mengusik dasar negara tersebut dengan ideologi atau faham lain," tegasnya.

Dalam upaya terus menyuarakan dan menggelorakan falsafah negara yang mulai rapuh di kalangan generasi muda, Ansor Kaltim menggelar Dialog Kebangsaan yang dihadiri ratusan pemuda dari unsur mahasiswa, organisasi kepemudaan, kader muda NU Kaltim serta organisasi kemasyarakatan.

Dialog Kebangsaan yang digelar di Gedung Nahdlatul Ulama Kaltim di Jalan Imam Bonjol Samarinda, Rabu (30/9) malam, itu, menghadirkan narasumber Kasi Intel Korem 091 Aji Surya Natakesuma Mayor Muhammad Alex, Ketua Pengurus Wilayah GP Ansor Kaltim Fajri Al Farobi serta akademisi Universitas Nahdaltul Ulama Kaltim Asman Azis.

Pada dialog tersebut, lanjut Herman A Hasan, Kasi Intel Korem Mayor Muhammad Alex mengatakan bahwa bangsa Indonesia saat ini tengah dirongrong adanya "proxy war".

"Saat dialog tersebut, Kasi Intel Korem menyampaikan bahwa saat ini Pancasila telah dirongrong `proxy war`, salah satunya adanya neo-liberalisme, separatisme, radikalisme dan neo-komunisme, sehingga Pancasila harus menjadi benteng dan panduan dalam berbangsa," ujar Herman Hasan.

Sementara akademisi UNU Kaltim Asman Azis menyatakan bahwa dampak kerusakan dari faham liberalisme lebih nyata.

"Eksploitasi tambang yang hari ini bahkan sudah merenggut jiwa merupakan liberalisme yang sesungguhnya lebih rawan dan nyata. Seharusnya hal semacam ini kata dia, harus menjadi perhatian serius pemerintah untuk mengatasinya," ujarnya.

Dihubungi terpisah, Ketua Pengurus Wilayah GP Ansor Kaltim Fajri Al Farobi menegaskan bahwa keadaan masa lalu dan tragedi yang pernah terjadi seperti pada 1965 terkait Partai Komunis Indonesia (PKI) tentu tidaklah muda untuk dilupakan dalam benak anak bangsa.

"Terlepas dari kontroversi sejarah yang terus diperdebatkan, faham komunisme yang dibawa PKI yang dianggap merongrong dan mengusik kedaulatan bangsa tidak boleh dibiarkan lahir kembali," ungkap Robi, saat akrab Fajri Al Farobi.

"Kita tidak hanya bicara komunisme, tapi termasuk radikalisme dan neo-liberalisme harus menjadi perhatian bersama semua elemen. Jangan Pernah usik Pancasila dengan Ideologi lain karena Ansor dan Banser ada dibarisan terdepan untuk mehalaunya," tegasnya.

Dialog Kebangsaan itu digelar untuk memeringati tragedi Gerakan 30 September PKI (G30S/PKI) dan Hari Kesaktian Pancasila, yang dihadiri lebih 100 peserta dari kalangan mahasiswa, organisasi kepemudaan dan dari Pengurus Nahdlatul Ulama Samarinda.    (*)

Pewarta: Amirullah

Editor : Amirullah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015