Samarinda (ANTARA Kaltim) - Bandara Samarinda Baru (BSB) di Kota Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim), yang saat ini sudah dalam pembangunan landasan pacu, dirancang sebagai bandara penunjang penerbangan domestik dan penghubung 20 bandara di provinsi itu.
"Kapasitas BSB tidak akan melebihi Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan di Balikpapan, karena BSB dirancang sebagai pusat penerbangan di kabupaten/kota se-Kaltim, termasuk untuk menunjang rute domestik," ujar Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak di Samarinda, Minggu.
Menurutnya, Bandara Sepinggan Balikpapan harus tetap menjadi pintu gerbang utama masuk Kaltim baik untuk penerbangan domestik maupun internasional.
Keberadaan BSB untuk mengambil peran Bandara Temindung Samarinda, mengingat Bandara Temindung sudah tidak layak dari sisi keselamatan penerbangan karena lokasinya di tengah pemukiman padat penduduk dan di tengah kota, bahkan dari sisi lahan yang ada juga tidak bisa dikembangkan.
Namun demikian, keberadaan BSB masih akan lebih baik ketimbang Bandara Temindung, karena selain bisa melayani rute dari 20 bandara di kabupaten/kota di Kaltim juga menjadi penunjang rute penerbangan domestik.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Kaltim Zairin Zain, mengatakan bahwa BSB juga akan menjadi lokasi perawatan pesawat sejumlah maskapai penerbangan di Indonesia.
Apalagi lahan BSB masih luas yang mencapai 310 hektare, bahkan akan ditambah menjadi 470 hektare sehingga sangat memungkinkan dibangun kawasan khusus perawat pesawat atau maintenance, repair and overhaul (MRO).
Keberadaan MRO dinilai menjadi kebutuhan dan merupakan peluang usaha berprospek baik, karena tidak semua daerah memiliki lahan yang cukup untuk menyediakan ruang khusus perawatan pesawat.
Rencana BSB dijadikan MRO karena melihat kondisi, kebutuhan terhadap pemeliharaan, dan perbaikan bandara secara umum, termasuk tempat parkir pesawat udara yang saat ini sangat sulit tersedia di Indonesia mengingat lahan beberapa bandara lain yang kurang luas.
Saat ini telah ada beberapa maskapai penerbangan yang menyatakan siap memanfaatkan kawasan MRO di Samarinda, seperti Lion Air dan Susi Air, bahkan mereka akan membangun sendiri hangar untuk MRO di BSB.
Untuk pembangunan landasan pacu BSB, kini sedang dalam penggarapan dengan menggunakan anggaran sebesar Rp 699 miliar dan ditargetkan tuntas pada 2016. Penganggarannya secara multiyears contract (kontrak tahun jamak).
Pola pembangunan landasan pacu ini menganut sistem Modified Turnkey Project, yakni biaya awal pembangunan dikeluarkan oleh pemenang lelang.
Setelah rampung, kemudian Pemprov Kaltim akan melunasinya secara mencicil dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kaltim.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015
"Kapasitas BSB tidak akan melebihi Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan di Balikpapan, karena BSB dirancang sebagai pusat penerbangan di kabupaten/kota se-Kaltim, termasuk untuk menunjang rute domestik," ujar Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak di Samarinda, Minggu.
Menurutnya, Bandara Sepinggan Balikpapan harus tetap menjadi pintu gerbang utama masuk Kaltim baik untuk penerbangan domestik maupun internasional.
Keberadaan BSB untuk mengambil peran Bandara Temindung Samarinda, mengingat Bandara Temindung sudah tidak layak dari sisi keselamatan penerbangan karena lokasinya di tengah pemukiman padat penduduk dan di tengah kota, bahkan dari sisi lahan yang ada juga tidak bisa dikembangkan.
Namun demikian, keberadaan BSB masih akan lebih baik ketimbang Bandara Temindung, karena selain bisa melayani rute dari 20 bandara di kabupaten/kota di Kaltim juga menjadi penunjang rute penerbangan domestik.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Kaltim Zairin Zain, mengatakan bahwa BSB juga akan menjadi lokasi perawatan pesawat sejumlah maskapai penerbangan di Indonesia.
Apalagi lahan BSB masih luas yang mencapai 310 hektare, bahkan akan ditambah menjadi 470 hektare sehingga sangat memungkinkan dibangun kawasan khusus perawat pesawat atau maintenance, repair and overhaul (MRO).
Keberadaan MRO dinilai menjadi kebutuhan dan merupakan peluang usaha berprospek baik, karena tidak semua daerah memiliki lahan yang cukup untuk menyediakan ruang khusus perawatan pesawat.
Rencana BSB dijadikan MRO karena melihat kondisi, kebutuhan terhadap pemeliharaan, dan perbaikan bandara secara umum, termasuk tempat parkir pesawat udara yang saat ini sangat sulit tersedia di Indonesia mengingat lahan beberapa bandara lain yang kurang luas.
Saat ini telah ada beberapa maskapai penerbangan yang menyatakan siap memanfaatkan kawasan MRO di Samarinda, seperti Lion Air dan Susi Air, bahkan mereka akan membangun sendiri hangar untuk MRO di BSB.
Untuk pembangunan landasan pacu BSB, kini sedang dalam penggarapan dengan menggunakan anggaran sebesar Rp 699 miliar dan ditargetkan tuntas pada 2016. Penganggarannya secara multiyears contract (kontrak tahun jamak).
Pola pembangunan landasan pacu ini menganut sistem Modified Turnkey Project, yakni biaya awal pembangunan dikeluarkan oleh pemenang lelang.
Setelah rampung, kemudian Pemprov Kaltim akan melunasinya secara mencicil dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kaltim.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015