Samarinda (ANTARA Kaltim) - Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Timur diperkirakan mulai membaik pada triwulan II tahun 2015, setelah selama triwulan I terkoreksi minus 1,3 persen dibanding periode sama 2014 yang tumbuh 3,8 persen.

"Meskipun ekonomi Kaltim memburuk pada triwulan I akibat melemahnya permintaan batu bara di tingkat dunia, namun mulai triwulan II ini diperkirakan mengalami pertumbuhan positif," kata Kepala Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur Mawardi BH Ritonga di Samarinda, Rabu.

Menurut ia, perkiraan meningkatnya ekonomi karena pengeluaran pemerintah akan meningkat mulai triwulan II dan seterusnya, seiring semakin meningkatnya belanja modal pemerintah pada proyek-proyek infrastruktur, sehingga menjadi stimulus bagi pertumbuhan ekonomi.

Hal ini sejalan dengan pemantauan kemajuan tahapan konstruksi dari berbagai proyek infrastruktur yang ada. Namun, masih ada risiko bahwa pertumbuhan ekonomi sepanjang 2015 dapat mengarah ke posisi yang lebih rendah dari yang dicanangkan pemerintah provinsi.

Ia menambahkan pencapaian tingkat pertumbuhan tersebut akan dipengaruhi seberapa besar dan cepatnya realisasi berbagai proyek infrastruktur yang direncanakan pemerintah.

Selain itu, konsumsi yang tetap kuat dan ekspor yang secara gradual juga akan membaik. Momentum tersebut setidaknya juga akan diikuti oleh meningkatnya investasi dari swasta.

BI Kaltim akan terus memonitor berbagai perkembangan baik domestik maupun eksternal.

Pihaknya juga secara konsisten akan melakukan asesmen terkait perkembangan perekonomian Kaltim terkini, sehingga perekonomiannya dapat terpantau dan ke arah yang lebih positif.

Menurut Mawardi, melemahnya perekonomian Kaltim sepanjang triwulan I juga berpengaruh besar terhadap daya beli masyarakat, yakni terindikasi dengan tingkat inflasi yang lebih rendah ketimbang periode sebelumnya.

Pada posisi April 2015, inflasi Kaltim mencapai 6,8 persen atau lebih rendah ketimbang inflasi sejak Desember 2014 hingga Maret 2015 yang masing-masing mencapai 7,7 persen, 7,4 persen, 7,7 persen, dan 7,1 persen (year on year).

Jika dilihat dari sisi fundamental, menurunnya inflasi tersebut sejalan dengan menurunnya permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa.

"Situasi tersebut terkonfirmasi dengan survei kegiatan Dunia Usaha BI Kaltim yang menginformasikan, kapasitas produksi tidak mencapai optimal karena menurunnya permintaan," ujar Mawardi lagi. (*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015