Samarinda (ANTARA Kaltim) – Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kaltim, Yenrizal Makmur mengatakan dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Kaltim dan Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) maka dilakukan berbagai upaya dan terobosan.
“Meskipun angka kematian ibu dan bayi di Kaltim dan Kaltara menurun yakni 255 per seribu kelahiran hidup masih di bawah angka nasional yang mencapai 359 per seribu kelahiran, namun terus diupayakan seminimal mungkin,†katanya usai membuka pelatihan Komunikasi Inter Personal (KIP) dengan Penggunaan Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK) di Samarinda, Selasa (17/3).
Menurutnya salah satu upaya untuk menurunkan AKI dan AKB maka dilaksanakan pelatihan bagi para bidan dari beberapa kabupaten dan kota di Kaltim dan Kaltara yang kini sudah mencapai tiga angkatan.
Adapun tujuan dari pelatihan tersebut untuk meningkatkan pengetahuan para bidan dalam memberikan informasi kepada para pasangan usia subur (PUS), sehingga mudah dalam mengambil keputusan untuk menentukan kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi kesehatan akseptor.
“Namun sangat diharapkan para akseptor menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Jika para akseptor telah memahami program KB dan pada akhirnya akan dapat menurunkan angka kelahiran (TFR) dan angka kematian ibu dan bayi,†katanya.
Yenrizal menjelaskan seperti diketahui bahwa target AKI secara nasional atau di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 kematian per seribu kelahiran hidup. Sementara berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas sebesar 359 per seribu kelahiran hidup.
Angka tersebut masih cukup jauh dari target yang harus dicapai pada tahun 2015, untuk itulah BKKBN Kaltim terus berupaya menekan angka – angka tersebut dengan melakukan berbagai edukasi dan informasi melalui pelatihan .
Ditegaskannya perlu pemahaman yang mendalam tentang kontrasepsi maupun kesehatan reproduksi harus dikuasai oleh para bidan rumah sakit, Puskesmas dan klinik sehingga calon akseptor benar-benar memahami.
“Saya berharap kapada sejumlah bidan yang sudah mendapatkan pelatihan KIP dengan ABPK dapat melaksanakan kepada calon akseptor. Sehingga hasil akhir dapat menurunkan tingkat drop out dan meningkatkan kesertaan ber KB serta dapat menurunkan angka kelahiran dan angka kematian ibu / bayi,†kata Yenrizal Makumur. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015
“Meskipun angka kematian ibu dan bayi di Kaltim dan Kaltara menurun yakni 255 per seribu kelahiran hidup masih di bawah angka nasional yang mencapai 359 per seribu kelahiran, namun terus diupayakan seminimal mungkin,†katanya usai membuka pelatihan Komunikasi Inter Personal (KIP) dengan Penggunaan Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK) di Samarinda, Selasa (17/3).
Menurutnya salah satu upaya untuk menurunkan AKI dan AKB maka dilaksanakan pelatihan bagi para bidan dari beberapa kabupaten dan kota di Kaltim dan Kaltara yang kini sudah mencapai tiga angkatan.
Adapun tujuan dari pelatihan tersebut untuk meningkatkan pengetahuan para bidan dalam memberikan informasi kepada para pasangan usia subur (PUS), sehingga mudah dalam mengambil keputusan untuk menentukan kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi kesehatan akseptor.
“Namun sangat diharapkan para akseptor menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Jika para akseptor telah memahami program KB dan pada akhirnya akan dapat menurunkan angka kelahiran (TFR) dan angka kematian ibu dan bayi,†katanya.
Yenrizal menjelaskan seperti diketahui bahwa target AKI secara nasional atau di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 kematian per seribu kelahiran hidup. Sementara berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas sebesar 359 per seribu kelahiran hidup.
Angka tersebut masih cukup jauh dari target yang harus dicapai pada tahun 2015, untuk itulah BKKBN Kaltim terus berupaya menekan angka – angka tersebut dengan melakukan berbagai edukasi dan informasi melalui pelatihan .
Ditegaskannya perlu pemahaman yang mendalam tentang kontrasepsi maupun kesehatan reproduksi harus dikuasai oleh para bidan rumah sakit, Puskesmas dan klinik sehingga calon akseptor benar-benar memahami.
“Saya berharap kapada sejumlah bidan yang sudah mendapatkan pelatihan KIP dengan ABPK dapat melaksanakan kepada calon akseptor. Sehingga hasil akhir dapat menurunkan tingkat drop out dan meningkatkan kesertaan ber KB serta dapat menurunkan angka kelahiran dan angka kematian ibu / bayi,†kata Yenrizal Makumur. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015