Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Balikpapan melaporkan berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS), indeks harga konsumsen (IHK) mengalami penguatan nilai uang atau deflasi terjadi di Kota Balikpapan, Penajam Paser Utara, dan Paser sepanjang Februari 2025 lalu.

“Deflasi sebesar 0,10 persen dibandingkan Januari,” kata Kepala BI Balikpapan Robi Ariadi di Balikpapan, Senin. 

Robi memaparkan, penyumbang terbesar deflasi di Kota Balikpapan adalah kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga alias gas dengan andil sebesar 2,92 persen (mtm, month to month). 

Dari kelompok itu, tarif listrik, harga daging ayam ras, kangkung, tomat, dan ikan bandeng, menjadi komoditas yang menjadi penyokong utama terjadinya deflasi tersebut.

“Kita tahu tarif listrik untuk Januari dan Februari didiskon hingga 50 persen oleh pemerintah,” jelas Robi. Pelanggan daya 450VA (volt-ampere atau watt) 900VA, 1200VA, hingga 2200VA cukup membayar separo dari tagihan listrik yang biasa mereka bayar. 

Kangkung yang sempat menghilang dari pasar-pasar Balikpapan karena panen gagal sebab banjir, kembali tersedia melimpah. Panen kangkung sumber rejo sukses masuk pasar dan kios-kios sayur. Begitu pula pasokan tomat yang kembali lancar. 

Selanjutnya, harga daging ayam ras turun disebabkan oleh dukungan produksi dan pasokan yang lancar. Demikian juga penurunan harga ikan bandeng yang disebabkan panen dari tambak-tambak di Balikpapan Timur cukup baik bersamaan dengan hasil tangkapan nelayan yang meningkat karena kondisi cuaca yang sudah lebih banyak hari cerah ketimbang hujan. 

Di sisi lain, tetap ada komoditas yang naik harganya dan menyumbang inflasi di Balikpapan. Mereka adalah angkutan udara, emas perhiasan, minyak goreng, beras, dan cabai rawit. Pada 27 Februari hingga 5 Maret 2025 terjadi kenaikan harga tiket pesawat terjadi karena permintaan yang meningkat saat memasuki masa libur sekolah dan awal Ramadan 1447 Hijriyah.

Kemudian ada kenaikan harga minyak goreng dan beras oleh distributor yang kemungkinan sebab faktor biaya transportasi. Juga kenaikan harga cabai rawit oleh sebab pasokan yang menurun akibat curah hujan yang tinggi di wilayah penghasil seperti Sulawesi Selatan, Jawa Timur, dan Kalimantan Selatan. 

Kepala BI Balikpapan Robi Ariadi (Antara Kaltim/Novi Abdi)

“Itulah sebabnya kami akan terus kampanyekan menanam cabai,” kata Robi.

Bank Indonesia di Balikpapan terus mendorong rumah tangga, bahkan juga sekolah-sekolah, untuk menanam cabai. Tujuannya untuk mengurangi ketergantungan pada pasokan dari luar Balikpapan. 

Keadaan lebih kurang sama juga terjadi di Penajam Paser Utara (PPU) dan di Paser. PPU mengalami deflasi sebesar 0,45 persen secara bulan ke bulan. Secara tahunan, IHK PPU juga tercatat deflasi sebesar 0,73 persen lebih rendah dibandingkan inflasi nasional dan inflasi gabungan 4 Kota di Provinsi Kalimantan Timur.

Karena letaknya yang bersebelahan dengan Balikpapan, maka PPU berbagi karakter pasar dan konsumen yang lebih kurang sama dengan Balikpapan. Karena itu inflasi dan deflasinya pun berakar pada barang yang sama seperti cabai rawit, ikan kembung, ikan tongkol, atau gas elpiji 3 kg, dan termasuk juga buah semangka. Bila pasokan lancar maka berpeluang terjadi deflasi.

"Bila pasokannya tersendat karena berbagai sebab, maka inflasi langsung mengancam," kata Robi.
 

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2025