Samarinda (ANTARA Kaltim) - Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Kaltim memperkirakan pertumbuhan perekonomian di Kaltim pada triwulan IV 2014 masih cenderung melambat, seperti bulan-bulan sebelumnya berdasarkan indikator yang ada dan informasi terkini.

"Hal-hal yang mempengaruhi masih lambatnya perekonomian di Kaltim hingga akhir Desember mendatang adalah lemahnya permintaan ekspor batu bara di pasar internasional," kata Kepala BI Perwakilan Kalimantan Timur (Kaltim) Ameriza M Moesa di Samarinda, Selasa.

Menurut dia, pemotongan kuota impor batu bara oleh Pemerintah Tiongkok hingga 50 juta ton, menjadi momok utama bagi pelaku usaha (pengusaha) batu bara di Indonesia, terutama dari Kaltim yang mendominasi ekspor batu bara.

Selain itu, melambatnya ekonomi hingga Desember mendatang juga diduga dari sektor migas, sebagai dampak masih belum adanya investasi untuk pencarian sumur baru.

Pada sisi perkembangan harga, katanya, tekanan inflasi dalam periode yang sama diproyeksi meningkat menjadi 4,8 persen hingga 5,3 persen.

Hal yang mendorong tekanan inflasi adalah kenaikan tarif dasar listrik mulai November, kenaikan elpiji pada Oktober, dan peningkatan konsumsi masyarakat pada akhir tahun, termasuk naiknya harga BBM mulai 18 November.

Berdasarkan penilaian oleh BI Kaltim dengan data historis, kenaikan harga BBM subsidi yang sebesar Rp2 ribu per liter untuk premium (30,77 persen) dan untuk solar Rp2 ribu per liter (36,36 persen), akan memberikan dampak inflasi sebesar 1,6 persen hingga 2,1 persen.

Secara historis pula, kata Riza lagi, dampak kenaikan harga BBM di Kaltim akan hilang dalam waktu dua bulan, sehingga diperkirakan dampak itu akan hilang pada akhir tahun 2014.

Dia juga menyinggung tentang perekonomian Kaltim yang terjadi pada bulan-bulan sebelumnya, bahwa pertumbuhan pada triwulan III 2014 mencapai 3,18 persen. Pencapaian ini lebih baik ketimbang triwulan sebelumnya yang sebesar 2,04 persen.

Peningkatan ini disumbangkan oleh sektor pertambangan migas. Sedangkan produksi batu bara cenderung tertahan karena permintaan dari Tiongkok yang masih lemah.    (*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Amirullah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014