Samarinda (ANTARA Kaltim) - Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur bekerja sama dengan Bank Pembangunan Daerah (BPD) Kaltim mengoperasikan kas titipan di Sangatta, Kabupaten Kutai Timur.

"Kas titipan di Sangatta merupakan keharusan karena tingginya permintaan masyarakat akan uang yang mencapai Rp26 miliar per hari," ujar Kepala BI Kaltim Ameriza M Moesa saat penandatangan kas titipan tersebut di Samarinda, Senin.

Selama ini, uang masuk dari masyarakat ke sejumlah bank di Sangatta sekitar Rp17 miliar per hari, sedangkan uang dari bank yang dikeluarkan untuk masyarakat jumlahnya lebih besar yang mencapai Rp26 miliar per hari sehingga ada kekurangan sekitar Rp9 miliar per hari.

Kekurangannya tersebut menjadi masalah tersendiri bagi BI Kaltim dalam menyuplai uang ke daerah yang tingkat perputaran perekonomian tinggi akibat adanya tambang batu bara dan perkebunan sawit tersebut.

Atas dasar itulah BI Kaltim membuka kas titipan di Sangatta yang pada tahap awal akan menyuplai sebesar Rp100 miliar per bulan untuk kas titipan.

Jumlah ini dinilai cukup berdasarkan perhitungan, yakni untuk menambahkan uang yang telah beredar di Sangatta dan sekitarnya selama ini nilainya belasan miliar rupiah per hari.

Pembukaan kas titipan di Sangatta ini merupakan sejarah bagi Kaltim karena merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan, padahal seharusnya sudah ada sejak beberapa tahun lalu, mengingat luasnya wilayah dan tingginya pertumbuhan ekonominya.

Menurut Riza panggilan akrabnya, uang dari BI Kaltim yang segera dititipkan di BPD Kaltim Cabang Sangatta senilai Rp100 miliar per bulan, merupakan kerja sama tahap awal. Ke depan tidak menutup kemungkinan ditambah seiring dengan perkembangan ekonomi setempat.

Uang tersebut akan digunakan untuk melayani permintaan di kecamatan terdekat, seperti Muara Wahau yang juga tinggi partumbuhan ekonominya karena luasnya perkebunan sawit di Wahau.

Dia mengatakan bahwa berdasarkan survei oleh BI Kaltim, meskipun perputaran uang di Kecamatan Muara Wahau cukup tinggi, tetapi di kawasan itu hanya 30 persen masyarakat yang mengenal bank karena mereka selalu bertransaksi langsung dan lebih banyak di perdesaan, maupun perkebunan.

Dia menilai hal itu merupakan tantangan bagi dua bank yang sudah beroperasi di kecamatan tersebut untuk melakukan sosialisasi agar warga tidak minder masuk bank dan mau menabung.    (*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Amirullah


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014