Tenggarong (ANTARA Kaltim) - Fragmen kehidupan masyarakat asli Kutai akan ditampilkan pada acara Sepekan Kampong Kutai Tempo Dulu, pada Festival Kota Raja (FKR) dalam rangka memeriahkan hari jadi ke-232 Tenggarong, Kutai Kartanegara.
Kepala Seksi Sejarah dan Nilai Tradisional Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kutai Kartanegara M Jaini di Tenggarong, Minggu, mengatakan FKR akan digelar pada 13 hingga 19 Oktober 2014 di areal parkir Skate Park Timbau, Tenggarong.
"Saat ini, kami sedang menyelesaikan bangunan rumah tempo dulu yang menjadi properti utama kegiatan Sepekan Kampong Kutai ini," katanya.
Terdapat sembilan bangunan rumah kata, kata dia, yang disiapkan yang terdiri, dua bangunan kulit kayu, empat bangunan berbahan daun nipah serta empat bangunan berbahan papan kayu.
Tiga jenis bangunan tersebut, katanya, menggambarkan tahapan perkembangan arsitektur bangunan asli rakyat Kutai tempo dulu, yaitu rumah kulit kayu dengan rangka batang pohon sungkai utuh, beratap daun dan berdinding kulit kayu yang menggambarkan masa transisi antara zaman prasejarah ke zaman sejarah, karena pra sejarah dulu diperkiran penduduk asli masih tinggal di gua-gua.
Kemudian rumah dari daun nipah, kata dia menggambarkan, pikiran manusia zaman dulu sudah lebih maju dan ekonomis.
"Pada tahap ini orang sudah berpikir bahwa jika membuat rumah dari kulit kayu memerlukan waktu dan tenaga lebih untuk mengumpulkan bahan, karena banyak pohon yang dikuliti, sementara pohon yang dikuliti bisa saja mati," katanya.
Untuk itu dengan menggunakan nipah yang banyak tersedia di tepi-tepi sungai yang jika dimbil daunnya tidak memerlukan waktu lama untuk tumbuh daun baru.
"Orang dulu sudah berpikir nipah lebih ekonomis dan tidak perlu menebang banyak kayu untuk dikuliti, sehingga hutan bisa lestari," ungkap M Jaini.
Selanjutnya rumah berbahan papan dengan rangka balok kayu menunjukkan zaman yang semakin maju karena telah mengenal alat-alat untuk mengolah kayu.
"Rumah papan kayu ini juga menunjukkan perkembangan pengetahuan dan ekonomi masyarakat, karena beberapa orang sudah mampu membeli alat pengolah kayu," ujar Jaini.
Pada kegiatan Sepekan Kampong Kutai tersebut, menurut dia, akan disimulasikan kehidupan sehari-hari penduduk asli Kutai, yaitu ada yang bekerja sebagai petani dan nelayan, kemudian ada juga yang berjualan kue-kue dan panganan tradisional khas Kutai serta ditampilkan juga simulasi pembuatan gula merah dan alat-alat tangkap nelayan tradisional.
"Jadi tiap rumah itu nanti ada penghuninya masing-masing disimulasikan satu keluarga per rumah, lengkap dengan susana hiruk pikuk kehidupan Kampong Kutai tempo dulu," katanya.
Kegiatan Sepekan Kampong Kutai itu pada pelaksanaannya, kata Jaini, bisa disaksikan tiap hari mulai pukul 07.30 -12.00, kemudian lanjut pukul 13.30-17.00 Wita dan pada malam harinya akan dihibur dengan berbagai kesenian asli Kutai.
"Kegiatan ini disamping untuk mempertahankan dan mengenalkan arsitektur asli Kutai, juga melestarikan adat istiadat dan tradisi penduduk asli Kutai," ungkap Jaini. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014
Kepala Seksi Sejarah dan Nilai Tradisional Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kutai Kartanegara M Jaini di Tenggarong, Minggu, mengatakan FKR akan digelar pada 13 hingga 19 Oktober 2014 di areal parkir Skate Park Timbau, Tenggarong.
"Saat ini, kami sedang menyelesaikan bangunan rumah tempo dulu yang menjadi properti utama kegiatan Sepekan Kampong Kutai ini," katanya.
Terdapat sembilan bangunan rumah kata, kata dia, yang disiapkan yang terdiri, dua bangunan kulit kayu, empat bangunan berbahan daun nipah serta empat bangunan berbahan papan kayu.
Tiga jenis bangunan tersebut, katanya, menggambarkan tahapan perkembangan arsitektur bangunan asli rakyat Kutai tempo dulu, yaitu rumah kulit kayu dengan rangka batang pohon sungkai utuh, beratap daun dan berdinding kulit kayu yang menggambarkan masa transisi antara zaman prasejarah ke zaman sejarah, karena pra sejarah dulu diperkiran penduduk asli masih tinggal di gua-gua.
Kemudian rumah dari daun nipah, kata dia menggambarkan, pikiran manusia zaman dulu sudah lebih maju dan ekonomis.
"Pada tahap ini orang sudah berpikir bahwa jika membuat rumah dari kulit kayu memerlukan waktu dan tenaga lebih untuk mengumpulkan bahan, karena banyak pohon yang dikuliti, sementara pohon yang dikuliti bisa saja mati," katanya.
Untuk itu dengan menggunakan nipah yang banyak tersedia di tepi-tepi sungai yang jika dimbil daunnya tidak memerlukan waktu lama untuk tumbuh daun baru.
"Orang dulu sudah berpikir nipah lebih ekonomis dan tidak perlu menebang banyak kayu untuk dikuliti, sehingga hutan bisa lestari," ungkap M Jaini.
Selanjutnya rumah berbahan papan dengan rangka balok kayu menunjukkan zaman yang semakin maju karena telah mengenal alat-alat untuk mengolah kayu.
"Rumah papan kayu ini juga menunjukkan perkembangan pengetahuan dan ekonomi masyarakat, karena beberapa orang sudah mampu membeli alat pengolah kayu," ujar Jaini.
Pada kegiatan Sepekan Kampong Kutai tersebut, menurut dia, akan disimulasikan kehidupan sehari-hari penduduk asli Kutai, yaitu ada yang bekerja sebagai petani dan nelayan, kemudian ada juga yang berjualan kue-kue dan panganan tradisional khas Kutai serta ditampilkan juga simulasi pembuatan gula merah dan alat-alat tangkap nelayan tradisional.
"Jadi tiap rumah itu nanti ada penghuninya masing-masing disimulasikan satu keluarga per rumah, lengkap dengan susana hiruk pikuk kehidupan Kampong Kutai tempo dulu," katanya.
Kegiatan Sepekan Kampong Kutai itu pada pelaksanaannya, kata Jaini, bisa disaksikan tiap hari mulai pukul 07.30 -12.00, kemudian lanjut pukul 13.30-17.00 Wita dan pada malam harinya akan dihibur dengan berbagai kesenian asli Kutai.
"Kegiatan ini disamping untuk mempertahankan dan mengenalkan arsitektur asli Kutai, juga melestarikan adat istiadat dan tradisi penduduk asli Kutai," ungkap Jaini. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014