Pria paruh baya itu tampak bersemangat mengangkat tumpukan rumput laut dari atas perahu yang kemudian dijejer di atas para-para untuk dijemur. Sesekali ia mengusap peluh yang membasahi wajahnya yang tersengat terik matahari siang.

Ambo Upe (60), warga Desa Mamolo, Kelurahan Tanjung Harapan, Kecamatan Nunukan Selatan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara, merupakan salah seorang dari ribuan warga yang menggantungkan hidupnya dari usaha budi daya rumput laut di perairan tapal batas Indonesia-Malaysia.

Sejatinya Nunukan dan Pulau Sebatik yang berbatasan langsung dengan Negeri Jiran Malaysia itu memiliki potensi yang cukup besar untuk pengembangan usaha budi daya rumput laut. Bahkan Nunukan tercatat sebagai kabupaten penghasil terbesar komoditas bernama latin "Eucheuma cottonii" ini.

Di Kabupaten Nunukan dengan luas wilayah 14.118,65 kilometer persegi dengan garis panjang pantai sekitar 314.592 kilomater dan luas perairan 304.867 hektare, sebanyak 1.912 rumah tangga petani yang mengais rezeki dari usaha budi daya rumput laut di perairan tapal batas dengan luas lahan mencapai 2.000 hektare.

Berkembangnya usaha budi daya rumput laut di Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik yang merupakan pulau terluar berbatasan darat dan laut dengan Tawau, Malaysia, itu berawal dari bibit yang dibawa oleh seseorang dari Sulawesi Selatan untuk sekedar dikembangkan.

Usaha budi daya rumput laut di Kabupaten Nunukan dimulai sejak tahun 2008. Kini usaha para petani rumput laut kian berkembang, bahkan menjadi komoditas unggulan di daerah itu. Namun usaha budi daya rumput laut di kabupaten itu mengalami pasang surut.

"Terkadang harga komoditas ini naik mencapai Rp15.000 per kilogram rumput laut kering, namun pada waktu tertentu anjlok hanya Rp10.000 per kilogram, bahkan pada 2013 pernah anjlok hanya Rp6.000 per kilogram," tutur petani rumput laut kelahiran Makassar Sulawesi Selatan itu.

Namun kondisi itu tidak menyurutkan niat petani untuk mengembangkan usaha budi daya rumput laut, karena usaha ini telah terbukti memberikan kehidupan yang lebih layak dibandingkan ketika mereka menjadi nelayan penangkap ikan.

Pasang surutnya harga rumput laut disebabkan berbagai hal terutama kerap terjadi ketika musim panen raya dan musim barat disertai angin kencang dan gelombang tinggi yang berpengaruh terhadap kelancaran pengangkutan komoditas tersebut ke luar daerah seperti ke Sulawesi Selatan.

Tanang, petani budi daya rumput lainnya di Sedadap, Kecamatan Nunukan Selatan, mengatakan anjoknya harga bertepatan dengan melimpahnya hasil panen di daerah itu sementara pengumpul yang umumnya pengusaha lokal tidak membeli rumput laut.

"Penurunan daya beli pengusaha lokal alasannya pasokan ke Makassar dan Surabaya dibatasi akibat kurangnya sarana angkutan laut dari Pelabuhan Tunon Taka, Kabupaten Nunukan," katanya.

Ia menururkan saat itu kebetulan menjelang Idul Fitri, sehingga kapal penumpang milik perusahaan swasta dan PT Pelni dari Pelabuhan Tunon Taka mengutamakan memberangkatkan penumpang yang mudik, dan rumput laut tidak terangkut.

Hairuddin, petani rumput laut di Nunukan mengakui harga rumput laut sempat turun sejak sebelum memasuki bulan suci Ramadhan 1435 Hijriah.

Namun pasang surutnya usaha budi daya rumput laut itu tak menyurutkan niat mereka terus mengembangkan komoditas tersebut. Ini terbukti produksi rumput laut di Nunukan terus meningkat.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Nunukan mencatat produksi rumput laut di daerah itu mencapai 1.500 ton/bulan.

"Cukup tingginya produksi rumput laut di Kabupaten Nunukan tidak terlepas dari tingginya minat masyarakat menekuni budi daya tersebut akhir-akhir ini," kata Kepala Bidang Budidaya Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Nunukan Suaedi.

Dari 1.500 ton produksi rumput laut kering per bulan tersebut diproduksi oleh 1.912 rumah tangga petani dengan luas lahan mencapai 2.000 hektare lebih yang tersebar di Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik.

Suaedi menilai produksi rumput laut di Kabupaten Nunukan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat selama ini. Bahkan tidak sedikit warga dari daerah lain terutama asal Sulsel sengaja datang untuk membuka usaha rumput laut di Kabupaten Nunukan.

Semakin bertambahnya petani rumput laut, menurut dia, mempengaruhi tingkat produksi sebagaimana yang terjadi saat ini. Produksi rumput laut di Kabupaten Nunukan sampai saat ini telah mencapai 1.500 ton per bulan.

Untuk mendorong semangat para petani di Kabupaten Nunukan dalam mengelola usaha rumput laut panen raya pada awal tahun 2014 dihadiri Wakil Menteri Perindustrian Republik Indonesia Alex SW Retraubun.

Panen raya di Kampung Mamolo, Kelurahan Mansapa, Kecamatan Nunukan Selatan, dirangkai dengan peletakan batu pertama pembangunan pabrik pengelohan rumput laut milik PT Manrapi.

"Kabupaten Nunukan merupakan penghasilan rumput laut terbesar di Provinsi Kalimantan Utara. Produksi rumput laut yang berat keringnya mencapai 1.000 ton hingga 1.500 ton dan ini yang terbesar di Pulau Kalimantan," katanya.



Rp13 Miliar

Dengan produksi sebanyak itu, kata Alex, uang yang berputar di Kabupaten Nunukan dari rumput laut bisa bisa mencapai Rp13 miliar sampai Rp15 miliar. Sebetulnya dari sisi produksi, catatan produksi rumput laut Kabupaten Nunukan justru yang terhebat dari semua kabupaten di Kalimantan.

"Di Pulau Kalimantan dan di wilayah kabupaten lain, sebetulnya pesaing utama Nunukan itu adalah Kabupaten Berau. Tetapi rumput laut tidak menjadi fokus utama Kabupaten Berau," ujarnya.

Sebenarnya, kata dia, hasil ini belumlah optimal jika saja Bupati mendorong rumput laut lebih massif dilakukan masyarakat di seluruh teluk di Kabupaten Nunukan.

"Soal bantuan modal, Bupati sudah jalankan. Sekarang ini coba lihat yang hadir di sini orang-orang bank," ujarnya.

Wamen Perindustrian juga mendorong Bupati Nunukan membuat edaran yang mengatur harga rumput laut. Diharapkan harga yang diberikan setinggi-tingginya sehingga kisaran harga jangan terlalu lebar. Penentuan harga menjadi kewenangan bupati, bukan kewenangan Kementerian Perindustrian.

Kementerian Perindustrian berupaya bahan baku yang sekarang luar biasa banyak di Kabupaten Nunukan, dikembangkan nilai tambahnya. Salah satunya dengan mendorong pendirian pabrik rumput laut. Pabrik rumput laut itu akan diberikan mesin yang akan mengolah rumput laut 4 ton per hari.

"Dengan keberadaan pabrik rumput laut tentu usaha rumput laut harus dilakukan secara massif agar pabrik bisa terus beroperasi. Kalau pabriknya Senin Kamis karena produksinya terbatas, pasti itu tentu lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya," ujarnya.

Bupati Nunukan Basri memberikan apresiasi kepada PT Manrapi yang membangun pabrik pengolahan rumput laut di Kampung Mamolo, Kelurahan Mansapa. Pembangunan pabrik dimaksud, akan menjadi nilai tambah terhadap produksi rumput laut petani di Nunukan.

"Sebelumnya kita mengenal bahwa wilayah ini adalah salah satu sentra pertanian yang sangat potensial, serta sentra penghasil perikanan yang cukup terkenal. Dari kedua sektor inilah, masyarakat Nunukan Selatan hidup sejahtera," kata Bupati

Basri mengatakan, kehadiran komoditas rumput laut telah membuat warga di sekitar Sedadap, Mansapa, Mamolo dan Tanjung Harapan menjadi makin sejahtera.

"Tentu hal ini menjadi satu bukti adanya kerja keras masyarakat kita untuk senantiasa meningkatkan taraf hidup mereka," ujarnya.

Ia mengatakan, untuk memberikan nilai tambah terhadap hasil rumput laut yang di Nunukan, maka sangat diperlukan upaya peningkatan penanganan pascapanen. Baik pada proses pengeringan sehingga kualitasnya terjaga, maupun pengolahan hasil rumput laut menjadi produk olahan setengah jadi maupun jadi.

Dengan menjual produk mentah saat ini saja, sudah memberikan hasil yang baik bagi petani. Tetapi bila produk ini dijual dalam bentuk hasil olahan, tentu akan memberikan nilai tambah secara ekonomi yang lebih baik bagi petani.

Basri mengatakan, kehadiran pabrik pengolahan rumput laut itu diharapkan menjadi suatu pijakan bagi semua pihaknya, khususnya para petani rumput laut Kabupaten Nunukan. Untuk menatap masa depan yang lebih cerah lagi melalui pengembangan rumput laut.

Pemilik PT Manrapi H Irwan Sabri mengatakan, usaha rumput laut ini dapat meningkatkan pendapatan masyarakat disamping upaya untuk mempertahankan kelestarian lingkungan perairan pantai.

"Saya sadari bahwa potensi rumput laut sangat bermanfaat bagi masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai khususnya," ujarnya.

Ia mengatakan, potensi rumput laut yang mencapai ribuan ton perbulan selama ini disuplai ke berbagai wilayah di Indonesia seperti Jawa Timur dan Sulawesi Selatan termasuk dikirim ke Semporna, Sabah, Malaysia.

Dengan hasil yang cukup besar ini, tentu disadari produksi rumput laut dapat memberi penghidupan bagi sebagian besar masyarakat yang tinggal di pesisir pantai.

"Hal inilah yang perlu untuk terus dikembangkan bersama-sama. Saya yakin dengan adanya kerja sama yang baik dari beberapa pihak baik pemerintah pusat dan daerah, pengusaha dan masyarakat, pasti dapat terus berkembang dalam waktu yang panjang," ujarnya.

Dia mengatakan, pembangunan pabrik berkapasitas 150 ton ini, kedepan dapat memberikan manfaat yang besar bagi seluruh masyarakat Nunukan khususnya para petani rumput laut. Pabrik pengolahan rumput laut yang ke-5 di Indonesia ini dapat menciptakan stabilitas ekonomi di Nunukan.

Masyarakat yang merajut asa di perairan tapal batas ini mampu mandiri secara ekonomi serta rasa nasionalisme dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) akan semakin kuat dan tangguh.(*)

Pewarta: Masnun Masud

Editor : Masnun


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014