Penajam (ANTARA Kaltim) - Para petani di Desa Sebakung Jaya, Kabupaten Penajam Paser Utara, masih trauma dengan serangan hama wereng coklat pada musim tanam pertama, sehingga dikhawatirkan akan berdampak pada penurunan gabah kering giling di daerah itu.
"Dipastikan, sekitar 600 hektare sawah tidak ditanami akibat para petani masih merasa trauma dengan serangan hama wereng coklat pada musim tanam pertama. Situasi itu tentu akan berdampak pada penurunan produksi gabah mencapai 3.000 ton dengan produksi rata-rata 5 ton setiap hektarenya," ungkap Kepala Desa Sebakung Jaya, Kecamatan Babulu, Jumat.
Para petani tersebut kata Muharis, khawatir akan mengalami kerugian seperti musim tanam sebelumnya, akibat serangan hama wereng.
"Hanya sekitar 120 hektare sawah yang ditanami dan sekitar 600 hektare sawah tidak ditanami padi. Ratusan petani itu, khawatir akan mengalami kerugian, seperti musim tanam sebelumnya akibat serangan hama wereng," kata Muharis.
Meskipun dalam panen lalu para petani di Desa Sebakung Jaya mengalami kerugian yang cukup besar, namun sebagian masih tetap bertahan dan menutuskan untuk tetap menanam padi pada musim tanam kedua ini.
"Saya juga mengalami kerugian, tapi harus tetap menunjukan kepada petani tidak boleh putus asa meskipun mengalami kerugian," ujar Muharis.
Sebagian petani yang memutuskan untuk tidak menanam padi, lanjut Muharis, karena fuso atau mengalami gagal panen total.
Namun pemerintah, termasuk Dinas Pertanian Provinsi Kaltim lanjut dia, juga sudah memberikan perhatian dengan bantuan untuk benih padi.
Pada musim panen pertama yang menyebabkan ratusan hektare sawah di Desa Sebakung Jaya tersebut menyebabkan penurunan produksi hingga 60 persen.
"Jika sebelumnya mampu memproduksi 5 ton per hektare, dalam panen lalu turun menjadi 1 ton. Agar serangan hama wereng tidak terulang lagi, maka pemerintah sudah harus menyiapkan racun anti hama wereng," kata Muharis.
Ia mengaku sudah berusaha meminta kepada ratusan petani agar kembali melakukan tanam padi kedua namun mereka tetap belum bersedia menggarap dan memanami sawahnya.
"Selain trauma, para petani juga tidak punya lagi modal tanam, sehingga hanya membiarkan sawah mereka dan tidak ditanami padi lagi. Kami juga tidak memaksa mereka untuk menanam padi pada musim tanam kedua ini," ungkap Muharis. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014
"Dipastikan, sekitar 600 hektare sawah tidak ditanami akibat para petani masih merasa trauma dengan serangan hama wereng coklat pada musim tanam pertama. Situasi itu tentu akan berdampak pada penurunan produksi gabah mencapai 3.000 ton dengan produksi rata-rata 5 ton setiap hektarenya," ungkap Kepala Desa Sebakung Jaya, Kecamatan Babulu, Jumat.
Para petani tersebut kata Muharis, khawatir akan mengalami kerugian seperti musim tanam sebelumnya, akibat serangan hama wereng.
"Hanya sekitar 120 hektare sawah yang ditanami dan sekitar 600 hektare sawah tidak ditanami padi. Ratusan petani itu, khawatir akan mengalami kerugian, seperti musim tanam sebelumnya akibat serangan hama wereng," kata Muharis.
Meskipun dalam panen lalu para petani di Desa Sebakung Jaya mengalami kerugian yang cukup besar, namun sebagian masih tetap bertahan dan menutuskan untuk tetap menanam padi pada musim tanam kedua ini.
"Saya juga mengalami kerugian, tapi harus tetap menunjukan kepada petani tidak boleh putus asa meskipun mengalami kerugian," ujar Muharis.
Sebagian petani yang memutuskan untuk tidak menanam padi, lanjut Muharis, karena fuso atau mengalami gagal panen total.
Namun pemerintah, termasuk Dinas Pertanian Provinsi Kaltim lanjut dia, juga sudah memberikan perhatian dengan bantuan untuk benih padi.
Pada musim panen pertama yang menyebabkan ratusan hektare sawah di Desa Sebakung Jaya tersebut menyebabkan penurunan produksi hingga 60 persen.
"Jika sebelumnya mampu memproduksi 5 ton per hektare, dalam panen lalu turun menjadi 1 ton. Agar serangan hama wereng tidak terulang lagi, maka pemerintah sudah harus menyiapkan racun anti hama wereng," kata Muharis.
Ia mengaku sudah berusaha meminta kepada ratusan petani agar kembali melakukan tanam padi kedua namun mereka tetap belum bersedia menggarap dan memanami sawahnya.
"Selain trauma, para petani juga tidak punya lagi modal tanam, sehingga hanya membiarkan sawah mereka dan tidak ditanami padi lagi. Kami juga tidak memaksa mereka untuk menanam padi pada musim tanam kedua ini," ungkap Muharis. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2014