Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (DPTPH) Kalimantan Timur tengah mengupayakan peningkatan efektivitas sistem irigasi sawah di provinsi tersebut, untuk memastikan ketersediaan air bagi lahan petani sebagai kunci utama produktivitas hasil pertanian.

“Ketersediaan air adalah inti dari pertanian yang sukses. Untuk itu, kami membutuhkan sistem irigasi yang dapat mengalirkan air dari sumber-sumber seperti sungai atau bendungan ke lahan pertanian,” kata Kabid Produksi Tanaman Pangan DPTPH Kaltim Diah Adiati Yahya di Samarinda, Selasa.

Menurutnya, irigasi efektif bukan hanya tentang mengandalkan air hujan, tetapi juga memastikan ada saluran pembawa dan pembuang jika terjadi kelebihan air di lahan.

Di Kaltim, jelas Diah, sekitar 85 persen sistem pengairan pertanian masih bergantung pada irigasi tadah hujan. Ini berarti bahwa sumber air utama pada irigasi pertanian Kaltim terfokus pada curah hujan.

Namun, ini juga menimbulkan tantangan ketika musim kemarau tiba dan sumber air menjadi berkurang.

“Kami berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Perumahan Rakyat (PUPR-PERA) Kaltim di bidang sumber daya air untuk infrastruktur bendungan yang dapat menampung air hujan.
Di saat diperlukan, air bendungan dipakai mengaliri sawah,” papar Diah.

Beberapa bendungan di Provinsi Kaltim antara lain Bendungan Marangkayu di Kabupaten Kutai Kartanegara, Bendungan Labanan di Berau, hingga Bendungan Samboja Kutai Kartanegara.

Pemprov Kaltim juga mengupayakan percepatan infrastruktur Bendungan Gerak Sungai Talake yang bisa membantu irigasi sawah di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Paser.

Saat ini juga ada pembangunan sumur bor yang bisa menjadi solusi alternatif pengairan sawah.

Ia menggambarkan kondisi irigasi di Kaltim bahwa jarak antara sumber air atau bendungan dengan sawah terkadang cukup jauh, serta perbedaan ketinggian letak sawah yang berada di atas bendungan.

Dari situ, pihaknya mengoptimalkan penggunaan pompa untuk mengangkat air dari bendungan ke sawah.

Dalam menghadapi perubahan iklim dan dampaknya terhadap musim, DPTPH Kaltim tentu tidak berdiri sendiri.

Koordinasi dengan berbagai pihak, termasuk Balai Wilayah Sungai (BWS) dan Dinas PUPR-PERA Kaltim, menjadi penting untuk memastikan ketersediaan air bagi lahan pertanian.

Pihaknya juga melakukan pembinaan terhadap kelompok petani untuk menggunakan air secara efisien. Hal ini disebabkan perubahan iklim yang tidak terduga di Kaltim, sehingga agak sulit memprediksi pola musim dengan pasti.

"Oleh karena itu, kami mengarahkan para petani melakukan percepatan tanam agar tanaman sudah berproduksi ketika musim kemarau tiba,” tambah Diah.

DPTPH Kaltim juga memantau kondisi bendungan dan saluran irigasi, yang sering mengalami pendangkalan dan terputusnya sambungan antara saluran primer dan tersier.

Ini menjadi salah satu fokus perbaikan untuk memastikan air dapat sampai ke lahan pertanian.

Diah menekankan pentingnya menjaga sumber-sumber air dan mengatasi hilangnya hutan yang berpengaruh terhadap daya serap tanah.

“Kami terus berupaya menjaga sumber air dan memastikan bahwa infrastruktur irigasi kita dapat mendukung petani, terutama saat musim kemarau,” ucapnya.

DPTPH Kaltim berharap dengan upaya tersebut, dapat meningkatkan produktivitas pertanian di wilayah tersebut, sekaligus mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dan ketersediaan air.

Pewarta: Ahmad Rifandi

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2024